"Namanya temen itu, yang narik lo saat jatuh. Bukan yang ngetawain lo setelah jatuh. Temen itu, ada disaat susah dan senang yang lo lalui. Bukan yang datang saat lo seneng, terus ninggalin saat lo susah"
-Fabio Alden Arthadipura
Bara memanaskan mobil Jaguar hitam miliknya-memilih menggunakan mobil itu daripada Lexus silver miliknya. Sudah lama rasanya, Bara tidak mengemudikan mobil Jaguar itu. Terakhir kali, saat mengunjungi orang tua ibunya tiga bulan yang lalu. Saat bersiap untuk melajukan mobilnya keluar dari garasi, tiba-tiba saja ponselnya berdering tanda sebuah panggilan masuk. Bara segera menilik layar ponselnya.Leon
Incoming call...
Tak perlu menunggu lama, Bara menggeser incon answer, menerima panggilan dari Leon. Terdengar suara Leon menyapanya.
"Halo, Bar."
"Iya, Le. Kenapa?"
"Lo dimana sekarang?" Leon bertanya.
"Dirumah. Ini lagi mau otewe ke GH. Gimana kabar Bang Fadil?" jawab Bara sekaligus bertanya balik.
"Bang Fadil baik-baik aja, Bar. Tadi udah sempat sadar. Ada nanyain lo juga," balas Leon.
"Oh, syukurlah kalo gitu. Sekarang, Bang Fadil masih sadar?"
"Gue dirumah, Bar, sekarang ini. Tapi, pas tadi gue tinggal sih, Bang Fadil udah tidur."
"Ngapain dirumah?" beo Bara bego.
"Mandilah, ganti baju. Daritadi pagi gue belum sama sekali ganti baju, nyet."
"GH, yok. Daripada gabut dirumah," ajak Bara kemudian.
"Skuy, lah. Gue juga bingung dirumah mau ngapain jam segini," jawab Leon antusias.
"Gue duluan. Jangan lama-lama nyusulnya."
"Siap, nyet. Ini juga udah mau turun ke garasi," ucap leon memberitahu.
"Sip, kalo gitu gue matiin nih telpon," ujar Bara mengakhiri percakapan diantara keduanya.
"Ok," sahut Leon.
Bara memutus sambungan telpon dari Leon, kemudian melempar ponselnya ke jok sebelah. Perlahan melajukan mobilnya keluar dari garasi, bersiap melaju di jalan raya yang lengang. Bara sekilas melirik jam di layar mobilnya, pukul 11.40 malam-sudah hampir jam dua belas-wajar sajalah kalau jalanan sepi. Cowok itu menepikan mobilnya di parkiran sebuah mini market 24 jam. Berniat membeli rokok, beberapa minuman kaleng, dan juga camilan untuk dia makan di GH nanti.
Tak berselang lama, Bara kembali ke mobilnya dengan menenteng dua kantong plastik berukuran besar. Lalu, meletakkan di jok belakang mobilnya untuk kemudian kembali melajukan mobilnya.
* * *
Mobil yang dikendarai Bara memasuki parkir GH Famousky. Bara keluar dari mobilnya setelah selesai memarkirkannya di area parkir Guest House. Cowok itu menenteng dua kantong plastik besar di tangannya. Melangkahkan kaki menuju pintu GH dan membukanya menggunakan kode yang biasa mereka gunakan. Setelah menekan beberapa digit angka, layar kunci pintu GH Famousky itu menunjukkan kata 'unlocked'.Bara melangkahkan kakinya memasuki ruang santai, dan mendapati Alden yang sedang menonton televisi sendirian. Bara mengucap salam sembari celingukan mencari keberadaan teman-temannya yang lain. Sayangnya, nihil. Hanya ada Alden disana.
"Waalaikumsalam," jawab Alden pelan, mengalihkan atensinya menatap Bara yang tengah berjalan menghampiri, kemudian menaruh barang bawaannya diatas meja setelah sebelumnya duduk di samping Alden,
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐁𝐀𝐑𝐀 ; 𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐋𝐄 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐕𝐄
Teen Fiction[ON GOING] "setau gue, kalo setan itu kakinya gak napak tanah. Tapi, kaki lo masih napak kok, gue liat. Jadi, lo bukan setan kan, ya?" "ish, Bara! Tega banget ngatain gue setan." Aira berseru kesal. "Lagian... mana ada setan secakep gue." * * * Alba...