-05-

3.7K 365 77
                                    

===Flashback===

•Korea Selatan

--

Haechan yang saat itu sedang menikmati makan malam miliknya seorang diri menatap sendu ke arah lauk pauk yang masih tersisa sangat banyak. Selalu seperti ini di setiap malamnya, bodohnya Haechan masih berharap suaminya akan datang dan makan malam bersama.

"Aku buang-buang bahan saja." Gumamnya, lalu menyantap satu buah udang untuk ia makan.

"Mau dimsum." Haechan menyandarkan punggung pada kursi makan. Entah kenapa tiba-tiba Haechan sangat menginginkan dimsum malam-malam begini. Dengan perasaan yang malas luar bisa akhirnya pemuda bermarga Seo itu berdiri, membereskan lauk pauk untuk ia simpan di lemari serta meletakkan piring kotor di wastafel. Haechan akan mencucinya setelah ia pulang dari membeli dimsum nantinya.

Dimsum isi ayam tak berhenti berputar di kepalanya. Maklum Haechan sedang mengandung, jadi istilahnya Haechan saat ini tengah mengidam memakan dimsum isi ayam tersebut.

"Dingin sekali." Gumam Haechan, saat ini ia sudah berada di luar gedung apartemen, merapatkan mantel hitam miliknya. Haechan tersenyum manakala melihat sebuah taksi yang sudah ia pesan secara online sampai di hadapannya.

"Terimakasih Ahjussi!" Haechan membungkukkan tubuhnya lalu melangkah masuk ke dalam dengan langkah lebar miliknya. Senyum bahagia tentu saja tercetak jelas di wajah manis milik Haechan.

"Sabar ya sayang, kita akan mendapatkan apa yang kamu mau." Katanya sembari mengusap perut miliknya. Janinnya masih berumur 2 bulan lebih saat ini.

Selama perjalan menuju di mana lokasi dimsum tersebut berada Haechan menatap keseliling nya dalam diam, tersenyum kecut ketika melihat satu pasangan yang terlihat harmonis di tak jauh darinya.

Seorang perempuan hamil yang sedang bersama dengan suaminya, mereka terlihat begitu bahagia, apalagi melihat bagaimana sang suami yang mengusap perut buncit milik perempuan itu dengan senyum yang merekah.

"Seandainya aku juga begitu." Katanya dengan lirih, Haechan kemudian tersenyum lalu menunduk, menatap ke arah perut yang masih rata miliknya.

'tidak apa-apa, mungkin waktunya belum tiba.' katanya dalam hati.

Mencoba bersabar dan menerima keadaannya saat ini. Tak menyalahkan takdir Tuhan, karena Haechan yakin kalau dibalik kesedihan ini pasti setelahnya akan dan kebahagiaan nantinya. Yang perlu Haechan lakukan sekarang hanyalah bersabar dan menjalaninya dengan hati yang ikhlas.

Tak masalah Mark memperlakukannya dengan tidak baik, tak masalah Mark mencintai saudarinya. Untuk saat ini biarkan semuanya berjalan seperti apa adanya.

"Annyeong! Aku mau membeli dimsumnya satu porsi saja." Haechan tersenyum ramah pada penjual dimsum yang juga meresponnya dengan sebuah senyuman terbaik versi dia.

"Kamsahamnida!" Setelah mengatakan itu Haechan berlalu dengan perasaan bahagia, dimsum yang ia inginkan sudah ada di tangannya sekarang. Tinggal segera pulang lalu mencicipinya segera.

Setelah Haechan sampai di pintu utama handphone miliknya berbunyi, menandakan bahwa Mark mengiriminya sebuah pesan. Memang Haechan membuat notifikasi khusus untuk suaminya itu.

Pesan yang mengatakan bahwa Haechan jangan keluar apartemen mereka bahkan kalau ada yang mengetuk pintu sekalipun. Haechan jelas mengernyitkan alisnya, bingung.

Haechan lalu mengetikan sebuah pesan balasan yang isinya mengatakan bahwa dirinya sedang tidak ada di apartemen melainkan di sebuah pusat perbelanjaan karena ingin membeli dimsum. Cukup lama Haechan menunggu pesan balasan, tapi Mark tak kunjung membalas pesan miliknya. Karena itu Haechan kembali acuh dan memesan taksi untuk mengantarkannya pulang.

[END] Mark & His DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang