[12] Indahnya Poligami

13 2 0
                                    

~H a p p y R e a d i n g~

Indahnya Poligami

Itu merupakan judul buku yang tak sengaja Aya lihat di atas meja, ia sedang duduk santai bersama Ara. Setelah kurang lebih menghabiskan waktu satu jam-an bermain bersama, Aya dan Ara sekarang sedang memakan gorengan yang masih hangat.

Di ruang dapur terdapat tiga insan manusia yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, Aya yang sedang makan gorengan bakwan disertai saus sambal yang pedas, Ara sama sepertinya tetapi Ara memakan gorengan dicocol dengan kecap. Sedangkan Tina sibuk menggoreng adonan bakwan.

“Kak Tina,” panggil Aya.

Tina menoleh ke belakang, “Kenapa Dek?”

“Mau Aya bantuin goreng? Kak Tina duduk aja, biar Aya yang goreng. Gini-gini walaupun Aya gak bisa masak, kalau urusan goreng menggoreng Aya bisa kok,” ujarnya dengan penuh kebanggaan.

Tina terkekeh sebentar, “Gak usah dek, kamu makan aja. Ini cuma tinggal sedikit kok,” balas Tina.

Aya mendengar ucapan Tina ia cuma mengiyakan saja, syukur kalau Tina menolak. Kalau Aya yang menggoreng pasti minyak gorengnya cepat habis, entah kenapa kalau ia menggoreng sesuatu Aya selalu boros dengan minyak goreng.

Aya menoleh ke arah anak kecil yang sedang nikmat melahap makanan yang ada di hadapannya, Aya menautkan kedua alisnya bingung. Emang enak ya kalau bakwan campur dengan kecap? Apa rasanya? Enakan juga campur saos terasa pedas yang bikin nikmat, pikirnya sembari melihat Ara mencocol bakwan dengan kecap.

Senyum Aya mengembang saat memikirkan sesuatu, baiklah mari kita coba bagaimana rasanya. Aya mengambil botol yang berisi kecap lalu menuangkannya sedikit pada gorengan yang ia pegang.

Aya mengarahkan gorengan tersebut kedalam mulutnya, ia mulai mengunyah makanan itu. Rasanya tidak terlalu buruk, batinnya. Tetapi kalau boleh jujur, ia memilih saos pedas dari pada kecap.

Seusai memakan makanan tersebut, Aya mengambil tisu lalu membersihkan tangan serta bibirnya yang berminyak. Sedari tadi mata Aya selalu tertuju pada buku yang menarik perhatiannya, Aya mulai menjangkau buku tersebut, ia memperhatikan sampul buku lalu membuka perlembar buku yang bersampul warna ungu.

“Ini buku kakak? Ngapain kakak baca buku ini?” tanya Aya pada Tina.

“Emangnya kakak mau dipoligami?” tanyanya lagi.

“Kalau Aya mah, dih ogah!”

Tina mematikan kompor, lalu mengangkat gorengan tersebut dari wajan. Kemudian menaruhnya di tiris piring yang dilapisi oleh tisu.

“Mau atau gak nya dipoligami, kakak belum tahu jawabannya,” ujar Tina, ia menarik kursi kemudian mendudukinya.

“Saran Aya ya kak, jangan mau dipoligami. Kenapa? Nanti kakak makan hati,” decaknya.

“Tapi Aya kepo, kok ada ya perempuan yang rela berbagi suami. Lalu apa alasannya ya? Emangnya dia itu gak cemburu apa?”

“Teman kakak ada yang dipoligami, sebenarnya kakak juga berpendapat sama dengan kamu. Lalu kemudian kakak nanya sama dia, awalnya sih gak enak, tapi karena kakak penasaran jadi kak Tina tanyain. Jawabannya adalah dia gak cemburu, kenapa? Karena kecintaannya kepada Allah itu lebih besar dari pada dengan manusia,”

Reinata Ayana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang