WTL #7

1K 76 30
                                    

• W O U N D I N G T O L O V I N G •

Tok tok tok tok!

Suara itu bukan suara ketukan pintu. Itu suara ketukan ciri khas jika Jeano datang ke kamar Jilan. Lelaki itu mengetuk pintu full kaca balkon kamar Jilan.

Lelaki itu mau apa sih? Setelah mengancam Jilan tadi siang, Jeano masih belum puas?

Jilan berjalan menuju pintu balkon, menatap Jeano diluar sana yang memakai jaket varsity miliknya. Jilan menatap Jeano jengah, sedangkan yang di tatap tengah menghisap vape hingga asap putih keluar dari bibirnya.

Jilan membuka pintu, namun tak membiarkan Jeano masuk.

"Dingin, Lan."

Jilan mendecak, "Yaudah pulang kalo kedinginan."

Jeano memegang kedua bahu Jilan, mendorong tubuh mungil itu dengan pelan hingga keduanya berada dalam kamar Jilan.

"Bukan gue, tapi lo." balasnya, menatap dari atas hingga ujung kaki Jilan yang hanya memakai kaus pendek beserta celana diatas lutut.

"Ngapain, sih?" tanya Jilan dengan nada ketus, terganggu dengan kehadiran Jeano di kamarnya.

Jeano memasukkan vape ke dalam saku jaketnya, menyerahkan satu keresek besar pada gadis itu. Sedangkan Jilan menatap tak minat keresek di hadapannya.

Jeano mendecak tak sabaran, ia melempar keresek putih itu ke sofa lalu mengangkat tubuh Jilan, membawanya menuju sofa dan duduk, meletakkan Jilan dalam pangkuannya.

Dan lagi, Jeano selalu tahu saat-saat dimana kedua orang tua Jilan sedang tak di rumah. Jeano selalu datang tepat waktu, dan Jilan menyesali hal itu, Jeano dapat berbuat semaunya, dan Jilan tak bisa mengancam.

"Gue lagi nggak mau debat."

"Gue masih marah, Jeano." kesal Jilan, namun tak dihiraukan Jeano.

"Tunda dulu buat besok." ucapnya asal, ia camilan yang sengaja ia beli tadi dari dalam keresek. Jeano memilih coklat, karena setahunya Jilan sangat suka makanan manis itu.

"Non almond choco, in case lo nanya ini ada kacangnya atau enggak." lanjut Jeano, membuka bungkusnya dan mematahkan coklat tersebut, meminta Jilan untuk membuka mulutnya.

"Tumben?"

Jeano mendelik, "Nggak suka?"

Jilan menggeleng, "Nggak ada hal yang gue suka dari lo."

Jeano mengangkat sebelah alisnya, "Inget gimana lo suka gue duluan dulu."

Jilan mendengus, walaupun perkataan Jeano sepenuhnya benar. Jilan menatap Jeano ragu, membuat si lelaki sadar akan tatapan Jilan.

"Kenapa?"

Jilan menerjap beberapa kali sebelum menjawab, "Soal tadi siang. Lo nggak serius, kan?"

Jeano tampak berpikir, padahal dirinya sedang enggan debat. "Depends on how you act to me. I keep it as a secret, if you can deal with me."

Wounding to Loving | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang