-07-

3.7K 370 46
                                    

===Flashback===

--

Setelah kejadian penculikan yang Xuxi lakukan, Haechan saat ini masih di rawat di rumah sakit. Ia kehilangan bayi yang umurnya bahkan masih sangat kecil, 2 bulan. Janin yang tak berdosa itu harus pergi karena kejadian itu, Haechan masih belum di bolehkan pulang karena kondisinya yang terlihat memprihatinkan.

Seperti saat ini, ia menatap kosong ke satu titik objek, entah apa yang Haechan pikirkan sekarang ini, bibirnya pucat pasi karena enggan makan seharian.

Bahkan pintu kamar inap yang terbuka pun tak ia hiraukan, Ten yang baru saja masuk menatap anak bungsunya itu dengan tatapan nelangsa. Anak kesayangannya ini tidak pernah menunjukkan sisi yang seperti ini sebelumnya, melihat Haechan menjadi begitu terluka begitu menyesakkan untuk Ten sendiri.

"Haechanie." Panggilnya dengan pelan, Ten mengulurkan tangannya untuk menyentuh pelan pundak sang anak.

Haechan menoleh, menatap ke arah Ten dengan tatapan sendu, mata putra nya itu kembali berkaca-kaca menatap mata sang Mama yang juga sudah memerah, menahan tangisnya.

"Dia sudah tidak ada. Anakku sudah pergi, Mah." Katanya dengan lirih, suara Haechan bergetar ketika mengatakan hal itu. "Kenapa? Kenapa semuanya meninggalkan Haechan?" Racaunya, Haechan menangis pilu di pundak sang Mama. Sedang Ten hanya dapat mengusap punggung sang anak di sertai dengan pelukan yang sirat akan menguatkan sang anak yang terkena musibah.

"Dia tidak salah apa-apa." Katanya kembali, suara Haechan bergetar apalagi di iringi dengan tangis yang memilukan tersebut bisa membuat siapa saja yang mendengar ikut merasakan apa yang Haechan rasakan.

"Tidak apa-apa, dia sudah berada kembali di sisi Tuhan. Kamu tidak perlu khawatir, Haechan-ah." Ten mengecupi kening Haechan, menyalurkan kekuatan bahwa Haechan tidak sendiri, ada Ten yang berada di belakangnya untuk menguatkan anak bungsu nya ini.

Sedari kecil Haechan di tuntut untuk sempurna, untuk menjadi apa yang suaminya inginkan- Johnny Seo. Haechan bahkan tak bisa membantah apapun yang Johnny inginkan dan perintahkan. Selalu di bandingkan dengan anak pertama mereka- Seo Arin yang memang pandai di dunia perbisnisan seperti dirinya sendiri. Sedang Haechan, karena pemuda itu submissive Johnny merendahkan anak bungsunya itu. Entah apa yang ada di pikiran Johnny sehingga dia bisa memperlakukannya dengan jauh berbeda

Haechan selalu menunjukkan senyum terbaiknya, tak pernah menunjukkan bahwa dia terluka dengan semua apa yang dia terima dari Papa nya itu. Pun urusan jodoh papanya yang mengatur. Dan sekarang beginilah akhirnya, siapa yang bisa di salahkan atas kejadian memilukan ini?

Tak lama setelahnya Ten kembali meninggalkan Haechan sebab Mark masuk dan menatap canggung keduanya.

"Kamu ingin berbicara dengan Haechan, Mark?"

Mark mengangguk singkat, menatap ke arah Haechan yang tak menatap ke arahnya barang sedikitpun. Setelah Ten benar-benar keluar dari kamar inap Haechan, Mark kini melangkahkan kakinya mendekat ke arah Haechan.

"Haechan." Panggilnya dengan suara lirih, Mark tahu betul kalau Haechan habis menangis.

Haechan tak menggubris, ia lebih memilih merebahkan tubuhnya dan membelakangi Mark, air matanya kembali menetes karena mengingat kembali kejadian yang menimpanya. Apalagi mengingat bagaimana Mark yang memilih saudarinya daripada dirinya sendiri. Bagaimana Mark memang tidak menginginkan Haechan mengandung.

"Haechan-ah." Panggil Mark lagi, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pundak Haechan yang saat ini sudah bergetar, Haechan menahan tangisannya.

"Aku ingin sendiri." Hanya itu kata-kata yang Haechan keluarkan, untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa.

[END] Mark & His DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang