6. Matematika Pelampiasan

3.3K 457 150
                                    

Setelah satu minggu lamanya Zaki tidak masuk sekolah karena kondisinya yang tak memungkinkan. Akhirnya hari ini pemuda itu bisa kembali ke sekolah dengan keadaan yang lumayan membaik. Saat ini Zaki tengah duduk pada bangku paling belakang sembari mendengarkan guru matematika yang tenga menerangkan materi baru.

Terkadang, melihat teman-temannya yang selalu menyepelekan tugas sekolah dan mengandalkan teman lainnya untuk mengerjakannya, membuat Zaki merasa begitu sedih. Apalagi, ketika melihat mereka yang tanpa rasa bersalah sedikit pun tidur ketika guru tengah menerangkan materi panjang lebar. Tidak kah waktu mereka terbuang sia-sia? Apa mereka juga tidak memikirkan orang tua mereka yang sudah bekerja keras untuk membiayai mereka? Mereka terkesan tidak tahu diri.

Sebagai anak yang tidak mendapatkan dukungan material dam emosional dari kedua orang tua, Zaki merasa begitu terluka. Jika Zaki berada di posisi mereka, Zaki pasti akan bersyukur dan memposisikan diri agar bisa dikatakan pantas menjadi seorang anak yang tahu diri. Seharusnya mereka buka mata, dan ingat apa yang sedang orang tua mereka lakukan sekarang. Tapi ya mau bagaimana lagi, jika memang mau mereka seperti itu ya sudah.

Memikirkan itu membuat Zaki kehilangan fokus saat guru matematika tengah menerangkan materi baru. Ia kemudian mengembalikan fokusnya pada papan tulis sembari mencatat hal penting bu Juna katakan.

Ketika ia menghadap buku catatannya, pikirannya kembali berantakan ke mana-mana. Sejujurnya ia lelah jika setiap hari seperti ini. Dalam beberapa waktu ia bisa tetap bersikap tenang meskipun suasana tengah berantakan. Tapi ketika memikirkan masalah keluarga, ia benar-benar tidak bisa tenang. Dadanya bergemuruh memikirkan bagaimana kira-kira masalah di rumah bisa diselesaikan. Seharusnya Zaki tak memikirkan itu. Tapi masalah-masalah itu terus memaksanya untuk berpikir.

Zaki menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha mengusir pikiran ngawur itu dalam kepalanya. Ia mencoba kembali fokus saat guru matematika bernama Bu Juna meminta satu siswa maju ke depan untuk menyelesaikan soal dengan bab Notasi Intergal. Dan zaki memuskan untuk angkat tangan dan maju ke depan.

"Ayo, Zaki. Silahkan dikerjakan nomor 1. Jika bisa, nomor 2 sekalian juga tidak apa-apa. Nanti nomor selanjutnya biar teman kamu," kata Bu Juna yang diangguki oleh Zaki.

Lantas Zaki kini sudah memegang spidol dan hendak mengerjakan soal matematika itu di papan tulis. Matanya memanas, dadanya terasa begitu sakit. Terlalu banyak amarah yang ia pendam, sebab ia tidak pernah memiliki tempat bercerita tentang segala dukanya, maka satu-satunya cara yang bisa ia lakukan untuk melampiaskan rasa sakit itu adalah bergelut dengan angka-angka di depannya ini.

Saat mulai menyelesaikan soal tersebut, Zaki merasakan emosinya naik, ia mengerjakan dengan hati yang terasa sangat sakit. Matanya yang memanas terus fokus pada deretan angka yang mulai terselesaikan. Tangannya yang ingin ia gunakan untuk memukul sesuatu agar marahnya terlampiaskan, ia gunakan untuk menuliskan deretan angka dengan cekatan agar emosinya bisa tersalurkan. Pikirannya yang kacau ia gunakan untuk berpikir keras guna menyelesaikan soal itu.

Lalu tanpa waktu yang lama, Zaki menurunkan tangannya dari papan tulis. Ia menatap hasil kerjanya dengan hati yang terasa begitu lega. Pemuda itu menghela napas panjang, memejamkan matanya sejenak untuk melepas semua rasa sakit dalam hatinya. Hanya dengan begitu, emosi dalam dirinya berangsur-angur mereda.

Nyaris seisi kelas melongo melihat kemapuan Zaki berpikir secepat itu. Padahal materi baru saja diberikan, dan sebagian bahkan hampir semua yang ada di kelas belum sepenuhnya mengerti, tapi Zaki dapat dengan mudah mengerjakan soal rumit itu dengan cepat. Sebenarnya memang tak usah diragukan, berkali-kali Zaki mengikuti ajang olimpiade matematika dan selalu mendapat juara. Tapi tetap saja mereka melongo. Sebab materi ini memang cukup sulit untuk dimengerti.

Lembaran Luka | Jay Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang