MOS

2 0 0
                                    

Galen masuk, pandangannya jatuh ke Eri. Galen adalah ketua panitia kegiatan ini, itu kenapa dia berkeliling di setiap kelompok untuk melihat kinerja anggotanya.

"Eri, ke mana kacamata kamu?" ucap Galen.

Untuk saat ini, dan pertama kalinya Eri tidak bisa menjawab pertanyaan Galen. Eri hanya melirik ke saku celananya. Mengenal sedari kecil Galen hapal dengan gelagat Eri, temannya itu sedang takut. Namun, Galen tidak bisa terlalu memihak Eri saat ini, takutnya dia semakin di persulit.

"Pakai kacamata kamu," Perintah Galen, Ferlin terlihat akan protes tetapi dia urungkan setelah mendapat tatapan tajam dari Galen.

Setelah Eri memakai kacamatanya galen beralih ke anggotanya, "tugas kalian cuman mengawasi kegiatan, tidak yang lain. Selama apa yang mereka pakai tidak melanggar aturan sekolah, kalian tidak berhak melarang, paham!" ucap Galen memperingati anggotanya.

Sifat Galen tidak berbeda jauh dari Abel dia hanya akan ramah pada Eri dan Gia jika di sekolah. Keadaan orang tua Galen yang harus berpisah karena ibunya pergi dengan laki-laki lain saat dia berumur sepuluh tahun. Dan ayahnya yang sibuk bekerja membuat dia menjadi anak yang sulit ramah ke orang lain. Hanya Eri, Abel, Gia dan Gio, yang tumbuh bersamanya sedari kecil yang bisa membuat Galen menjadi sosok yang ramah. Meskipun begitu Galen juga terkenal dengan sifat kepemimpinannya, itu alasan kenapa dia di pilih sebagai ketua panitia kegiatan ini.

Galen meninggalkan mereka, dan melanjutkan mengawasi seluruh kegiatan. Eri bernapas lega, sedangkan Ferlin keluar ruangan dengan kesal. Eri melanjutkan kegiatan membersihkannya dengan tenang.

Kegiatan hari ini selesai sekaligus berakhirnya juga rangkaian kegiatan masa orientasi siswa bagi murid baru SMA Tunas Bangsa. Seluruh siswa baru berbaris di lapangan untuk menutup kegiatan ini. Galen sebagai ketua panitia berdiri di depan untuk menyampaikan sepatah-kata sekaligus menutup kegiatan kali ini.

"Terima kasih untuk seluruh yang terlibat dalam kegiatan ini, baik itu panitia maupun peserta. Dan untuk adik-adik siswa baru jadikan kegiatan kali ini sebagai pembelajaran kalian selajutnya. Selama kegiatan ini saya harap baik panitia maupun peserta bisa saling mengenal dan memiliki hubungan baik. Untuk adik-adik siswa baru selamat datang di SMA Tunas Bangsa, banggakan sekolah kita, jangan melakukan sesuatu yang akan kalian sesali nanti. Akhir kata kegiatan masa orientasi siswa ini saya tutup," ucap Galen, disambut tepuk tangan seluruh panitia dan peserta.

Setelah upacara tadi, Eri menunggu Gia di depan gerbang. Galen yang berjalan ke area parkir melihat Eri sendirian tersenyum. Dia berjalan mendekati Eri saat sudah sampai di belakang gadis itu dia mencolek bahu Eri. Saat Eri berbalik, Galen berjongkok, Eri sesaat bingung siapa yang mencolek bahunya sampai menyadari ada sosok yang sedang tersenyum jahil berjongkok di depannya. Eri memutar matanya bosan.

"Mau apa? nebeng?" tanya Eri ketus.

"Nggak lah, aku belum pulang, atau..." Galen menarik turunkan alisnya menggoda Eri.

"Atau apa?," sahut Eri kesal.

"Atau kamu mau pulang bareng aku ya?, Cieee" ucap Galen jahil.

"Idih, ogah!" balas Eri kesal.

"Tadi kenapa kamu lepas kacamata?" tanya Galen serius.

Awalnya Eri akan membalas dengan bercanda, tetapi saat menoleh melihat wajah serius Galen dia mengurungkan niatnya.

"Nggak apa-apa, tapi makasih ya tadi," ucap Eri tulus.

"Sama-sama anak kecil." Mode jahil Galen kembali membuat Eri memutar bola matanya jengah.

"Eh jangan kasih tahu, Gia apalagi kak Abel ya, awas kalau kamu kasih tahu mereka kugundulin rambut kamu," Ancam Eri. Galen memegang rambutnya ngeri. Eri tidak pernah main-main jika mengancam pernah sekali Eri mengancamnya akan mematahkan action figure kesayangannya dan benar saja Eri mematahkan action figure kesayangnnya yang dia beli dari uang tabungannya saat itu.

"Eh kak Galen, ngapain di sini?" ucap Gia yang sudah berdiri di samping. Hanya Gia yang memanggil Galen dengan sebutan kakak, untuk Eri sekali pun dia tidak pernah memanggil Galen dengan panggilan itu.

"Lagi nemenin anak kecil, Gi, takut diculik orang, kan kasian yang nyulik," ucap Galen dengan nada jahil. Mendengar panggilan anak kecil dari Galen membuat Eri emosi, tangannya sudah siap memukul tetapi dia tahan kembali, untuk hari ini dia akan melepaskan Galen karena tadi sudah menolongnya.

Mama Gia datang menjemput mereka berdua, Gia berpamitan sebelum masuk mobil, sedangkan Eri langsung masuk ke mobil tanpa menoleh ke Galen.

"Kak duluan, ya," ucap Gia.

"Eh, ada Galen, mau ikut pulang juga?" tanya Mama Gia.

"Belum, Tante. Masih harus rapat dulu sama panitia yang lain," jawab Galen sopan.

"Ya udah duluan ya, Len," ucap Mama Gia.

"Iya, Tante, hati-hati," jawab Galen. Sementara Eri di bangku belakang sibuk bermain handphone tanpa menoleh sedikit pun ke Galen, membuat Galen gemas ingin mengejeknya. Namun, dia tahan, nanti saja di rumah pikirnya.

Sepeninggal mereka Galen kembali ke tujuan awalnya menuju tempat parkir, untuk mengambil sesuatu di mobilnya. Saat kembali ke ruang osis, Ferlin menghampiri Galen.

"Len, Galen!" panggil Ferlin, yang tidak di gubris Galen, "Galen, berhenti dulu." Ferlin menahan tangan Galen agar berhenti.

"Kenapa?" ucap Galen Cuek.

"Tadi ngapain nolongin anak manja itu?" tanya Ferlin kesal.

Awalnya ekspresi Galen biasa saja, berubah marah ketika mendengar perkataan Ferlin, "siapa yang kamu bilang anak manja?" ucap Galen dingin, tetapi terkesan mengintimidasi.

"Ingat ya, Fer, jangan sampai aku dapatin kamu ganggu Eri lagi atau anak lain, ingat itu!" ucap Galen memberi penekanan dia tidak bisa hanya memihak Eri dia takut Ferlin akan semakin mengganggu Eri jika tahu dia terlalu membela tetangganya itu. Lalu berbalik meninggalkan Ferlin yang kesal.

Color of Life (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang