• W O U N D I N G T O L O V I N G •
Belakangan ini Jilan seringkali dikagetkan dengan keberadaan kucing hitam yang duduk manis di balkon kamarnya tiap malam.
Siapa lagi kalau bukan Jeano dengan jaket kulitnya. Lelaki yang berpakaian asal dan rambut yang berantakan kini duduk menyandar pagar pembatas sambil bermain game mobile di ponselnya dengan penuh fokus. Sedangkan Jilan dari dalam sana mencoba bersikap tak acuh dan terus melanjutkan kegiatannya memakai masker.
Saat karakter yang Jeano mainkan mati, lelaki itu mengambil kesempatan untuk melihat apa yang Jilan lakukan di dalam sana, sudut bibirnya naik samar saat melihat wajah lucu Jilan yang terbalut masker hijau.
Ponsel Jilan berdering di tengah keheningan ruangan serba putih itu, bertolak belakang dengan langit malam dimana Jeano berteduh kini.
Sebuah panggilan dari Jeano membuat dahi Jilan mengerut bingung sembari menatap lelaki di luar sana yang tengah menaruh ponsel di samping telinganya, seakan memberi isyarat pada Jilan untuk mengangkat teleponnya.
"Kenapa?"
"Is there should be a reason to call my girlfriend?"
"Jeano, I'm not your girlfriend."
"Then who?"
Jilan menjeda percakapan lewat ponsel mungil itu, memilih untuk melirik pintu kaca dimana Jeano tak pernah mengalihkan tatapannya dari Jilan.
Keduanya bersitatap, memandang satu sama lain cukup lama hingga Jilan menyadari sesuatu.
"Lo kenapa?"
Jeano mengangkat sebelah sudut bibirnya.
"Come to see if you're curious."
Jilan memilih mengabaikan ucapan lelaki itu.
"Nggak kok."
Jeano terkekeh di luar sana,
"Lo nggak bakal nanya kalo lo nggak penasaran."
Telepon dimatikan sepihak oleh Jilan. Gadis itu beranjak untuk masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajah berlumuran masker yang telah mengering sebelum selanjutnya ia mengaplikasikan berbagai produk kecantikan di wajahnya.
Gadis itu kini berjalan menuju lemari kecil di sebelah tempat tidurnya, mengambil beberapa barang dari dalam sana dan beranjak keluar untuk menghampiri Jeano.
Iya, Jilan kalah lagi.
Satu yang Jilan sadari, suhu malam hari ini benar-benar dingin, sedangkan Jeano hanya memakai kaos pendek dibalut jaket kulit yang sama sekali tak melindunginya dari dingin.
Jilan duduk di hadapan Jeano, menatap wajah tampan yang berantakan dibalut luka.
Hanya ada keheningan diantara keduanya, baik Jilan maupun Jeano tak memiliki intensi untuk membuka topik terlebih dahulu. Jilan yang fokus dengan luka Jeano, dan Jeano yang hanya menatap wajah Jilan sembari membungkam bibirnya.
Jeano meringis ketika kapas beralkohol menyentuh lukanya, "Sakit, Lan."
"Kayak gini aja baru ngeluh sakit. Pas berantem nggak kerasa emang?" omel Jilan, masih tetap fokus mengobati Jeano sembari menghindari kedua matanya untuk bersitatap dengan Jeano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounding to Loving | Lee Jeno
Novela Juvenil[Lee Jeno AU] We repeat, what we don't repair. "Lo tau kan kalo lo nggak bisa putus dari gue?" Adil nggak sih kalau Jilan tak boleh dekat dengan lelaki lain sementara Jeano bisa bebas bergunta-ganti teman tidur? Jilan ingin putus, tapi seberapa ker...