17. Kehilangan Yang Nyata

1.9K 252 35
                                    

Kayna tidak mau makan nasi, dia tidak suka sayur-sayuran kecuali kentang. Selain gula-gula, Kayna juga sangat menyukai kentang, ia juga hanya mau makan jika terdapat kentang di makanan itu. Kadang kala nenek pusing sendiri menghadapi tingkah Kayna yang banyak mau. Kalau sudah bosan dengan kentang, yang mau Kayna makan hanya gula-gula. Jika bukan gula-gula, anak itu tidak akan mau makan.

"Ayo, makan kentangnya dulu. Jangan makan gula-gula terus, nanti gigi Kayna habis. Kalau gigi Kayna habis nanti Kayna tidak bisa menjadi pilot. Sini makan dulu. Letakkan itu gula-gulanya!" ujar Nenek sembari berusaha menyuapkan kentang rebus yang dilumatkan pada Kayna.

Namun Kayna sama sekali tidak menggubris neneknya. Ia berlari-lari di halaman rumah sembari membawa gula-gulanya. Tidak dimakan memang, tapi nenek tetap khawatir sebab dari pagi tadi Kayna belum makan sama sekali.

"Zakii!" Kayna berteriak ketika Zaki datang dengan sepedanya. Anak itu berlari menghampiri Zaki dengan senyum riangnya. Terlihat aneh di mata nenek memang, sebab tak biasa Kayna menyambut kakak laki-lakinya dengan riang seperti itu. Kebanyakan Kayna tidak pernah peduli. Namun, saat Zaki sudah turun dari sepeda dan memberikan Kayna gula-gula berbentuk burung yang sangat lucu, nenek tidak jadi merasa aneh. Ada maunya ternyata!

Nenek menghela napas panjang. "Zakii! Kok malah kamu memberikan adikmu itu gula-gula lagi! Nanti kalau giginya habis bagaimana? Dari tadi adik kamu tidak mau makan. Maunya hanya gula-gula. Bagaimana itu? Coba kamu bujuk dia agar mau makan kentangnya ini," kata nenek. Wanita tua itu berjalan menghampiri Zaki, memberikan mangkok berisikan kentang rebus.

Zaki terkekeh. "Dia tidak mau makan lagi, ya, nek? Dasar anak nakal, sini makan dulu. Kalau tidak mau makan kentang nanti tidak bisa jadi pilot loh. Sini makan dulu." Zaki berlari kecil menghampiri Kayna yang tengah berlari-lari sembari memakan gula-gula yang Zaki berikan.

Namun Kayna tetap tak mempedulikam Zaki. Bahkan ketika Zaki menyuapkan satu sendok kentang rebus pada Kayna, anak itu malah mendorong sendok itu hingga jatuh. Lalu lanjut berlari-lari lagi sembari tertawa sangat riang.

"Terbang! Terbang! Terbang!" Kayna mengangkat tinggi permen kapas berbentuk burung itu di udara sembari membawanya berlari-lari penuh semangat.

"Zaki, Nenek tinggal ke warung sebentar ya!" teriak Nenek. Nenek lantas mulai berjalan menuju ke arah warung saat Zaki mengacungkan jempolnya. Kini wanita tua itu berdiri di tepi trotoar untuk menunggu agar jalanan sepi dan bisa segera menyebrang dan menuju ke warung.

Setelah dirasa sepi, tidak ada kendaraan dari arah kanan maupun kiri, Nenek mulai berjalan melewati jalanan sepi itu. Namun tiba-tiba ada truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, entah muncul dari mana, yang pasti truk itu tiba-tiba menghantam tubuh rapuh sang nenek yang sedang menyebrang.

Melihat itu, tidak ada yang bisa Zaki lakukan. Pergerakan tangannya yang hendak menyuapkan makanan ke mulut Kayna terhenti. Senyum yang tadi terukir lebar mendadak pudar. Tubuhnya tidak bisa digerakkan. Hatinya mencelos sakit, tapi yang bisa ia lakukan hanyalah menatap tubuh nenek yang bersimbah darah dengan pandangan nanar.


Telinganya berdenging sangat keras, dia tidak bisa mendengar apapun selain suara dengingan yang menyakitkan itu. Padahal di depannya sudah banyak sekali orang yang  berbondong-bondong membantu nenek. Tetangga yang meneriakinya pun menyerah sebab Zaki tak merespon sama sekali.

Waktu seakan berhenti berjalan, jantungnya berhenti berdetak. Dan segalanya pun terasa runtuh. Tidak ada yang menimpanya, tapi rasa sakit itu terasa begitu hebat. "Nenek... jangan pergi," lirihnya. Lalu tak lama setelahnya, di tengah rasa sakit yang mendera, Zaki meneteskan air matanya. Kesadarannya kembali, ia memejamkan matanya hingga tetesan air mata itu jatuh dengan sendirinya.

Lembaran Luka | Jay Enhypen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang