Part 2 Obat Perangsang

271K 5.3K 57
                                    

Jam dilayar ponselku menunjukkan pukul 22.00. Itu artinya aku sudah berada selama satu jam dipesta ini. Kepalaku terasa berdenyut-denyut, dan suhu tubuhku terasa panas.

"Sir, saya izin pulang duluan. Saya tiba-tiba merasa tidak enak badan" ujarku pada Axel.

Tangan kekar Axel terulur kearah keningku yang ternyata sudah berkeringat. Aku merasakan desiran aneh ketika tangan atasanku menyentuh keningku.

Tanpa mengucapkan apapun ia menarik tanganku dengan tiba-tiba menuju pintu ke luar ruangan kemudian langkah kami mendekati pintu lift.

Saat ini aku dan atasanku tengah menunggu pintu lift terbuka. Semakin lama pandanganku semakin sayu, suhu tubuhku terasa semakin naik.

Ting

Pintu lift terbuka. Tidak ada siapapun yang berada di lift ini. Axel masuk terlebih dahulu ke dalam lift yang disusul olehku. Pintu lift tertutup dan Axel menekan tombol angka menuju lobi.

Namun, aku merasakan jika lift ini tidak turun melainkan naik. Aku mengalihkan tatapanku ke arah layar yang menampilkan angka yang dituju lift. Aku sangat terkejut karena lift ini semakin naik ke lantai atas. Aku alihkan pandanganku dan menatap Axel yang ada di sampingku, aku melihat Axel pun menatapku dengan seringainya yang membuatku merinding, dan melangkah mendekat.

"Apa yang kau lakukan. Jangan mendekat... Shh... Stophh" ujarku dengan nada ketakutan sambil memundurkan langkahku karena Axel semakin mendekat. Entah karena apa aku semakin merasakan keanehan ditubuhku setelah meminum minuman yang diberikan oleh Axel, badanku terasa semakin panas, bagian tubuhku terasa sangat sensitif. Tubuhku semakin mendamba sesuatu yang tidak aku ketahui.

Tap

Tap

Tap

Langkah Axel terus memojokkan tubuhku ke dinding lift.

Brukk

Tubuhku menabrak dinding. Bagaimana ini aku sudah terpojok sekarang.

Melihat jika langkahku sudah terpojok. Axel mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan wajahku, tangannya yang kekar disampirkan di sisi tubuhku sehingga mengukung tubuhku yang mungil. Ia dengan sengaja meniupkan nafasnya pada wajahku yang memerah. Tubuhku meremang menerima hal tersebut.

Axel memiringkan kepalanya kemudian berbisik di telingaku
"Kau akan jadi milikku mulai malam ini" ujar Axel dengan seringai licik di wajahnya.

"Tidakkhh" bisikku yang terdengar seperti sebuah rintihan. Tanganku berusaha mendorong tubuh Axel menjauh, namun karena pengaruh minuman itu dorongan tersebut seperti sebuah elusan di tubuh Axel.

Axel menundukkan wajahnya kemudian memberikan ciuman di leher jenjang ku.
"Shhhh..." Desisku kegelian. Kesadaranku mulai menipis karena direnggut oleh minuman yang diberikan oleh Axel.

Ku rasakan Axel tersenyum ketika melihat reaksiku akan setiap sentuhannya.

"Please ..shh.. stopphhh" ujar ku. Pintu lift terbuka dengan gerakan lembut Axel menggendong tubuh lemasku seperti koala.

"Apha yang..anda masukkhan ke dalam..shh... minumanku?" Tanyaku pada Axel. Namun, tidak ada jawaban darinya. Aku menggeliat meminta diturunkan, namun ia semakin erat mendekap ku.

Salah satu tangannya merogoh ke dalam sakunya kemudian mengeluarkan sebuah kartu akses kamar hotel. Mendapat kesempatan itu aku memberontak dengan gerakan kencang.

Bruk

Tubuhku terjatuh kelantai. Dengan gerakan cepat aku berlari melarikan diri. Namun, dengan langkah lebar yang ia miliki ia dapat menjangkau ku dengan mudah. Ia menarik tanganku dan membuat tubuhku membentur dada bidangnya.

Dengan sekali percobaan ia mengangkat tubuhku seperti karung beras, kemudian berjalan menuju kamar hotel.

Ia menutup pintu kamar hotel dan menjatuhkan ku ke atas ranjang hotel.

"Hiks kumohon jangan lakukan...aku sahabat kekasihmu, sir" ujarku memohon dengan menyatukan kedua telapak tanganku, tangis yang kutahan akhirnya jatuh juga.

Tanpa memedulikan permohonan ku, ia mendekatiku dan menindih tubuhku. Tubuhku memberontak dengan tangan yang memukul dan mendorong tubuhnya agar menjauh dari tubuhku.

Kulihat tatapannya berubah menjadi amarah, dengan kasar ia mencengkram tanganku kemudian kulihat ia membuka dasi yang membelit lehernya dan mengikat kedua tanganku menggunakan dasi miliknya. Setelah, itu ia menarik kedua tanganku ke atas kepalaku.

"Menyusahkan saja" umpatnya.
"Diam dan nikmati saja apa yang aku lakukan pada tubuhmu" ujarnya tajam.

Aku semakin panik, dan kembali memberontak menggunakan kedua kakiku. Dengan kesal ia melebarkan kedua kakiku dan menindih tubuhku. Dengan sekali sentak, gaunku robek akibat ulahnya, menampilkan pakaian dalam ku yang berwarna hitam yang sangat kontras dengan warna tubuhku.

"Jangan..janganhh!!!" Berulang kali aku menyuarakan penolakan atas hal kotor yang ia lakukan pada tubuhku. Namun, semua itu tidak menghentikannya, justru ia semakin berani menyentuh bahkan merusak hal berharga yang selama ini aku jaga.

TBC

Jangan lupa untuk menekan tombol bintang dan memberikan komentar untuk bab ini

23-02-2022

Reupload: 30-08-2022

Perangkap Cinta Sang CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang