••• BAGIAN 12 •••
~○~
Sudah dua hari lamanya, deman dan flu yang menyerang tubuhku seperti sudah sembuh. Tidak ada lagi drama sesak nafas karena hidung mampet dan selera makan hilang. Semua telah normal, tapi tidak dengan kondisi keluargaku.
Perkembangan baik dari Mama belum ku dengar sama sekali, itu artinya masih sama. Bahkan sampai sekarang aku belum menjenguknya lagi. Soal Papa, hari ini aku mendengar kabar kalau beliau akan pindah tugas ke Luar Negeri.
Sepertinya akan semakin sulit menemukan kejanggalan antara Mama dan Papa kalau Papa akan pergi.
"Reisha, kamu beneran nggak mau? Ini enak banget loh, asli."
Entah yang keberapa kali Mbak Gita menawarkan lutis mangga muda kepadaku. Aku hanya mengangguk tapi tidak mencicipinya sama sekali. Melihat saja air liurku sudah terasa masam, apalagi sampai makan.
"Tinggal sedikit loh, nanti nggak kebagian."
"Buat Mbak aja. Reisha kan tadi udah disisain."
"Jarang-jarang loh makan sama Mbak. Kan Mbak udah nggak sesering dulu main ke rumahmu."
Aku diam sejenak, memang sih semenjak Mbak Gita dan Mas Linggar pindah rumah, mereka jadi jarang main ke rumahku. Ini saja karena Mas Linggar libur kerja, kalau tidak mana mungkin manusia itu mau mengantarkan istrinya ke rumahku.
"Anak Mbak Gita cowo apa cewe?" Sengaja aku mengalihkan pembicaraan. Aku sudah bertekad tidak akan menjamah piring berisi mangga muda itu sama sekali.
"Kamu ini. Sebulan aja belum ada. Ngawur!"
"Emang nunggu berapa bulan Mbak biar bisa tahu?"
"Lima tahun. Ya nanti lah Reisha kalau udah 4 atau 5 bulan."
"Iya ya? Lupa."
"Hoo, cilik cilik pikun."
"Aku lo nggak paham Mbak, bukan pikun. Yakali seorang Reisha udah pikun."
"Bisa jadi loh. Kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu itu Remaja Jompo."
Aku dan Mbak Gita sama-sama tergelak. Ada benarnya juga, tapi tidak benar juga. Entahlah, tidak jelas, persis seperti orangnya.
"Mbak Gita, dulu ketemu sama Mas Linggar gimana? Siapa tahu nanti kisah cintanya nular ke aku yang tiba tiba nikah."
"Jasa Laundry."
"Hah?" Beoku. Apa hubungannya?
"Waktu itu Mas Linggar sama Mbak nggak sengaja ketemu di Rumah Makan Padang. Mbak Gita lagi makan ice cream tuh, sambil nunggu pesenan. Eh, Mas Linggar dateng langsung nyerobot dia ambil pesanan punya Mbak."
Kulihat Mbak Gita yang meraih botol berisi air minum, di tuangnya ke gelas sampai berisi setengahnya lalu meminumnya hingga tandas.
"Minum dulu, Sha. Pedes."
Heh, memang merusak suasana. Aku diam menunggu Mbak Gita siap dengan minumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, My Boy (ON GOING)
Teen Fiction[On Going] °°Aku terlalu bodoh, menunggu seseorang yang tidak pasti kehadirannya, hingga aku mengabaikan seseorang yang sudah hadir dihidupku, mengisi ruang kosong di hatiku, dan menjadi bagian di setiap langkahku.°° ▪︎▪︎Reisha Mauri▪︎▪︎ Yok baca...