Babak 4: Paket Misterius

148 57 7
                                    

Kardus itu terlihat biasa, namun ukurannya memanglah besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kardus itu terlihat biasa, namun ukurannya memanglah besar. Setinggi paha Alvin, dengan lebar dua langkah kaki. Pemuda itu malah ragu bagaimana caranya Qaila mengangkatnya ke atas sendirian? Dia sangat yakin Jeremy sekarang sudah ada di rumah sakit dan bekerja. Wanita satu itu harus dia waspadai, tidak boleh tertipu dengan penampilannya.

Dia masih ingat pertama kali berkenalan dengan Qaila, di saat Alvin masih terbaring di ranjang RS Lovelette di Malang untuk pemulihan kakinya. Wanita itu tersenyum manis di samping tempat tidurnya setiap kali Alvin membukakan matanya. Qaila senantiasa menemaninya, dari pagi hingga bertemu kembali dengan pagi.

Alvin tahu kabar Jeremy menikahi Qaila beberapa minggu yang lalu dari ibunya. Saat itu hanya ibu Alvin yang datang ke acara pernikahan adik laki-lakinya itu. Ayah Alvin sibuk dengan pekerjaan dinasnya, sedangkan dirinya kuliah dan adik Alvin sekolah. Walau dia ingin sekali mendatanginya karena Alvin dan Jeremy sangatlah akrab, namun ibu Alvin bersikeras bahwa putranya tidak boleh membolos.

Tapi, coba lihat sekarang. Setelah kepergiannya, Alvin malah tidak mau masuk ke kampusnya lagi. Mungkin sang mendiang Ibu sedang menangis dan sedih melihat keadaan putranya yang selamat itu. Mungkin dia sakit hati karena Alvin bersikeras tidak ingin melanjutkan pendidikannya, padahal dia selalu memimpikan dirinya bisa bersama sang putra yang sedang mengenakan toga kelulusan, yang sayang tidak akan Alvin lakukan. Pemuda itu sudah cukup menderita seorang diri.

Namun berbeda sekali dengan ibunya, sosok keibuan Qaila seperti tidak ada. Bisa jadi, belum memiliki momongan adalah salah satu hal yang membuat Qaila masih belum terlihat seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Dia masih seperti perempuan rumahan yang hampir seumuran dengan Alvin.

Sayangnya Alvin yang awalnya mengira bahwa Qaila adalah wanita baik-baik harus dia telan bulat-bulat karena ternyata Qaila memiliki tempramen yang keras dan labil.

Alvin saja sempat kaget ketika dia berbincang-bincang dengan Jeremy, perihal Qaila adalah pasien dari salah satu sahabatnya di bagian kejiwaan.

"Aku sering dibilang pria gampangan sama orang lain. Ya ... aku memang mudah terpukau dengan berbagai hal dan juga mudah dibuat jatuh hati. Sampai-sampai Mathias bilang aku sudah dijadikan budak oleh seorang psikopat," jelas Jeremy terkekeh-kekeh di kala itu.

Lebih tepatnya Qaila menderita IED (1) atau gangguan kepribadian yang membuat emosinya meledak-ledak dalam episode (2) tertentu. Sebuah penyakit yang bisa membuat dirinya dijauhi banyak orang karena terlalu sensitif terhadap segala hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, di mana dia bisa mengumpat, menghina, hingga adu jotos dengan orang lain karena hal yang sepele.

Qaila pun sempat dinyatakan terkena bipolar (3), namun beberapa bulan setelah pengawasan dari psikiater, ternyata dia lebih masuk ke IED dibandingkan penyakit dua kepribadian itu.

Alvin tidak mengerti mengapa Jeremy begitu tahan tinggal bersama dua ODGJ sehari-hari. Terlepas dari sifatnya yang memang lembut dan suka menolong, tapi dia tahu abangnya itu bukanlah orang yang mudah dibodohi.

ON Series: Game Over (REPUBLISH-NEW CHAPTER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang