Babak 18: Fight or Flight

48 20 10
                                    

Pintu membuka lebar dan serangan aroma karat bercampur pesing yang tajam menerpa Zea dan Ann tanpa kenal ampun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu membuka lebar dan serangan aroma karat bercampur pesing yang tajam menerpa Zea dan Ann tanpa kenal ampun. Di tengah ruangan, di bawah cahaya senter yang ada digenggaman mereka, luka-luka gadis misterius itu tampak lebih buruk dari perkiraan. Mata kirinya membiru dan hitam yang mengabur ke kulit yang pucat, rahangnya ditutupi nuansa ungu, cokelat, serta kuning yang ganjil. Darah yang masih segar menutupi seluruh permukaan luka sayatan di pipinya. Sejumlah guratan panjang tertoreh di lengannya, ada yang tipis hingga amat dalam. Sesaat cahaya bergeming dan menyorotinya lebih dari lima detik, dia membentang salah satu lengannya untuk melindungi pandangannya, semakin jelaslah luka mengerikannya hingga Zea meringis ngilu.

"A-a-apa yang terjadi padamu?" tanya Ann terbata-bata yang segera disesali ketika ada bayangan hitam besar yang bangkit di belakang gadis yang terluka itu.

Spontan Zea menyinari bayangan itu dengan senternya dan mendapati sesosok gadis berjaket hoodie mengenakan topeng putih datar yang dilumuri noda darah di sana sini.

Udara di sana seketika menusuk-nusuk paru-paru. Dengungan muncul tiba-tiba di dalam pendengaran, disusul tangan dan kaki menjadi mati rasa. Waktu seolah melambat bagi Zea dan Ann. Otak mereka dipaksa menghadapi fase fight or flight. Naluri bekerja lebih cepat dari pikiran mereka.

Ann terkesipa dan melompat menuju gadis yang tersungkur di lantai. Dia hampir terjatuh saking tergesa-gesanya meraih orang asing itu. Kemudian Ann memeluk gadis itu dan menarik tubuhnya untuk menukik ke arah kanan ruangan. Teriakan histeris terlontar dari mulutnya tanpa dia sadari, sebab dia lupa diri dan telah membiarkan tubuhnya menjadi sasak daging untuk melindungi orang lain.

Untung saja Zea segera mencegah Ann menjadi bulan-bulanan gadis yang satunya lagi. Berkat tindakan Ann tadi, dia bisa berlari sekuat tenaga tanpa hambatan untuk menyeruduk lawannya hingga tersungkur di lantai. Zea menindihi badan gadis itu dan mencoba menarik paksa topeng yang dikenakannya. Tentu saja hal itu tidaklah mudah. Dia melawan dengan melayangkan tangannya ke arah Zea. Pemuda itu lebih cepat darinya, Zea berhasil menghindar dan melayangkan pukulan ke topeng menjemukan itu. Benturan keras itu menghasilkan erangan kesakitan bagi gadis berbahaya itu.

"Bisa-bisanya kamu memukul perempuan! Jahat! Kejam! Tidak berperasaaaan!" teriak Ann yang melihat tindakan asusila yang dilakukan Zea.

"Kenapa kamu malah meneriakiku, sihhh!" balas Zea dengan teriakan yang juga menggelegar.

Melihat ada celah untuk memutarbalikkan keadaan, gadis bertopeng itu berhasil meloloskan diri dari cengkraman tangan Zea yang mengendor dan berguling. Dia membungkuk lalu menyerang pemuda itu dengan sebuah kilauan yang bergerak cepat. Seperkian detik Zea bisa merasakan keanehan pada rusuk sebelah kanannya. Ternyata gadis itu memegang potongan kayu yang tajam di ujungnya, seperti pisau dapur tanpa ganggang. Pisau kayu itu berlumuran darah baru di atas darah yang sudah mengering.

Sadar dirinya terluka, Zea sempat menahan napasnya, syok, berusaha menelaah apa yang baru saja terjadi padanya. Kepanikan itu memberi waktu kepada gadis bertopeng itu untuk bangkit dan mengarahkan pisau kayu itu ke depan wajahnya. Diam seperti menikmati penderitaan yang dialami korban barunya.

Zea merasakan cairan panas yang mengalir hingga ke perutnya. Jaket jersy yang dia kenakan tidak berhasil melindunginya, ada lubang yang menembus di bawah rusuknya. Serangan dingin yang membeku menyerang ke seluruh tubuh Zea dan secara refleks dia menekan luka itu, merengkuh dirinya sendiri seakan dia adalah kura-kura yang bersembunyi dalam tempurungnya, berharap luka itu bisa tertutup kembali.

Dia sudah melupakan keberadaan Ann dan gadis yang terluka tadi. Tak dapat mendengar teriakan dari Ann yang terus memanggil dan memohon agar Zea bertahan. Kilasan balik akan tindakan heroiknya yang berakhir menyedihkan membuat penyesalan yang mendalam untuk riwayat kehidupannya yang terasa amat singkat.

Berkali-kali dia mengumpat dalam hati. Mengatai dirinya tolol, lemah, dan tidak berguna. Lagi-lagi dia tidak bisa melindungi siapapun. Mau itu Nia maupun Tris. Dan kali ini Ann masuk ke dalam rentetan kegagalannya.

Puas melihat penderitaan Zea, gadis itu mengayunkan pisau sekuat tenaga, mengarahkannya ke bagian belakang leher Zea. Sedikit saja terlambat, nyawa Zea dipastikan melayang, pemuda itu berhasil menyeruduk badan yang kurus di depannya, dengan tenaga yang tersisa berhasil menangkap pergelangan tangan lawannya yang kaget dan memelintirnya seakan dia ingin mematahkannya sebagai balas dendam. Gadis itu berteriak dan berlutut meminta ampun.

Kekuatanya hanya bertahan beberapa detik sebelum dia merosot ke lantai dan tumbang. Rintihan kesakitan serta air mata bergulir turun di wajah Zea yang memucat. Lukanya yang menganga menyebabkan dia kehilangan darah cukup cepat dan mulai kehilangan kesadaran. Di sela tatapan kosongnya, Zea bisa melihat gadis bertopeng itu kabur dari dirinya. Kemudian dia pingsan.

Respon fight-or-flight atau fight-flight-or-freeze adalah reaksi fisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap peristiwa, serangan, atau ancaman yang dianggap berbahaya bagi kelangsungan hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Respon fight-or-flight atau fight-flight-or-freeze adalah reaksi fisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap peristiwa, serangan, atau ancaman yang dianggap berbahaya bagi kelangsungan hidup. Ini pertama kali dijelaskan oleh Walter Bradford Cannon.

--- --- ---

Huaaaaa ... aku nulis ini sampai mabuk sendiri. Kepalaku panas! Mual banget ....

Apa perasaanku saja atau adegan kali ini terlalu singkat? Nanti deh aku revisi biar lebih panjang lagi. Hiks, ini aja aku berasa lagi putar video kekerasan dan di-pause tiap detiknya //eits! Jangan ngeluh!

Btw, Ann pingin digetok, ya? Hahahaha. Bisa-bisanya dia teriak gitu pas lagi dalam situasi gawat. Mungkin memang dua orang ini tidak bisa pasangkan 😂

Gimana menurut kalian? Ayok, yang silent reader, tunjukkan keberadaan kalian dengan kasih vote dan komen dungs!

Kritik dan saran akan kuterima dengan lapang dada. Lumayanlah buat revisi cerita ini ke depannya biar lebih baik lagi.

Ah, satu lagi, sampai di sini, tokoh mana yang kalian sukai? Atau couple goal kalian siapa aja?

Lalu, apalagi ya ....
Oh! Terima kasih buat siapapun yang bersabar menunggu cerita ini update! Bukan cuman kalian aja kok yang mau cerita ini lengkap dan tamat, aku juga mauuuu. Biar bisa selesaikan naskah berikutnya.

Oke, sekian curcol tak berguna ini. Moga besok aku bisa update! Awowowowok harus!

*** *** ***
Author note:

WARNING!

If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you will risk of a malware attack. If you wish to read this story safety, read this in THE ORIGINAL web! Please, support the author with some respect.

Thank you,

Hygea Galenica

--- --- ---

PERINGATAN!

Jika Anda membaca cerita ini di platform lain SELAIN WATTPAD, Anda akan berisiko terkena serangan malware. Jika Anda ingin membaca cerita ini dengan aman, bacalah di web ASLI! Tolong, dukung penulis dengan cara yang lebih terhormat.

Terima kasih,

Hygea Galenica

*** *** ***

ON Series: Game Over (REPUBLISH-NEW CHAPTER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang