Suara ribuan langkah kaki membuat seisi rumah riuh, Ann dan Zea menuruni tangga sembari mengedarkan pandang waspada ke segala arah. Tidak ada tanda-tanda Cecil maupun pembunuh bertopeng yang haus darah.
Kembali ke tempat awal, Ann mendapati penampakan gadis kecil yang menatapnya dengan tatapan kosong di ujung lorong, di depan ruangan ketika mereka menemukan Cecil terkulai lemas. Telunjuk gadis kecil itu mengarahkan ke situ.
"Zea! Ke sana!" Ann berlari kencang dengan kaki kecilnya, yang segera disusul oleh Zea dengan kaki jenjang dan langkah besarnya.
Pemuda itu tiba di depan pintu dan gadis kecil yang tadi dilihat Ann lenyap. Satu detik kemudian, pintu dibuka dan ... sosok Cecil yang merangkak dengan darah berlumuran di sekujur tubuh dan wajahnya.
"A ... aku ... ada di mana?"
Bulu kuduk Zea dan Ann sontak berdiri. Meski di dalam kegelapan yang begitu pekat, tapi mereka yakin dengan apa yang sudah mereka lihat. Posisi itu, luka-luka yang tertoreh di sekitar wajah dan tubuh Cecil, sampai ucapannya tadi.
Seolah mereka sedang menonton siaran ulang dari reka kejadian yang mengerikan. Ya, tidak salah lagi. Ini seperti sebuah de javu.
"Sial! Aku tidak mau mengulangi hal yang sama!" Dengan cepat, Zea meraih kedua tangan Cecil, kemudian menariknya keluar. Itu adalah tindakan paling merendahkan bagi kaum wanita, tapi bukan saatnya dia memikirkan itu.
Tubuhnya yang dibanjiri ketakutan akan kematian dan kehilangan, berhasil memberikan sebuah tenaga dalam yang kuat sampai dia tidak menyadari telah menyeret gadis itu ke ruangan lain, dua atau tiga pintu dari sana. Pemuda itu tidak peduli dengan pekikan Cecil atau kondisi tubuhnya yang diperlakukan seperti sekarung beras. Intinya mereka harus menjauh dari sana. Bagaimanapun caranya. Ann yang sudah berada di belakang pintu, langsung membanting pintu, dan menahannya dengan tubuhnya yang masih kuat.
Gadis bertopeng itu berusaha membuka pintu. Mendobrak terus-menerus. Berkat Zea yang segera memberikan tambahan kekuatan di depan pintu, akhirnya perlawanan itu berakhir.
"Zea ... kamu sadar akan satu hal ... lagi kan?" ucap Ann terputus-putus dengan napas yang memburu.
"Ya ... aku yakin sekali pernah memainkan sebuah game yang mirip dengan ini. Entah judulnya apa ... tapi, tidak salah lagi ...."
Mereka berdua menoleh secara bersamaan, ke arah Cecil yang meringkuk kesakitan di tengah ruangan. Zea melanjutkan, "Kita terjebak dalam sebuah time loop. Di mana ... Cecil atau pembunuh tadi ... yang membuat semuanya terjadi."
--- --- ---
Meski pembunuh itu tampak tidak datang lagi untuk mengganggu, mereka tetap melakukan tindakan pencegahan dengan menarik berbagai macam jenis perabotan untuk menahan satu-satunya pintu masuk dan keluar. Ann kembali merawat luka-luka Cecil sembari menatap penuh selidik. Gadis itu semakin yakin kalau dia telah mengobati bagian yang sama seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ON Series: Game Over (REPUBLISH-NEW CHAPTER)
ParanormalApa yang akan terjadi jika Metaverse atau alam semesta fiktif mulai mengambil alih realita sebenarnya? Alvin, seorang mahasiswa di Universitas Clarius Jaya, mengalami kecelakaan maut yang menyebabkan dirinya kehilangan kedua orang tua dan adiknya. A...