Happy Birthday, Eri

2 0 0
                                    

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday happy birthday to you." Lagu selamat ulang tahun dinyanyikan oleh semua orang di dalam ruangan itu.

Ruangan dihiasi dengan balon-balon dan pernak-pernik bernuansa warna ungu dan biru, khas acara yang dilakukan untuk memperinganti bertambahnya usia seseorang. Kado-kado tersusun rapi di meja yang terdapat di sudut ruangan. Dari anak-anak hingga dewasa memeriahkan acara itu. Lilin angka Sembilan tertancap di kue ulang tahun dengan hiasan kupu-kupu berwarna ungu dan biru senada dengan tema dan hiasan ruangan. Gadis manis dengan mahkota bunga menghiasi kepalanya dan gaun pink berdiri di belakang meja kue di antara ayah dan bundanya.

Setelah meniup lilin gadis kecil itu dibantu bundanya memotong kue ulang tahunnya. Suapan kue pertama dia berikan ke bunda, lalu ayahnya, serta kakak dan terakhir neneknya.

"Selamat ulang tahun, Eri, cucu oma yang cantik, makin pintar sehat selalu, sayang nenek, bunda, ayah , kakak dan keluarga yang lain, yang terbaik buat, Eri," doa diucapkan neneknya setelah suapan yang diberikan Eri.

Eri sangat senang dengan kehadiran teman-teman serta sepupunya. Beberapa sepupunya jarang dia temui karena tinggal bersama orang tua mereka di luar kota. Nenek Eri dari luar kota juga datang khusus untuk ulang tahun cucunya.

Eri bermain bersama dengan teman-teman dan sepupu-sepupu seusianya setelah acara tiup lilin dan potong kue. Dengan tetap memakai kacamatanya dia asik bermain.

"Kakak Eri, kenapa kacamatanya dipakai terus, lepas aja," ucap salah satu anak yang merupakan anak teman ayahnya, usianya lebih muda dari Eri. Anak itu tidak bermaksud jahat hanya tetap saja Eri tidak tahu harus mengatakan apa, kalau dia lepas, dia akan sulit bermain, tetapi jika mengatakan keadaannya nanti teman-temannya pergi.

"Kalau Eri lepas kacamatanya, nggak cantik lagi, jadi Eri harus pakai kacamata, biar cocok dengan gaunnya," ucap Abel dengan senyum tetapi dengan nada yang tidak bisa dibantah. Abel sangat tidak suka ketika ada orang yang mengungkit masalah keadaan, dan kacamata Eri. Baginya adiknya sama seperti anak pada umumnya. Kenapa orang selalu berkomentar akan keadaan dan kebiasaan orang lain, itu yang dia pikirkan. Abel beralih ke Gia yang gugup di tatap Abel,"iya kan Gi," lanjutnya bertanya ke Gia.

"I-iya kak, iya, keren kok kacamatanya Eri," jawab Gia gugup, sejak Eri kembali dari rumah sakit Abel selalu memberikan tatapan menakutkan bagi Orang lain termasuk Gia. Abel tidak pernah lagi memberikan tatapan lembutnya ke orang lain selain keluarganya. Gia tahu keadaan Eri, baru beberapa hari lalu dari kakaknya Gio, tetapi dia tidak masalah dengan hal itu, baginya Eri tetap Eri, temannya yang cerewet, menyukai kupu-kupu dan usil.

Lambat laun Eri paham apa yang terjadi meskipun keluarganya tidak memberitahunya, tetapi ini tubuhnya dia akan tahu ada yang salah. Meskipun begitu Eri tetap sama seperti sebelumnya, hanya saja dia akan bingung dan gugup ketika ada yang mengungkit masalah keadaannya dan Abel yang akan selalu menjadi juru bicaranya. Alasan Eri tidak berubah meskipun tahu keadaannya berbeda adalah orang di sekitarnya pun tak berubah, masih ada bunda, ayah, kakak, dan sahabatnya Gia. Orang di sekitarnya tidak berubah mengapa dia harus berubah.

Setelah mengatakan apa yang harus dia katakan Abel pergi meninggalkan Eri yang kembali bermain bersama teman-temannya. Abel yang saat ini berusia empat belas tahun tumbuh menjadi anak laki-laki yang tampan dengan lesung pipi yang akan muncul ketika dia tersenyum. Walaupun jenjang sekolah mereka berbeda tetapi sekolah Eri dan Abel berada di dalam kompleks yang sama. Terkadang saat Abel menjemput adiknya di gedung sekolah dasar dia akan menjadi pusat perhatian, tetapi tidak ada yang berani mendekatinya karena tatapan Abel yang sedingin Es. Tatapannya akan berubah lembut ketika melihat adiknya keluar dari dalam kelasnya. Jangankan adik kelas, beberapa kakak kelas Abel kadang menghampiri Eri untuk menanyakan apa yang disukai Abel. Eri juga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, jangan lupakan gadis yang sedang berulang tahun itu adalah gadis yang usil, dia akan memberikan informasi barang-barang yang dia sukai. Dan saat beberapa waktu Abel membawa hadiah itu pulang Eri akan mengambilnya. Abel sendiri hanya pasrah dengan kelakuan adiknya.

Orang-orang yang hadir di acara sudah pulang, hanya tersisa beberapa keluarga yang akan menginap di rumah Lintang dan sebagian di rumah Viana. Eri sedang membuka kado dibantu Vian dan beberapa sepupunya. Vian yang dulu saat kecil tidak di sukai Abel karena kenakalannya sekarang menjadi sosok yang sangat peduli ke supupunya yang lain terutama Eri.

"Eri, sini dulu," panggil Lintang.

Eri yang memakai piyama bergambar kupu-kupu pemberian Gia, Gio dan orang tuanya menghampiri ayahnya, "Eri balik badan dulu." Eri menuruti perintah ayahnya tanpa banyak protes. Lintang memasangkan kalung berliontin kupu-kupu di leher Eri. Eri merasakan ada sesuatu di lehernya menyentuhnya dan penasaran. Viana membantu keponakannya dengan menyodorkan handphonenya yang sudah dia setting ke mode kamera depan.

"Waaah! Makasih, Ayah," ucap Eri riang memeluk ayahnya, "ini dari ayah dan bunda," timpal Lintang.

"Makasih, Bunda," Eri beralih ke Alaika, " sama-sama, Sayang," balas Alaika.

Abel datang dengan satu kotak sedang di tangannya. Dia menghampiri Eri.

"Ini untuk adiknya kakak," kata Abel, memberikan kotak itu ke Eri.

Eri dengan senang menerima kotak langsung duduk di karpet depan sofa yang diduduki ayah bundanya. Dengan semangat dia merobek kertas kado, dan membuka kotaknya.

Senyum Eri merekah mendapati hadiah dari Abel berupa kotak musik berbentuk kupu-kupu berwarna merah dengan aksen emas. Selain menyukai kupu-kupu, Eri juga sangat gemar dengan musik, sejak setahun lalu saat ulang tahunnya, Lintang, Alaika dan Abel menghadiahinya sebuah piano, untuk mengembangkan kesukaannya. Piano itu di beli Lintang dari temannya yang kebetulan akan pindah rumah dan memilih menjual pianonya. Beberapa kali Eri mewakili sekolahnya untuk tampil meskipun tidak menang tetapi LIntang dan Alaika tetap bangga dengan anaknya.

"Waaah, terima kasih kakak," ucap Eri riang memeluk Abel. Dia sangat senang dengan hadiah kotak musik dari kakaknya.

Eri kembali ke sepupu-sepupunya kali ini ditambah Abel untuk membuka kado-kado. Banyak kado bernuansa kupu-kupu salah satunya dari Galen yang memberikan sepatu putih dengan hiasan kupu-kupu di atasnya. Dan beberapa hadiah lain seperti boneka dan beberapa baju lagi.

Semua kado sangat disukai Eri. Viana memberikan keponakannya itu karpet kupu-kupu untuk ditaruh di kamarnya. Sementara, neneknya memberikan cucunya tas bermotif kupu-kupu. Hampir seluruh keluarganya dan tamu undangan memberikan dia hadiah mengandung kupu-kupu, karena gadis kecil itu sangat tergila-gila dengan serangga bersayap cantik itu.

Color of Life (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang