Cain kembali terdiam setelah memberikan kontra pada Zepdis yang berat. Dalam ekspresinya telihat seperti tak mendapatkan jawaban apapun dari Zepdis. Namun, sedikit saja sekilas terlihat bahwa Cain merasa jawaban dari Zepdis cukup baginya.
Seperti menutup luka hanya dengan balutan yang pada akhirnya akan terbuka lagi dan lukanya semakin parah.
Cain merasakan hal ini waktu pertama bersama dengan Jeane, perasaan benar atau salah, karena telah menyelamatkannya.
Setiap hari.
Setiap saat.
Setiap detiknya. Selalu berpikir apakah hal ini benar?!
Keraguan dan juga kepedulian, bisa menjadi bom waktu bagi Cain. Tapi, mustahil. Meskipun Cain ingin menjadi penjahat terjahat sekalipun, seperti ada sedikit walau setetes atau sebutir pasir, kebajikan dalam hatinya yang terus mendorongnya.
Karena itu, tidak apa... Hanya untuk kali ini saja, merasa sedikit terpuaskan. Mungkin besok atau hari lainnya, perasaan seperti ini akan menghilang dengan cepat!
Masih dalam langkahnya, Cain membuka suara setelah kesekian menit dia terdiam.
"Zepdis, lakukan seperti biasa. Semua keputusan ada di tanganmu, carilah jalan keluar sendiri, dan jangan menunggu jawaban dariku! "
Zepdis paham, ia mengangguk dan menjawab. "Baik! "
Dalam situasi ini, dan dalam keadaan yang tak terduga, Cain merasa bahwa setiap harinya selalu saja ada masalah yang mendatanginya. Dari awal ia di dunia ini, hingga sekarang.
Kurang paham, apakah ini keberuntungan atau kesialan? Tapi, satu hal yang pasti, ini tak merubah segala tujuannya.
Yang artinya, entah ini tentang kebajikan atau kejahatan, atau bahkan ini tentang perasaan orang lain. Cain, melakukan itu semua demi tujuannya semata. Selagi tidak ada yang menghalangi, kemungkinan rasa kebajikan masih ada. Tapi, jika banyak yang menghalangi dan menghadang jalannya, maka Cain akan memusnahkan mereka.
Ini seperti tak ada yang lebih jernih daripada air dan susu.
Zepdis mungkin paham jika dari situasi yang seperti ini, karena dilihat bagaimana pun dalam segi mendasar Zepdis lebih unggul daripada Jeane. Lebih berpengalaman menghadapi hal seperti tindakan yang anti-mainstream.
Berbeda dengan Jeane, dilihat bagaimana pun, waktu di Kota Damansus itu adalah kali pertama ia membunuh makhluk hidup. Meski wujud dewasanya lebih berani, mungkin itu hanyalah kedok yang dibuat agar Cain lebih percaya padanya.
"Apakah anda yakin tidak melibatkan Jeane, Tuan?! "
Perkataan tak terduga dari orang yang sebenarnya paling tidak bisa bersama Jeane.
Padahal sepintas itu terpikir di kepala Cain, tentang hal ini untuk Jeane ikut campur atau tidak. Jeane adalah tipe yang bisa saja menghancurkan rencana, namun bisakah sedikit percaya?
"Pada akhirnya korban akan berjatuhan. Aku akan pergi bersama Jeane. Sementara itu kau selidiki semuanya, sampai ke akarnya sekalipun. "
Mempercayai atau tidak, dalam hal ini peran Jeane akan lebih baik, karena dalam hal kekuatan Jeane bisa dibilang mempunyai nilai daripada Zepdis, karena mungkin dia seorang Lord.
"Kau bisa pergi sekarang. Biar aku sendiri yang ke pasar dan membeli barang. "
"Baiklah! "
Dengan sekejap seperti seorang flash, Zepdis melesat dan hanya meninggalkan ekor jejak dari kecepatannya ini.
Di setiap insiden yang muncul, Cain tak paham disini. Selalu terseret ke dalam permasalahan orang lain. Tapi, yang sebenarnya adalah masalah tentang perdagangan Demi-Human, yang terus berputar di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am The Irregular Villain Of Soul Eater [HIATUS]
Fantasy[ Volume 1: Arc Soul Revenge ] Sinopsis: Di dunia ini dominasi dunia meliputi yang kuat akan selalu menang dan yang lemah akan selalu kalah. Meski kesempatan itu hanya 0.1% akan ada saat dimana yang selalu kalah, akan menjadi pemenang. Itulah yang...