35. Mimpi yang Telah Hilang

1.2K 109 1
                                    

Penyakit kanker hati seolah menjadi vonis yang menghantui dan meruntuhkan semangat para pasien. Padahal, dengan tindakan kuratif yang tepat pasien dapat disembuhkan dan dipulihkan. Tapi untuk Zaki, harapan untuk sembuh yang selalu ia angan-angankan sepertinya telah hilang.

Pagi tadi Zaki berkata baik-baik pada Ibu tentang penyakitnya yang semakin serius. Zaki meminta izin pada Ibu untuk menjalani pengobatan yang serius di rumah sakit, tapi jawaban sang Ibu justru membuat Zaki semakin terluka.

"Nggak usah berobat. Penyakit kamu bukan penyakit biasa. Lama-lama pasti juga kamu bakal mati, bisa rugi uang untuk berobatnya kalo kamu mati gitu aja." Begitu kata Ibu.

Kala itu Zaki hanya mengangguk lemah. Tidak ada gunanya memohon-mohon pada Ibu, karena jawabannya tetap lah sama. Tak lama setelah itu Zaki mencoba untuk mendongak menatap kedua bola mata sang Ibu dengan takut-takut. Ada perasaan perih ketika ia sudah berhasil menatap mata sayu itu. Zaki tahu, di sini Ibu juga terluka, Ibu juga punya luka batin dan luka mental. Dan Zaki tidak bisa egois untuk meminta Ibu memperhatikan penyakitnya. Zaki tidak mau merepotkan, jika ia bisa menghandal semuanya sendirian, ia akan melakukan itu sendiri. Walau tidak bisa dipungkiri, ia juga makhluk sosial yang masih memerlukan orang lain di kehidupannya.

"Ibu, maaf karena tidak bisa membanggakan Ibu. Maaf karena Zaki gagal. Maaf karena Zaki putus sekolah begitu saja," kata Zaki dengan suara bergetar.

"Kamu emang nggak bisa dihandalkan dalam hal apapun. Nggak usah minta maaf, Ibu tahu kamu nggak berguna, Ibu tahu dan Ibu nggak akan kaget kalau tahu pada akhirnya kamu nggak bisa jadi apa-apa dan hanya menyusahkan saja. Dari awal Ibu nggak pernah berharap dan berkespektasi apapun sama kamu, jadi Ibu nggak kecewa," jawab Ibu.

Kenapa aku harus gagal dan tidak bisa membuktikan pada siapapun bahwa aku juga layak untuk dibanggakan...

Zaki seakan lupa bagaimana cara bernapas, dadanya sangat sakit, bahkan untuk bernapas saja ia tidak bisa. Mendengar ucapan Ibu barusan membuat Zaki merasa bahwa dirinya memang pantas untuk hilang dari muka bumi ini, hadirnya memang hanya menyusahkan saja alih-alih membuat bangga.

🕊🕊🕊

Zaki duduk di tepi ranjang sembari memangku celengan berbentuk ayam yang sudah ia simpan bertahun-tahun lamanya. Zaki begitu mendambakan cita-cita yang tinggi, ia ingin menjadi dokter, ia juga tahu bahwa jalan untuk menuju impiannya tidaklah gratis. Maka dari itu, Zaki selalu menyisihkan uang yang ia dapat dari kerja ke dalam celengan ayam itu. Namun sekarang, impian itu sudah terkubur dalam-dalam. Selain karena putus sekolah, kondisinya yang sakit-sakitan juga semakin membuatnya merasa bahwa tidak apa-apa jika mimpi itu hilang begitu saja.

"Masih banyak mimpi yang bisa aku coba. Menjadi sukses tidak harus jadi dokter, kan?" Zaki tersenyum sembari mengelus-elus celengan itu. Sekarang ia sudah benar-benar ikhlas melepas mimpi itu. Sembari mengisi hari-harinya yang tak lagi sama seperti dulu, ia bisa menjadi guru les untuk anak-anak di desanya yang ingin les namun keterbatasan biaya. Masih banyak jalan untuk Zaki membahagiakan dirinya sendiri. Jadi, tidak perlu ia bersedih untuk waktu yang lama.

Seharian ini, Zaki hanya menghabiskan waktunya dengan tiduran di kamar, menemani Kayna yang tengah bermain bersama dengan dunianya sendiri. Kondisi Zaki kian hari kian memburuk. Pemuda itu tahu bahwa ia tidak akan bisa menangani ini sendiri, karena bagaimanapun juga, ia perlu dokter untuk paling tidak membantunya meredakan rasa sakit yang selalu membuatnya tersiksa.

Zaki tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti apa kata Ibu. Lagi pula, ia sudah terbiasa dengan rasa sakit ini, jadi tidak apa-apa.

"Kayna. Kamu lagi menginginkan sesuatu? Kayna mau mencoba melukis di kanvas? Kanvas itu tempat yang biasanya digunakan seorang pelukis untuk mengeksplorasi karyanya. Kayna mau coba?" Zaki menghampiri adik perempuannya yang tengah duduk sembari memandangi kipas angin yang sedang berputar.

Lembaran Luka | Jay Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang