Part 9 Ucapan yang Menyakitkan

95.6K 3.3K 73
                                    

Ku rasakan benda kenyal menyentuh permukaan kulitku. Ku buka kedua mataku perlahan menampakkan sebuah siluet tubuh laki-laki yang tengah menindih tubuhku. Aku tidak bisa mengenali wajahnya dengan baik karena kondisi kamarku tidak diterangi oleh cahaya lampu. Menjadi sebuah kebiasaan, aku terbiasa tidur dengan kondisi kamarku gelap.

"Aaaaaa hmm..mmhh" teriakan ku dibungkam oleh bibirnya. Mata sang laki-laki itu menatapku dengan mata yang membara. Tubuhku memberontak dari sentuhannya. Dengan mudah ia mengunci semua pergerakan ku. Ku gigit bibirnya dengan kencang hingga membuatnya melepaskan bibirnya dari bibir milikku.

"It's me, baby" suara yang dikeluarkan laki-laki tersebut mirip dengan suara seseorang.

"Axel" tanyaku memastikan.

"Ya" jawabnya.

"Apa yang kau lakukan malam-malam di kamarku? Bagaimana bisa kamu masuk ke dalam rumahku" tanyaku bertubi-tubi.

"Ssttt... Itu tidaklah penting. Hal yang saat ini penting adalah bagaimana caranya kau memuaskan ku malam ini, baby." jawabnya dengan nada memberat.

*******

S

aat ini kami sama-sama berbaring sambil memandang plafon rumah ku.
"Apa ada masalah?" Tanyaku memulai perbincangan. Namun, tidak ada tanda-tanda darinya jika ia akan menjawab pertanyaan ku.

"Apa karena Angel akan melanjutkan studinya?" Tanyaku kembali dengan kedua mataku memandang wajah tampannya. Aku merasa jika ada perubahan dari sikapnya semenjak mendengar kabar jika Angel akan melanjutkan S2 kedokterannya di luar negeri sore tadi.

"Kau tidak berhak mencampuri urusanku" jawabnya memandangku dengan tatapan sinis kemudian membalikkan tubuhnya membelakangi ku.

Aku hanya tersenyum getir mendengar perkataannya yang kembali menyadarkan ku akan posisiku di hadapannya. Ya, siapakah diriku yang hanya menjadi alat pemuas nafsu binatangnya saja. Tak dapat ku bendung setetes cairan bening jatuh di ujung mataku. Aku mencoba memejamkan kedua mataku dan menuju alam mimpi, setidaknya untuk sejenak aku bisa melupakan perkataannya yang menyakiti hatiku.

*******

Hari-hari pun berlalu dengan lambat. Setiap saat tanpa memandang tempat ia akan memintaku untuk memuaskannya. Andre sang sekertaris utamanya pun telah mengetahui hubungan gelap kami, namun ia hanya bersikap diam seolah hal itu adalah hal biasa.

Ku rasakan sikap Axel berubah, ia lebih pemarah dan mudah tersinggung semenjak mendengar kabar jika Angel akan melanjutkan studinya ke luar negeri. Belum lagi perkataan tajamnya seakan mengejek dan menginjak harga diriku membuatku tidak sanggup untuk menjalani hari-hariku yang tidak adil ini.

Syukurlah, ada yang membuat nafasku lega untuk sejenak. Sudah 5 hari aku tidak bertemu dengan Axel, baik itu di kantor maupun di luar. Hal itu membuat hari-hari ku menjadi lebih tenang dan damai karena tidak ada Axel yang memaksaku untuk memuaskan nafsu binatangnya.

Axel dan Angel tengah berlibur. Mereka menghabiskan waktu bersama sebelum jadwal keberangkatan Angel ke London tiba. Kabar yang ia dapat dari sahabat nya, Angel akan pergi ke London esok hari dan sepertinya mereka akan pulang liburan di hari ini.

Ku buang nafasku dengan kasar memikirkan jika Axel pulang dan ia akan menagih keinginannya. Dengan tidak bersemangat aku mengambil tas kerja ku dan beranjak untuk pulang. Mungkin saja laki-laki itu tengah duduk menungguku pulang di rumah ku. Entah darimana ia berhasil mendapatkan akses masuk ke dalam rumahku dengan seenaknya. Oh ya, aku hampir saja melupakan jika di dunia ini, apapun akan menjadi lebih mudah jika ada uang dan kekuasaan.

Ku parkir kan mobil Honda jazz milikku di carport rumahku kemudian ku edarkan kedua mataku memindai tanda-tanda keberadaan mobil Axel. Nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan mobil Axel di sekitar rumahku. Baguslah itu artinya ia tidak ada di dalam rumahku.

Ku rogoh tas kerjaku untuk mencari kunci rumah kemudian memasukkan kunci yang ada di genggaman ku ke dalam lubang kunci, kemudian mendorong pintu rumah setelah kunci pintu terbuka.

Mataku membola tak percaya melihat seseorang yang duduk dengan menopang kaki memandang ku dengan tatapan elangnya.

"Kau?" Ujar ku terkejut melihat Axel tengah duduk di sofa ruang tamu dengan mata yang memandang ku.

"Bagaimana kau bisa di sini?" Tanyaku bingung. Ia hanya tertawa mendengar ucapan ku.

"Sudah berapa kali aku katakan, tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Axel Xander" ujarnya sombong kemudian ia beranjak berdiri dan melangkahkan kaki jenjangnya ke arah ku.

"Aku merindukan tubuhmu" ujarnya kemudian meraup bibirku dengan rakus seperti menemukan sebuah oasis di Padang pasir yang tandus. Mata kami saling terpejam merasakan lumatan satu sama lain. Kedua tangannya menarik tubuhku semakin mendekat ke arahnya sedangkan kedua tanganku ku kalungkan di lehernya.

Setelah merasa jika kami akan kehabisan nafas akhirnya ia melepaskan pangutannya. Nafas kami saling memburu, mata kami saling bertatapan, bibirnya terlihat bengkak dengan saliva yang membasahi di sekitar bibirnya. Ketika ia akan mencium kembali bibirku, tanganku langsung mendorong dada bidangnya, menolak akan ciumannya.

"Aku lelah" ujar ku sebagai alasan.

"Aku menginginkanmu sekarang" ujarnya menatapku tajam.

"Kau bisa memintanya pada kekasihmu dan bukankah kalian baru saja menghabiskan waktu berdua? Tidak mungkin sepasang kekasih pergi berlibur berdua tanpa melakukan hal dewasa" ujar ku.

"Apa kau cemburu?" Tanyanya mengejutkan ku. Tentu saja aku tidak merasakan cemburu ketika melihat mereka bersama, justru aku merasa bersalah pada Angel karena telah merusak hubungan mereka dengan berada di antara mereka berdua.

"Tentu saja tidak!" Jawabku dengan lantang dan tatapan tajam.

"Aku tidak peduli" ujarnya sambil mengendikkan bahunya.

Aku melewati tubuhnya dan berjalan menuju letak kamarku. Tanpa kusadari, ternyata Axel membuntuti ku dari arah belakang hingga ke kamarku. Ketika aku berada di dalam kamar, aku mendengar bunyi pintu kamar terkunci.

Cklek

Ku balikkan tubuhku ke arah pintu dan menatap Axel yang juga tengah menatap ku.

"Keluar dari kamarku" ujar ku dengan menatap matanya. Ku lihat ia menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan ku.

"Kau berani mengusirku hm?" Ujarnya  dengan tatapan mengintimidasi, langkahnya mendekati tubuhku.

"Coba kau katakan sekali lagi" lanjutnya mengikis jarak.

Sial. Kaki ku membentur tempat tidur, aku salah memundurkan langkah. Dengan sekali dorongan olehnya tubuhku terjatuh di atas tempat tidur kemudian diikuti oleh tubuh Axel yang menindih tubuhku.

"Jangan sok jual mahal padaku" ujar Axel dengan tatapan tajamnya, dari posisi ini aku dapat melihat kilat amarahnya saat menatapku. Dengan kasar ia mencengkram rahangku agar menatapnya.

"Mari kita lihat! Apakah tubuh rendahanmu ini dapat menolak sentuhan ku?" ujarnya dengan kejam, membuatku kembali merasakan kesakitan akibat ucapannya.


TBC

16-03-2022

Reupload: 30-08-2022

Perangkap Cinta Sang CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang