BAB IV - Dewa dan Iblis

414 57 3
                                    

BAB IV

Dewa dan Iblis

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Lyra sampai di Kota Yue. Apa yang dikatakan paman itu benar, Kota Yue sangat mirip dengan kota modern di dunia nyata. Mereka memiliki banyak lampu terang di setiap sudut jalan. Toko dan restoran berjajar dengan sempurna, bahkan terdapat pusat perbelanjaan di sini. Kata orang-orang, Kota Yue akan lebih aktif di malam hari.

Minggu ini, penduduk kota sedang mempersiapkan festival kembang api yang sudah menjadi tradisi untuk merayakan kalender bulan baru. Mereka juga akan menampilkan tarian dewi bulan yang sudah menjadi tradisi, untuk memuja dewi bulan di setiap tahunnya. Seperti Namanya, Yue, merupakan dewi penjaga kota ini. Kuilnya berdiri megah di pusat kota dan dikelilingi oleh taman serta air mancur.

Lyra terpesona akan keindahan Kota Yue. Matanya terus terusan memandangi setiap detail di kota ini. Aroma makanan semakin menggugah perutnya untuk singgah sejenak. Ia hampir melupakan tujuannya untuk datang ke kota ini. Untungnya, Lyra segera sadar dan melangkahkan kakinya menuju pusat kota.

Berbondong bondong orang datang memenuhi taman kota. Mereka rela berdesak desakan hanya untuk melihat tarian dewi bulan yang mempesona. Setelah tarian selesai, kembang api diluncurkan sebagai tanda perayaan kalender bulan baru. Tepuk tangan serta kegembiraan pecah, seluruh orang berbahagia karena mereka percaya akan mendapat berkah langsung dari sang dewi.

Angin kembali berhembus dan kali ini ia berhasil mengenai rok Panjang Lyra. Gadis itu segera membungkuk untuk menutupinya dengan tangan. Dan pada saat yang bersamaan, dia melihatnya. Seorang pria tinggi berpakaian serba merah, berambut hitam dengan penutup mata.

"Hua Cheng!"

Dia sepertinya menyadari keberadaan Lyra dan menghilang ditengah kerumunan.

"Hua Cheng, tunggu!"

Semakin lama, kumpulan manusia ini malah semakin banyak. Lyra terseret arus dan tak dapat kembali ke posisi awal. Lama kelamaan kepalanya menjadi berat dan Ia melihat sang dewi di atas awan sedang menatapnya dengan tajam.

"Ini semua karena ulahmu!"

Lyra tidak mengerti. Rasanya, tubuhnya semakin berat dan tiba-tiba saja banyak kupu kupu perak mengelilingi raganya. Lalu semuanya gelap gulita.

.

.

.

Lyra membuka matanya perlahan, ketika Ia sadar, dirinya sudah berada disebuah ruangan mirip hotel. Namun, bangunanya seperti bangunan lama bukan modern. Matahari yang mulai naik melepaskan sinarnya hingga menembus jendela, disusul oleh burung burung di atas pohon yang berkicau dengan merdunya.

"Apa yang terjadi semalam?"

Lyra sama sekali tak mengingatnya, meski sekarang tubuhnya sudah terasa ringan, Ia masih merasa ada sesuatu yang hilang. Namun, Ia segera menyingkirkan segala pikiran negatif dan kembali ke tujuan awal yaitu mencari Xie Lian.

Lyra memulai pencariannya dengan sarapan di kedai teh. Kedai teh itu berada dibawah hotel yang ditinggalinya semalam. Dirinya memilih tempat duduk paling pinggir dengan pemandangan menghadap ke sebuah taman kecil. Cuaca di Kota Yue kala itu sangatlah bagus, orang-orang mulai beraktivitas dengan normal. Beberapa diantara mereka memilih menghabiskan waktunya di rumah. Saat melihat keluarga kecil yang sedang piknik di taman, Lyra menjadi teringat akan keluarga dan juga dunia asalnya.

"Ah, aku jadi teringat akan rumah" Ujarnya dalam hati

"Pantas saja dunia ini berubah"

Lyra tersentak dengan suara yang familier itu. Tiba-tiba saja seorang pria berpakaian serba merah sudah duduk di sampingnya sembari menyeruput tehnya dengan santai.

"Hua Cheng?!"

Mata cokelat yang dimilikinya tampak membesar. Ia tak mengira akan bertemu dengannya semudah ini. Hua Cheng masih duduk dengan posisi santainya. Ia lantas tersenyum sambil berkata

"Li Ran, atau perlu ku panggil Lyra?"

"Haha, Hua Cheng atau San Lang?"

Keduanya saling melemparkan senyum liciknya. Yang satu menopang kepalanya dengan tangan dan yang satunya masih memegang cangkir berisi teh. Namun, pria itu memulai percakapan lebih dahulu, sehingga Ia harus menjawab pertanyaan Lyra

"Terserah"

"Karena Yang Mulia Putra Mahkota memanggilmu San Lang, aku akan mengikutinya"

Pria itu membuang napasnya dalam dalam. Sambil memberi senyum setengah mengejek, Ia berkata

"Memangnya, kau kenal dia?"

"Tentu saja. Aku Li Ran dan aku membutuhkan bantuan kalian berdua"

San Lang memandang Lyra dengan tatapan heran, tapi tidak seperti Feng Xin yang memandanginya dari ujung rambut sampai kaki. Sekilas wajah pria itu nampak tenang, namun di kepalanya, terselip begitu banyak hal mengenai gadis dihadapannya. Fakta itu terlukis jelas dalam wajahnya yang rupawan.

"Baiklah Li Ran, langsung saja ke intinya. Apa kau sadar bahwa kau telah membuat murka dewi bulan?"

Bersambung...

Terjebak Dalam Dunia TGCF! [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang