••• BAGIAN 10 •••
~○~
Karena keadaan Shella yang sedang diduga hamil anak dari Tio, orang yang sama yang disukai Elisa, hubungan mereka sekarang menjadi sangat renggang. Boro-boro bertegur sapa, menyapa saja tidak pernah.Hari ini, Shella tidak masuk kuliah. Katanya sih tidak akan pernah lagi, Shella sudah memutuskan untuk mengakhiri pendidikannya sekarang.
Aku duduk berdua dengan Elisa, tidak ada obrolan apapun. Mulut kami saling bungkam, enggan mengeluarkan sepatah kata sekalipun.
"El."
"Hm."
"Kamu marah sama Aku? Aku kemarin cuma nyoba tenangin Shella aja. Asal Kamu tahu, Shella nggak sekuat yang Kamu kira, El. Keluarganya hancur."
Prang
Elisa yang kaget, tidak sengaja menyenggol gelas berisi es teh miliknya. Gelas itu jatuh ke lantai, pecah dan setengah isinya menyiram bajuku.
"Astaghfirullah, maaf Sha."
Aku mengangguk, mengambil beberapa lembar tisu lalu mengusap bagian bajuku yang basah. Tapi percuma, tisu itu yang ikut basah tapi bajuku tidak mengering.
"Reisha, maafin Aku. Tapi, apa maksud perkataanmu tadi?"
"Shella dilecehkan Ayahnya sendiri."
Detik itu juga, Aku menceritakan semua musibah yang menimpa Shella. Aku juga menceritakan tentang Tio yang dituduh sebagai Ayah dari bayi di kandungan Shella. Aku juga tidak lupa memberitahu Elisa, kalau Shella sebelumnya tidak tahu bahwa Tio adalah orang yang disukai Elisa, Shella hanya tahu kalau Tio sudah memutuskan hubungan dengan 'Wanitanya' tidak dengan namanya.
"Jadi gimana? Kamu masih marah sama Shella?"
"Aku butuh waktu, Sha."
♡♡♡
Sore ini Aku hanya berdiam diri di balkon kamar. Secangkir teh panas dan sebungkus camilan menemaniku.
Hampa sekali rasanya, tidak ada Dika, tidak ada Mama, tidak ada Papa, dan sekarang sahabatku juga tidak ada disini.
Melihat senter raksasa bergerak kesana kemari di langit malam ini membuatku penasaran. Ada apa? Tumben sekali ramai begini.
Aku meneguk habis teh panasku yang sudah mulai dingin. Menyimpan ke dapur dan kembali ke kamar meraih hoodie abu dan memakainya. Tidak lupa juga tas gendong berukuran kecil untuk menyimpan ponsel dan dompet.
Aku ingin pergi ke Minimarket membeli sesuatu sekalian mencari tahu dari mana sumber cahaya yang seperti dari pasar malam itu.
Langkah kecilku terus menuntun sampai akhirnya Aku sampai di pintu masuk Minimarket. Kutatap pintu itu, terpampang jelas tulisan Open disana. Bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman, terpantau jarang sekali Aku pergi malam-malam sendiri seperti ini, jalan kaki pula.
Setelah selesai dengan barang-barangku, Aku bergegas pergi ke suatu tempat yang sudah Aku incar dari tadi, pasar malam. Pasti disana sangat ramai, bisa menjadi obat untukku yang sedang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, My Boy (ON GOING)
Teen Fiction[On Going] °°Aku terlalu bodoh, menunggu seseorang yang tidak pasti kehadirannya, hingga aku mengabaikan seseorang yang sudah hadir dihidupku, mengisi ruang kosong di hatiku, dan menjadi bagian di setiap langkahku.°° ▪︎▪︎Reisha Mauri▪︎▪︎ Yok baca...