9. Seminar

2.9K 362 114
                                    

|Hai. Sebelumnya terima kasih untuk semua yang sudah membaca cerita ini dan memberikan VOTE dan juga komen di chapter selanjutnya. Semoga hari kalian selalu bahagia|

🥀Selamat membaca..🥀

🌻🌻🌻

Khusus untuk semua anggota PMR dan beberapa anggota osis, hari ini mereka disibukkan dengan kegiatan Seminar yang selalu diadakan setiap satu tahun sekali di gedung aula utama SMA Margala. Tahun ini seminar diadakan dengan tema Kenakalan Remaja dan Cara Penanggulangannya, yang berkolaborasi langsung dengan anggota PMR. Mengingat maraknya remaja yang mengambil arah jalan yang salah, maka diambillah tema itu.

Hari ini, seminar dihadiri oleh 250 siswa kelas 9 SMPN 3 yang diundang langsung oleh kepala sekolah SMA Margala untuk menghadiri acara seminar tahunan. Seminar kali ini juga mengungdang Penyanggah makalah--Pak Dovan. Yang merupakan Pakar Psikologi Remaja dan seorang ahli yang akan memantau kegiatan tersebut.

Acara kini baru saja berlangsung. Zaki dan beberapa anggota PMR lainnya tengah berada di backstage menunggu para anggota Osis membuka acara. Saat ini Zaki dan Lana tengah mempersiapkan diri untuk menjadi pemateri sebentar lagi. Lana benar-benar gugup bukan kepalang, meski semalam ia sudah rela mengorbankan waktu tidurnya untuk memahami semua materi, ia tetap takut.

Terlihat di depan cermin, Lana tengah mengatur napasnya. Gadis itu berulang kali menatap laptop dan lembaran-lembaran hasil rangkuman yang Zaki berikan secara berulang kali. Memastikan bahwa dirinya benar-benar sudah paham.

"Jangan gugup." Zaki menyodorkan satu botol air mineral kepada Lana.

Lana menerima, kemudian membuka tutup botol dan menegaknya. Baru setelahnya ia bisa bernapas lega meskipun masih sedikit merasa gelisah. "Zaki," bisik Lana.

Zaki berdeham dan menoleh ke arahnya.

"Eh beneran si Zaki ya yang jadi pemateri?" Lana dan Zaki praktis menoleh ke arah Safira yang tengah berjalan ke arah mereka sembari membawa beberapa tumpukan kertas. Kemudian duduk di samping Lana sembari menghela napas panjang.

"Ya gimana? Kan emang dia?" tanya Lana.

"Yaa nggak pa-pa sih. Eh tapi, Zak. Beneran ya emangnya orang tua lo itu nggak jelas? Gue kata anak-anak yang lagi ngerumpi di sana sih." Safira bertanya tanpa tedeng aling-aling. Raut wajahnya pun tak menunjukkan sarat akan sungkan ataupun rasa bersalah sama sekali. Sementata Zaki hanya bisa tersenyum pasi.

"Kok diem aja, gue tanya nih. Ya nggak gimana-gimana ya, gue kan cuma mau memastikan aja, takutnya kalo jatuhnya fitnah gitu kan nggak baik ya," kata Safira.

"Orang tua aku---" Ucapan Zaki terpotong.

"Bener tuh! Iya kan, Zak?" sahut Lana. "Semua orang juga udah tahu kali, Fir! Lo kemana aja sih selama ini? Kalo kata si Dafa sih Mamanya Zaki itu kayak yang suka main malam-malam sama om-om gitu. Terus Papanya suka main judi. Dan utangnya ada di mana-mana. Terus---denger-denger adek lo gi--la, ya?"

"Lah emang iya?" sahut Niken--salah satu anggota PMR yang baru saja datang sembari membawa beberapa kotak konsumsi.

"Nah iya tuh, emang bener? Kalo bener---wahh ternyata ada ya yang hidupnya lebih menyedihkan dari pada gue." Lana tertawa pelan. "Wah nggak bener banget keluarga lo, Zak!" katanya.

Lembaran Luka | Jay Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang