~H a p p y R e a d i n g~
“Semangat dong, Ya!”
Aya menghela napas, ini yang paling ia tidak sukai. Olahraga? Kenapa, melelahkan? Tentu saja melelahkan bagi orang yang jarang berolahraga seperti dia, kakinya pun terasa pegal berlari mendribble bola.
Aya melemparkan bola tersebut kepada teman satu timnya. Sekarang kelas mereka mata pelajaran olahraga, Aya tidak terlalu unggul di bidang olahraga namun tidak buruk juga.
Aya menerima bola yang diberikan kepada temannya, di depannya sekarang ada Lea tim lawannya. Aya dengan cepat membalikkan badan dan langsung melemparkannya.
Dan akhirnya masuk padahal Aya cuma iseng saja karena tidak ada teman timnya untuk mengoper bola basket.
Bunyi peluit dari sang guru terdengar, tandanya pergantian pemain. Aya pun beristirahat dengan teman-temannya di pinggir lapangan. Di sana terdapat pohon rindang cocok untuk mereka berteduh.
Aya meneguk air mineral dalam botol yang telah ia siapkan, cukup melelahkan tetapi tidak apalah sekali seminggu berolahraga.
“Aya, ajarin aku dong shooting bola dari belakang,” ujar Lea.
Aya berdecak mendengarnya, sudah ia bilang kalau dia tidak pandai main bola basket. Itu cuma keberuntungan doang, bahkan Lea lebih pandai darinya. Lea kan anak basket, sebaliknya dia yang minta ajarin dengan Lea.
“Minta ajarin aja sama gebetan kamu, Le.” Aya menunjuk pada seorang lelaki seangkatannya, Reihan si ketua bola basket dan merupakan gebetan temannya.
“Apaan sih kamu,” sanggah Lea tetapi pipinya merona saat Reihan mengedipkan matanya.
“Reihan nembak kamu ya, Le?”
“Kalau aku ditembak mati dong, Ya!”
Ada teman kelasnya meneriaki namanya mengatakan ada Pak Ayub sedang lewat. Aya menyipitkan matanya, kenapa Ayub dan Tina selalu berjalan bersama.
Aya berdiri dari duduknya yang sedang merenggangkan kakinya menuju Ayub. “Pak Ayub!”
Aya melambaikan tangannya pada Ayub, ia tersenyum manis dan tak lupa mengucapkan salam.
Ayub membalas senyum Aya lalu menanyakan kenapa Aya menghampirinya. “Aya cuma mau ngucapin terima kasih,”
“Makasih atas cemilannya dan eskrim yang bapak kemarin kasih,” lanjutnya.
Tina di sebelah Ayub cuman menyimak saja, lalu memandang Aya dan Ayub bergantian. Ternyata Ayub sewaktu perjalan pulang singgah ke minimarket sebentar dengan alasan membeli minum karena haus tetapi ada alasan lain yaitu membelikan sesuatu untuk Aya. Tina waktu itu tidak terlalu kepo apa yang ada di isi kantung plastik yang Ayub bawa.
“Pak,” panggil Aya.
“Aya ada sesuatu untuk bapak,” Aya merogoh kantong celana olahraganya.
Ayub mengernyit tetapi menunggu apa yang diberikan siswinya.
Aya mengeluarkan tangannya membentuk jari telunjuk dan jempolnya ungkapan cinta ala-ala drama korea, lalu mengucapkan saranghae.
***
Aya tampak semangat mendengarkan penjelasan sang guru. Senyum tak berhenti luntur di wajahnya. Bagaimana ia tidak semangat belajar kalau sang guru merupakan pujaan hatinya.
Kalau memandang wajah tampan Ayub itu menambah energi staminanya.
“Fokus, Aya!” tegur Ayub.
Aya mengembangkan senyum, “Aya fokus lho, Pak,” balasnya sambil bertopang dagu melihat Ayub.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinata Ayana [On Going]
Teen FictionAya gadis cantik yang berhijab menyukai seorang lelaki idaman. Dia ialah Ayub, lelaki Soleh dan seorang guru agama yang mengajar di SMA Satu Bangsa. Aya dan Ayub bagaikan bumi dan langit, yang memiliki banyak perbedaan. Ayub yang Soleh rajin sholat...