Part 7 Tak Perlu Kau Ingatkan

112K 3.5K 59
                                    

Terhitung sudah satu Minggu berlalu sejak Axel mengajakku ke sebuah villa di tengah hutan, sampai saat ini aku belum bertemu dengannya, baik di tempat kerja maupun di luar jam kerja. Menurut kabar yang aku dapatkan, Axel sedang pergi ke luar kota untuk mengurus cabang perusahaan yang didampingi oleh Andre. Tentu hal itu membuatku sangat senang mendengarnya karena tidak ada yang mengganggu ku selama satu Minggu ini.

Hari ini merupakan hari Minggu, hari dimana aku harus melakukan pekerjaan rumah yang tidak bisa dilakukan saat hari kerja. Aku mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang menggunung dengan ditemani oleh lagu Andmesh, mulutku bersendung mengikuti alunan lagu.

Bunyi ponsel menginterupsi kegiatan bersih-bersih ku. Ku hampiri ponsel yang berada di atas meja dan melihat siapa yang menelpon ku.

"Halo, Ngel" sapa ku pada Angel sahabatku.

"Halo, Yu. Sibuk ga hari ini?" Tanya Angel diseberang sana.

Otakku berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Angel. Kalau aku jawab iya, pasti dia akan mengajakku hangout hari ini, aku tidak siap jika harus bertemu dengannya, aku merasa sangat bersalah padanya dan merasa mengkhianati persahabatan kami yang sudah sejak lama terbangun.

"Ayu, Ayu" panggilnya menginterupsi ku dari kegiatan berpikir.

"Eh.. maaf Ngel aku sibuk sekarang, ada beberapa pekerjaan yang belum aku selesaikan, jadi aku harus menyelesaikannya di hari ini" bohongku. "Maafkan aku Ngel, aku bohong sama kamu" gumam ku dalam hati

"Apa-apaan sih si Axel, masa hari Minggu masih nyuruh kerja" gerutunya.

"Tenang Ay, aku akan protes ke Axel supaya jangan ngasih kamu banyak kerjakan apalagi di hari Minggu" lanjutnya.

"Ehhh... Ga usah ngel. Jangan bilang ke Pak Axel, nanti aku yang disemprot sama pacarmu itu, kalo aku suka ngadu-ngadu." Cegahku. Waduh bisa bahaya kalo Angel benar-benar ngadu pada Axel.

"Udah, kamu tenang aja. Dia ga akan marah ke kamu kok. Aku jamin" ujarnya menenangkan. Bukannya tenang aku malah ketar-ketir memikirkannya.

"Tapi ngel-" ujarku terputus oleh perkataannya.

"Udah ya Ay, aku dapet telepon dari Axel. Bye" ujarnya mematikan sambungan telepon.

"Gimana dong? Kan tadi aku cuman nyari alasan aja supaya ga ketemu sama Angel. Kalau tau akan seperti ini jadinya mending aku bilang aku ga sibuk aja, ga usah ngarang-ngarang  alasan segala" gerutu ku sambil menggigiti kuku jariku. "Ah masa bodo" ujarku memutuskan untuk tidak mengambil pusing hal itu. Aku putuskan untuk kembali membersihkan rumah.

Hampir satu jam lebih aku membereskan pekerjaan rumah, kini badanku terasa sangat pegal dan lengket oleh keringat. Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi, dan mulai mengguyur tubuhku menggunakan shower. Tubuhku terasa lebih rileks dan segar ketika tetesan air masuk ke sela-sela rambut panjangku. Setelah menyelesaikan kegiatan mandi, tanganku menggapai handuk yang menggantung di dinding. Ku lilitkan handuk yang hanya mampu menutupi setengah pahaku. Aku beranjak keluar kamar mandi dengan tetesan air yang masih mengalir dari rambut basahku.

Tubuhku mematung melihat seorang laki-laki yang sedang berbaring di tempat tidur milikku dengan pandangan matanya seperti predator yang siap memangsa makanannya.
"Sejak kapan Axel ada disini?" Tanyaku dalam hati.

"Apa yang kau lakukan di kamar ku?" Ujarku setengah berteriak, sungguh aku merasa panik ketika ia dengan mudah bisa memasuki rumahku yang terkunci.

"Sstt. Jangan berisik sayang" ujarnya dengan langkah yang terus mendekati tempat aku berdiri. Dengan spontan aku pun ikut melangkah mundur menjaga jarak agar ia tidak mendekatiku.

"Bagaimana mungkin kau bisa masuk ke dalam rumahku?" Tanyaku

"Tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang Axel Xander" jawabnya dengan sombong.

"Kau begitu sexy, baby" ujarnya dengan suara berat. Aku baru menyadari jika saat ini aku hanya mengenakan handuk yang melilit tubuh polos ku. Ku eratkan lilitan handuk ini agar tidak melorot jatuh.

Tubuhku menabrak dinding kamarku, dan tubuhnya semakin mendekati ku.
"Apa mau mu?" Tanyaku dengan berani menutupi rasa ketakutan ku.

"Bukannya kamu mengadu pada Angel kalau hari ini kau memiliki tugas yang belum kau selesaikan" ujarnya dengan pandangan culas.

Jadi benar Angel mengatakan hal itu pada Axel. Oh , Tuhan aku merasakan firasat buruk saat ini.

Kedua tangannya ia taruh di sebelah tubuhku. Aku palingkan wajahku ke samping ketika wajahnya mendekati wajahku sehingga membuat bibirnya mendarat di pipiku. Kekehannya terdengar mengerikan di telingaku.
"Kenapa kau menghindari ciumanku. Aku datang kesini karena ingin memberimu pekerjaan yang kau katakan pada Angel" bisiknya ditelinga ku, tubuhku meremang merasakan nafasnya menyentuh telingaku. Ia menaruh kepalanya di lekukan leher ku yang basah.

"Bukan.. bukan maksud ku seperti itu, Sir." Ujarku terbata-bata.

"Sudah berapa kali aku katakan jangan panggil aku seperti itu jika kita hanya berdua saja" ujarnya dengan nada tajam.

Dengan gerakan tiba-tiba ia menarik handuk yang melilit di tubuhku.

"Axell" teriakku terkejut merasakan tarikan yang lumayan kasar.

"Axel lepaskan" ujar ku ketika merasakan tubuhku melayang karena digendong olehnya, tanganku memberontak, memukul punggungnya meminta dilepaskan.

Bruk

Tubuhku dijatuhkan ke atas kasur tanpa perasaan olehnya. Ringisanku keluar ketika bagian belakang tubuhku membentur kasur. Ia menindih ku dan kembali mengotori tubuhku.

Tubuhnya ambruk setelah ia  mengeluarkannya di dalam tubuhku .

"Banyak sekali yang kau keluarkan" ujarku. Ia hanya tersenyum tipis mendengar ucapan ku.

"Tentu saja. Aku belum mengeluarkan nya sejak apa yang kita lakukan di air terjun Minggu lalu." Ujarnya. Mataku membola mengetahui fakta itu. Bukankah setelah kita sama-sama pulang dari villa Minggu lalu ia menemui Angel, bisa saja ia melakukan nya dengan Angel, atau bisa saja ia melakukannya dengan jalang yang ia temukan ketika ia berada di luar kota.

"Aku tidak percaya" ujarku meremehkan.

"Ya sudah kalau kau tidak percaya" jawabnya tidak peduli.

"Aku menginginkanmu lagi" lanjutnya dengan nada sensual.

Ku putar bola mataku malas kemudian berkata.
"Minta saja pada kekasihmu" ujarku kesal.

"Jangan membicarakan orang lain jika kita sedang berduaan, baby. Satu lagi aku tidak suka kau memutar bola matamu seperti itu" ujarnya memperingatkan.

"Memangnya kenapa? Kau tidak berhak mengatur apa yang aku lakukan" ujarku menantang perkataannya.

"Apakah kau lupa posisimu saat ini? Jangan pernah kau mencoba untuk menentang ucapan ku jika kau tidak ingin videomu tersebar." Ujarnya tanpa perasaan, kembali mengingatkanku tentang video laknat tersebut.

"Dasar iblis" umpatku tepat di wajahnya dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan kotori mulut mu dengan umpatan sayang. Lebih baik kau gunakan mulut cantikmu untuk mendesahkan namaku" ujarnya dengan jari jempol nya menekan kasar bibirku.

Dengan kasar ia membalikkan tubuhku.  Tidak ada kenikmatan yang aku rasakan saat ini, yang ada hanyalah kesakitan. Kesakitan yang aku rasakan pada tubuhku tidak sebanding dengan kesakitan yang hatiku rasakan atas ucapannya.




TBC

Jangan lupa memberikan vote dan komentar untuk bab ini :)

09-03-2022

Reupload: 30-08-2022

Perangkap Cinta Sang CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang