Chapter 6

935 169 5
                                    

Sakura mendengus pelan. "Aku tidak bodoh, aku tau itu, kau tak perlu mengatakannya."

"Aku tau, aku mengungkapkannya hanya karena aku butuh untuk sedikit mengeluarkannya. Rasanya terlalu sesak jika aku hanya menyimpan perasaanku sendiri." Sasuke menghentikan mobilnya perlahan karena rambu lalu lintas yang harus ia patuhi.

"Begitu kah?" Sakura masih sibuk memandangi keluar. "Kalau begitu kenapa tidak kau coba buang saja sejak dulu?"

Sasuke terkekeh pelan mendengar kalimat kejam Sakura. "Dasar jahat,"

Sakura menjauh dari jendela mobil saat sudah memasuki halaman kantor mereka. Orang yang berlalu lalang tentu banyak mencuri pandang kearah mobil Sasuke yang memang selalu menjadi pusat perhatian.

"Tenang saja, kacanya gelap. Bahkan jika aku mencium mu disini mereka tak akan bisa melihatnya." Celetuk Sasuke berusaha membuat Sakura tetap duduk nyaman.

Sakura menatap Sasuke tajam. "Bukankah pikiran mu terlalu kotor? Bagaimana bisa kau berkata seakan kau berencana melecehkan karyawan mu sendiri di area tempat kerja?"

"Aku tidak merencanakannya Sakura, tapi jika itu terjadi maaf saja, aku hanya bisa bertanggung jawab."

Lihatlah cara bicaranya yang sembrono itu. Benar-benar tidak sesuai dengan tampilannya. Sakura membuang nafas lelah.

Sasuke memarkirkan mobilnya ditempat yang memang biasa ia gunakan. Tak ada karyawan yang berani mengisi tempat ini padahal Sasuke sendiri sebenarnya tidak mempermasalahkan dimana pun ia parkir. Tapi karena seakan area ini sudah menjadi tempatnya akhirnya ia jadi selalu meletakkan mobilnya disini.

Pria itu segera keluar bahkan terlihat berlari tak mau membiarkan Sakura membuka pintu mobilnya sendiri.

"Aku bukan nona manja, kau tak perlu melakukan ini." Ucap Sakura datar ketika ia keluar dari mobil. "Jika bis tolong untuk tidak menyusup dini hari lagi. Aku juga tidak perlu kau antar jemput."

"Aku melakukannya karena aku ingin." Sasuke mengekorinya dengan wajah ceria. Pagi hari pertamanya bersama Sakura tentu merupakan hal spesial tersendiri baginya. Sasuke bisa membayangkan kehidupan rumah tangganya hanya dengan gambaran hari ini.

Keduanya masuk ke dalam lift untuk menuju tempat kerja mereka. Sakura yang memang berbeda dua belas lantai dari Sasuke jadi harus keluar lebih dulu. Meski menyebalkan tapi Sasuke harus merasa cukup hanya untuk ini. Ia tidak boleh terlalu memaksakan atau Sakura akan lepas lagi dari genggamannya.

.

"Apa kalian tau ternyata ada berita menghebohkan kemarin!" Shizune membuka gosip dengan begitu membara. "Bisa-bisanya aku terlambat tau,"

"Berita apa? Apa ada kecelakaan kerja yang fatal?" Tanya Sara sedikit cemas. Gadis cantik dari departemen logistik itu bahkan tak melanjutkan makannya karena menantikan sebuah jawaban dari seniornya.

"Kau ini, tidak semengerikan itu, ini malah lebih terdengar romantis!" Balas Shizune antusias.

"Apa ini tentang perempuan lift yang bersama tuan muda?" Tebak Sara.

"Yap! Kau tau sudah tau? Kenapa kau tidak bilang? Apa kau tau siapa orangnya? Bukankah itu mengejutkan mendengar Uchiha-sama yang dingin itu tiba-tiba memiliki seorang wanita?" Dengan bertubi-tubi Shizune terus berbicara.

Sakura tersenyum canggung. Ia yakin ini pasti perihal kejadian waktu itu. "Hati-hati Shizune-senpai, kau akan tersedak jika makan sambil bicara begitu.." Hentikan pembicaraannya, itu memalukan jika kalian menganggapnya seakan itu kisah romeo and Juliet abad ini!

"Ah, kalau dipikir-pikir Sakura pasti belum melihat Uchiha-sama ya?" Celetuk Shizune tiba-tiba.

"Ah, em, yeah, begitu lah.." bohongnya.

"Sebaiknya kau tidak melihatnya jika tidak ingin patah hati. Apa lagi sekarang beliau sudah memiliki kekasih." Sahut Sara yang kini sudah mulai membereskan piring makannya yang telah kosong.

"Ei, jangan begitu, Sakura kita juga cantik ko!" Shizune berusaha memberi semangat.

"Aku baik-baik saja, lagi pula aku tidak sampa berharap jadi nyonya perusahaan ini." Sakura memang benar-benar tidak merasa tersinggung. Bahkan tanpa merayu pun Sasuke sudah terus menempel hingga membuatnya kerepotan.

PIP! PIP!

'Apa kau sudah makan?'

Sakura mengabaikan getaran di dalam sakunya. Saat ini ia sedang berbincang santai menikmati waktu istirahat, sibuk dengan ponsel sendiri bukanlah sikap yang bijak.

"Jujur saja aku masih penasaran nona muda seperti apa yang akhirnya disukai Uchiha itu? Jika kejadiannya di kantor apa itu artinya dia juga salah seorang pegawai?" Matsuri penasaran.

"Jika benar itu pasti sangat romantis!" Seru Shizune bersemangat.

Sakura menahan diri untuk tidak merasa malu. Tolong jangan terlalu berlebihan menggambarkannya!

PIP! PIP!

'Kau makan apa kali ini? Sekarang aku hanya makan potongan roti dengan isian rumput menjijikan yang Sai siapkan. Rasanya benar-benar buruk, tapi ini makanan yang sehat bukan? Aku harap kau juga begitu.'

Puk!

"Yo nona merah muda, kita bertemu lagi!" Sapa Kiba yang tiba-tiba menghampiri dari belakang.

Sakura bersyukur ia tidak sedang minum atau pun makan saat pria itu menepuk bahunya. Akan memalukan jika ia menyemburkannya di atas meja makan. Matanya melirik tak suka kearah si pelaku. "Mengejutkan ya kita bisa bertemu, padahal saya kira waktu itu adalah yang terakhir kali."

"Ahaha, maafkan aku, apa aku mengejutkan mu tadi?" Kiba merasa bersalah.

"Kalian saling kenal?" Tanya Dan yang sejak tadi hanya diam ditempatnya.

"Tidak. Kami hanya tak sengaja bertemu." Sangkal Sakura. Ia tidak mau disalah pahami dengan pria ini.

PIP! PIP!

'Apa lain kali aku bisa makan dengan mu? Aku rasa rasa sayuran ini akan lebih baik jika aku makan dengan mu.'

PIP! PIP!

'Sakura aku sudah merindukan mu. Sebaiknya kau jawab aku jika kau tak ingin aku mendatangi mu.'

"Sudah waktunya jam kerja, sampai nanti pink!" Kiba memberi salam perpisahan secara khusus untuk Sakura. "Kalian juga, selamat kembali berkerja!"

"Baik Inuzuka-san!"

Semua segera bangkit dari kantin dan bersiap kembali mengerjakan kesibukan masing-masing.

Sakura yakin ia merasakan banyak pesan masuk di ponselnya. Ketika mereka dalam perjalanan barulah ia membuka ponselnya. Benar saja, sudah terdapat beberapa pesan dari orang yang sama.

'Sakura aku sudah merindukan mu. Sebaiknya kau jawab aku jika kau tak ingin aku mendatangi mu.'

Sasuke bahkan sudah melayangkan ancaman hanya karena ia tak membalasnya. Dasar pria kekanakan.

'Aku baru selesai makan. Ponselnya ku tinggalkan di meja ku tadi.'

Send.

"Apa kau juga setuju kalau menu fast food harus ada di kantin kita? Bukankah terlalu membosankan menu kantin itu?" Tanya Shizune meminta pendapat.

"Kita bisa menyampaikannya di kotak saran kan? Meski tidak harus fast food tapi sepertinya memang harus ada menu sehat yang baru." Kali ini Dan yang mengutarakan pendapatnya.

Sakura memilih hanya menjadi pendengar yang baik dengan tenang sembari berjalan mengikuti para seniornya dari belakang. Yeah, tenang, namun itu hanya bertahan beberapa saat sebelum akhirnya mereka mencapai ruang kerja mereka. Dimana dari kejauhan semuanya bisa melihat Sasuke berdiri didepan pintu ruangannya bersama nyonya Terumi disana.

Kontrak KerjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang