Sakura tak percaya pria itu bahkan tak memberinya waktu dan benar-benar mendatanginya. Sialnya lagi jam istirahat baru saja berakhir, ia akan terkena masalah jika kabur sekarang.
"Uchiha-sama disini? Ada masalah apa?" Bisik Matsuri cemas.
"Entahlah." Balas Dan yang juga tidak bisa menebak.
Sasuke tersenyum miring. Melihat Sakura yang berjalan kearahnya bersama karyawan lainnya. Ia dengan sengaja mengeluarkan ponsel lalu menghubungi gadis itu.
Drrt! Drrt!
"Sakura! Ponsel mu!" Tegur Shizune. Bagaimana pun Sasuke tengah melihat kearah mereka sekarang.
Sakura dengan segera menolak panggilan dari pria itu. Sialan, apa dia sengaja? "Maafkan aku!"
Setelah sudah mendekat mereka segera membungkuk memberi salam sebelum masuk ke dalam ruangan dengan sopan.
Kebetulan sekali Sakura adalah orang paling belakang, setelah semua masuk Sasuke dengan sengaja menggeser tubuhnya menutupi jalan membuat Sakura secara refleks berhenti agar tidak menabrak tubuhnya. Melihat itu tentu semua yang ada di dalam pun ikut menoleh kaget menyadari junior mereka masih ada diluar.
"Uchiha-sama, apa ada masalah dengan karyawan baru saya ini?" Tanya Terumi yang juga kebingungan. Pasalnya Sasuke hanya diam berdiri sejak tadi dan saat ditanya pun pria itu hanya bilang tidak ada apapun yang dibutuhkan dan hanya berdiri seakan menanti sesuatu.
"Ponselnya tidak kau tinggalkan." Sasuke berbicara dengan suara beratnya. Saat Sakura menengadah, meski ekspresinya datar tapi dari tatapannya Sakura tau Sasuke tengah merajuk memprotes kenapa ia tak membalas pesan darinya.
"Ponsel?" Bingung Terumi.
Sakura menghela nafas panjang. Ia menoleh kearah kepala manajernya dengan senyum formalitasnya. "Maaf sepertinya ada yang Uchiha-sama perlu bicarakan dengan saya, ini hanya masalah pribadi jadi anda bisa melanjutkan pekerjaan anda Terumi-san. Kalau begitu kami permisi. " Sakura raih tangan Sasuke dan langsung menyeretnya menjauh.
Tentu saja semua hanya menganga tak percaya melihat gadis kecil gulali itu menarik si besar Sasuke layaknya anak kecil. Dan menghebohkannya lagi mereka yakin Uchiha itu bahkan sekilas terlihat tersenyum!
Sakura melepas tangan pria itu setelah ia merasa kini hanya ada mereka berdua disepanjang lorong bangunan ini. "Haruskah kau melakukan ini?"
"Aku merindukan mu." Sahut Sasuke jujur tanpa ragu.
Sakura berbalik menatap pria itu tajam. "Hanya karena itu kau mendatangi ku?"
Sasuke terdiam. Melihat Sakura-nya benar-benar terlihat marah membuatnya merasa sedih. Ia raih tangan kecil itu ke dalam genggamannya. "Apa aku tidak bisa mendatangimu saat aku merindukan mu?" Ia usap tangan Sakura dengan jemarinya. "Aku sudah meminta mu membalas pesan ku dan kau malah membohongi ku, Aku-"
Sasuke menyusupkan jari-jarinya disela jari-jari Sakura. Menggenggamnya dengan begitu erat. "Aku hanya mencintai mu, apa aku tidak memiliki izin untuk itu?" Lirihnya pelan.
"Tidak." Balas Sakura tegas. "Apa kau tau Uchiha? Perasaan yang kau berikan pada ku itu," Sakura melangkah satu langkah lebih dekat. Pandangannya tak terputus sedetikpun dengan sang onyx. "-semakin lama semakin terasa amat memuakkan!"
Sakura menarik tangannya dari Sasuke. Ia dengan langkah cepat pergi begitu saja meninggalkan pria yang terdiam mematung dengan begitu menyedihkan.
Langkahnya begitu berat. Padahal ia adalah orang yang telah membuang Sasuke tapi entah mengapa rasanya sesuatu seakan mencekiknya. Nafasnya terasa begitu berat seperti tengah berada dipuncak tertinggi. Perasaan bersalah setiap kali bayangan dari pria itu melintas kian membuatnya merasa sesak. Semua perhatiannya, ketulusannya, senyumnya, Sakura tau Sasuke pria yang baik. Tapi sungguh ia tak bisa menerima perasaan pria itu yang kian membebani nya. Bagaimana pun ia tidak mencintainya lagi. Perasaan ini memang harus diakhiri demi kebaikan mereka.
"Hiks.. hiks.. "
Apa Sakura akan menghilang lagi?
Gadis itu sangat membencinya, jelas dia akan pergi meninggalkannya lagi.
Sasuke memandangi tangan yang terakhir kali ia gunakan untuk menggenggam tangan Sakura. Pandangannya kosong memikirkan tatapan yang Sakura berikan padanya beberapa saat lalu. Sasuke tersenyum masam. "Memuakkan?"
Sasuke terlalu sombong dengan beranggapan Sakura pasti sedikit memiliki perasaan dengannya mengingat masa lalu mereka. Ia hanya perlu bersikap baik dan terus menunjukan ketulusannya. Tapi yang ia dapatkan hanya 'memuakkan'?
"Jika kau membenci ku seperti ini, apa yang bisa ku lakukan Sakura..." Lirihnya dengan pandangan putus asa.
Semua antusiasme para bawahan Terumi menguap seketika ketika melihat Sakura kembali dengan wajah sembab. Mereka seakan menyadari ini bukanlah saat yang tepat untuk menyinggung apa yang terjadi. Meski mereka amat penasaran tapi mereka cukup tau bahwa Sakura masih butuh untuk tenang.
"Sakura pembahasan dengan perwakilan penyuplai kali ini apa mau ku gantikan? Kau bisa mengirimkan semua datanya pada ku sekarang." Shizune menawarkan diri.
Sakura mengangguk pelan. "Maaf merepotkan. Makan siang besok biar saya yang bayar."
"Ini bukan hal besar." Balas Shizune santai.
Sakura menghela nafas untuk kesekian kalinya agar ia bisa merasa tenang dan tidak memasukan perasaan pribadi kita sedang berkerja. Sasuke juga bukan orang yang bodoh. Dia akan baik-baik saja.
Begitu lah dugaannya yang sayangnya akan sangat meleset jauh dari apa yang ia kira. Ia baru tau dampak dari perkataannya setelah mendapat pesan singkat dari nyonya besar keluarga Uchiha.
'Bisakah kau berkunjung kemari sepulang kerja Sakura-chan?
Uchiha Mikoto.'
.
.
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak Kerja
Romance"Kau yang bilang akan menjauhkan ku dari para wanita pengganggu itu, bukan kah itu artinya kau ingin jadi satu-satunya wanita untukku? Sekarang sudah tidak ada siapapun di samping ku dan itu karena mu. Kau harus bertanggung jawab terhadap ku." "Kau...