𝚂𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛 𝙾𝚏 𝙺𝚞𝚍𝚘 𝚂𝚑𝚒𝚗𝚒𝚌𝚑𝚒 (Update Ga Menentu)

Chapter 10

SISTER OF KUDO SHINICHI
 

 
Setelah kematian Saki-san. Mereka langsung kembali ke kediaman Inubushi.
 
Dan ketika sampai, Conan dan Heiji memberitahu tentang jejak kaki berapi yang membuat semuanya terkejut.
 
 
“Apakah tidak ada bau minyak di jejak kaki itu?” tanya Yuriko
 
“Ya benar, itu seperti bekas anjing terbakar yang sedang berlari” balas Heiji membuat semuanya ketakutan
 
“Tapi, kau tidak melihat roh anjing itu kan?” tanya Caesar
 
“Memang tidak, ku yakin pelakunya pasti langsung pergi Bersama sesuatu yang terlihat seperti anjing berapi. Selain itu, semakin dekat dengan tebing, jarak antara tiap api terus melebar dan apinya semakin besar” Conan menjawab
 
 
“Seperti ada suatu objek dengan api yang semakin besar ya?” tanya Reina yang di angguki Miyuki
 
“Ya” balas Miyuki
 
“Ja-jadi itu benar….. soal kutukan anjing itu…”
 
“Benar-benar ada kan?” Ran dan Kazuha ketakutan. “Bahkan Saki-san yang jatuh dari tebing juga berkata ‘anjing berapi’!” ujar Kazuha
 
“Aho! Di dunia ini mana ada yang namanya kutukan anjing atau semacamnya! Itu hanya trik, pelakunya sudah merencanakan ini semua untuk membuatnya seolah-olah seperti kutukan anjing” balas Heiji
 
“Dengan begitu dia bisa memanfaatkan trik kutukan anjing ini untuk melakukan kejahatan.” Timpal Conan
 
 
Yuriko yang mendengar itu diam-diam menatap Conan dengan senyum misterius. ‘saa~ apakah kutukan memang benar-benar tidak ada?’ Yuriko terkekeh kepada dirinya sendiri, dan Caesar yang mengetahui isi pikiran Yuriko hanya tersenyum kecil.
 
 
“sono toori” suara lain kembali terdengar.”Kita berada di era dimana siaran TV digital berjalan, tetapi kalian masih saja mempercayai hal seperti itu….. Apakah kalian sudah ketinggalan zaman? Tanya Inspektur Yamamura. Inspektur dari Gunma.
 
“Yamamura-keibu!” kaget Ran
 
“Ah itu adalah permainan kata, jika kalian benar-benar seperti yang ku pikirkan” kata Inspektur Yamamura dengan senyum bodoh.
 
“Siapa orang ini?” tanya Heiji
 
“Dia dari kepolisian Gunma” jawab Kogoro
 
‘kita kan memang berada di Gunma’ batin Conan yang merasa bodoh dengan dirinya sendiri.
 
“Maaf, jadi bagaimana keadaan Saki-san yang jatuh dari tebing?” tanya Miyuki khawatir
 
“Yah, ku dengar dia dibawa ke rumah sakit dengan ambulan” jawab Inspektur Yamamura.
 
“mungkin itu rumah sakit ku. Mereka baru saja menghubungiku lewat telpon dan mengatakan bahwa Saki-san meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit” kata Tomoaki
 
“Ti-tidak mungkin!” Miyuki menangis
 
“Aku tidak tau siapa dalang di balik roh anjing itu, tapi ku yakin dia ingin membuat kekacauan dalam keluarga Inubushi.” Ujar Yoshiya
 
“Sou desu ne. mengingat bahwa kedelapan anak angkat ini, setengahnya atau lebih tepatnya 4 anak angkat sudah tiada” balas Takako
“Jadi untuk sekarang, bolehkah aku mendengar alibi kalian? Saat Saki-san jatuh dari tebung jam 7 malam, kalian ada dimana?” tanya Kogoro
“Saat itu Miyuki-san sedang Bersama kami di bawah tebing untuk melihat makam anjing, jadi alibinya kuat” lanjut Kogoro
 
 
“Sekitar waktu jam 7, waktu itu aku sedang mandi.” Alibi Yoshiya
 
“Aku pergi mencari Saki-san karena tidak biasanya dia terlambat, tapi sekarang dia telah tiada.” Alibi Takako
 
“Akua da di amping okaa-sama, mengukur suhu tubuh  dan tekanan darahnya setelah itu menyuntiknya. Meski begitu, ku piker dia tidak bisa menkonfirmasinya karena dalam keadaan koma” Alibi Tomoaki
 
“Kalian berdua juga tidak punya saksi untuk memastikan alibi kalian kan?”  tanya Kogoro
 
“Iya…” balas Yoshiya
 
“Kami sebenarnya memiliki tiga pelayan, tapi sekarang mereka sedang pulang kampung” kata Takako
 
“Mouri-san! Sepertinya itu adalah tugas petugas kepolisian! Jadi tolong jangan rebut pekerjaan ku!” tegur Inspektur Yamamori
 
“Ara- pria ini, dia bukan polisi?” tanya Takako
 
“Ah benar, aku lupa bilang….” Kogoro memegang tengkuknya yang tidak gatal
 
“Pria ini adalah Mouri Kogoro-san” ucap Yamamori memperkenalkan Mouri Kogoro.
 
Hal ini membuat ke 4 anak angkat keluarga Inubushi terkejut.
 
“Jadi kau adalah detektif hebat Mouri Kogoro-san?!” tanya Miyuki terkejut
 
“I-iya, itu benar….”