WTL #6

967 75 26
                                    

• W O U N D I N G T O L O V I N G •

Jilan sudah cukup kesal hari ini dibuat Jeano. Laki-laki itu bahkan tak punya itikad untuk sekedar meminta maaf atau menghampiri Jilan setelah mereka berdebat tadi pagi. Setidak penting itukah Jilan?

Jilan melepas helm milik ojek yang ia pesan secara online tadi. Gadis itu membuka pagar rumah yang menjulang tinggi, matanya membelalak kaget begitu melihat seseorang yang duduk menyandar di lantai teras rumahnya sembari menyandar pada pilar. Jilan mengernyit, sedangkan lelaki itu berdiri.


"Lo kok bisa masuk?"

"Ya tinggal masuk. Gerbang lo kan nggak dikunci." jawabnya enteng.

Jilan menghela napasnya, padahal ada satpam yang berjaga, Jeano bilang apa pada satpam?

"Ngapain kesini?"

Jeano menaikkan sebelah alisnya, "Harus ada alesan buat main ke rumah pacar?"

"Oh? Lo masih nganggap gue pacar?"

Jeano mendecak, tak suka dengan kata-kata yang Jilan keluarkan, "Don't be childish."

"Don't be bastard." balas Jilan atas kata-kata Jeano. Sumpah, hari ini melelahkan, apa Jilan juga harus menguras lagi tenaganya untuk sekedar berdebat dengan lelaki ini?

"I don't."

Jilan memutar bola matanya jengah. I don't, katanya.

"Jangan jadi brengsek, Jeano. Kalo lo mau main sama banyak cewek diluar sana, lepasin gue. Gue nggak mau lanjut."

Jeano menatap Jilan lama, "Kenapa nggak mau? Ada cowok baru?"

Jilan terkekeh lelah, Jeano ini bodoh atau dungu?

"Lo— Bisa-bisanya lo mikir gitu sementara lo sendiri tidur sana sini sama cewek lain."

Jeano tak menghiraukan kata-kata Jilan, "Cowok mana? Yang kemaren? Atau Julian?" tanya nya, keluar dari topik. "Cowok bangsat mana yang bikin lo mau putus dari gue?"

"Lo, Jeano! Lo! Lo cowok bangsatnya!" kemarahan Jilan meledak. Gadis itu lelah, benar-benar lelah dengan Jeano. "Lo nggak pernah bolehin gue deket sama cowok manapun, sementara lo main sama banyak cewek."

Jilan mendongak, menatap Jeano yang lebih tinggi darinya, "Mikir, Jeano! Emang lo doang yang cemburu? Emang lo doang yang boleh marah?"

Jeano menyisir rambutnya ke belakang dengan jari, "Lo cemburu?"

"Dulu. Sekarang udah enggak. Terserah lo mau ngapain. Gue bakal anggep kita udahan. Don't—"

"Don't you dare." potong Jeano, menatap nyalang pada gadis mungil itu.

"Apa? Kenapa nggak boleh? Lo pikir gue bakal bisa terus maafin lo?"

Jeano menggeram kesal dengan jawaban Jilan yang terdengar membantah. "Lo nggak bisa putus dari gue, Jilan. Told you thousand time." kesalnya. "I'm not dating another girl. I just sleep with them."

"Bukan cuman lo yang bisa putusin sesuatu, Jeano. Gue juga berhak. Gue. Mau. Putus."

Jeano mendorong Jilan hingga punggung Jilan menghantam pilar. Walau tak sakit, tetap saja Jilan terkejut. Lelaki itu mengukung Jilan diantara kedua lengannya.

"You can't. I said you can't."

"Je—"

Jilan menahan napasnya saat Jeano mendekatkan wajahnya, mengikis jarak diantara wajah keduanya.

Jeano benci dibantah. Lelaki itu menarik napasnya dalam, menatap tajam Jilan.

"Your body. Gue nggak bisa pake lo sesuka gue karena gue sayang lo, Jilan. Told you, I just sleep, no feeling for them."

Jilan terkekeh tak percaya. Sayang katanya? Orang gila mana yang akan percaya kata-kata Jeano?

"Lo berengsek ya, Je?"

Jeano menghela putus asa, "Terus gue harus gimana, Lan? Pake lo git—"

plakk!!

"Gue bukan jalang, sialan!" Jilan menampar pipi kanan Jeano saat lelaki itu belum menyelesaikan ucapannya.

"Lo jangan ngekang gue."

"Lo nggak sadar seberapa posesif lo selama ini? Yet you said kalo gue yang ngekang lo?" tanya nya, lalu mengangguk-angguk. "Fine. Kalo gue ngekang lo, putus aja." final Jilan, hingga membuat Jeano tertawa. Tawa meremehkan.

"Lo yakin?"

Jilan diam sesaat, lalu mengangguk. Ada apa ini? Apa tiba-tiba Jeano setuju?

Jeano kembali mendekat, lebih dekat hingga bibirnya menyentuh telinga Jilan, membisikkan sesuatu yang membuat Jilan bungkam, kalah telak tanpa bisa melawan.

Jeano menarik tubuhnya menjauh, menatap puas pada Jilan yang diam tak berkutik. Lelaki itu pergi, dengan kemenangan di tangannya.

 Lelaki itu pergi, dengan kemenangan di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wounding to Loving | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang