Pinguin Bodoh

3K 380 14
                                    

"Kandungannya lemah, sebaiknya dijaga dengan baik karena bisa rentan keguguran. Pasien juga terlalu stress, apa kalian ada masalah dalam rumah tangga?......"

Dokter yang memeriksa Lucia menjelaskan berbagai hal. Matteo hanya mengangguk cuek. Pada intinya dokter tersebut berkata bahwa Lucia terlalu kelelahan dan banyak pikiran sehingga berpengaruh pada janin yang dikandungnya.

Apa yang wanita ini pikirkan? Hutang? Uang? Apa mungkin ia punya banyak hutang hingga tertekan dan membuat kandungannya terganggu? Matteo akan tanyakan saat ia sadar.

Matteo pun meraih jemari lemas Lucia perlahan. Ketika menyentuh telapaknya, Matteo mendapati sebuah luka jahitan yang cukup dalam. Luka itu seperti luka tusukan pisau. Sebenarnya selain menjadi badut pinguin, pelayan cafe, apalagi pekerjaanya? Seorang mafia juga, sampai ada luka sedalam ini?

Namun luka itu, seakan mengingatkan Matteo akan suatu peristiwa. Tapi entah apa, Matteo tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Amnesia ini benar-benar menyiksanya.

Matteo kini manatap wajah Lucia dengan sangat dekat. Wanita cantik dihadapannya ini benar-benar menyimpan sejuta misteri yang sulit untuk Matteo pecahkan.

Seketika Matteo mengingat perkataan teman-temannya. Apakah benar ia pria pertama Lucia? Apakah benar, bayi ini anaknya? Entah kenapa meski hati mempertanyakan kebenaran, tapi otaknya menyanggah.

Matteo kini berganti mengusap perut rata Lucia. "Mustahil aku ingin punya anak darimu, pinguin bodoh!"

Dikala Lucia bergumam dan bergerak-gerak mulai membuka mata, Matteo langsung menatapnya tajam. Mendengar sedikit saja suara wanita itu, sudah membuat emosinya seakan mendidih. Lucia selalu membuatnya emosi meski ia tidak melakukan apapun.

"Anak kamu dalam bahaya karena kamu stress. Sekarang jujur padaku, berapa hutang yang kamu miliki? Berapa ratus juta?" Introgasi Matteo ketika Lucia barusaja membuka mata.

"Ini juga anak kamu, Matteo." Lucia memijit kepalanya dengan gerakan lemah. "Hutang apa maksudmu? Dari kecil aku tidak pernah berhutang." Suara Lucia terdengar lirih dan lemah. Kali ini ia tidak berbohong, badannya terasa nyeri.

"Ck! Aku masih tidak yakin itu anakku. Lagipula jangan sok naif! Ayo katakan berapa hutangmu?!" Matteo mencengkram dagu Lucia kencang. "Pasti banyak renternir yang sedang mencarimu diluar sana. Kamu menikahiku pasti hanya karena uang, kan?" Lanjut Matteo tajam.

"Kamu bicara apa? Hutang apa? Aku selalu mencukupkan gajiku. Kenapa kata-katamu selalu menyakutiku?" Lucia menyeka airmatanya.

"Cih, sok polos!"

"Perutku lapar." Ujar Lucia tak lagi menghiraukan perkataan kasar Matteo.

"Makan sendiri, rumah sakit sudah menyediakan makanan. Jangan minta tolong padaku."

"Tapi aku ingin pizza."

"Beli sendiri."

"Tidak jadi." Lucia memeluk gulingnya, dan mengalihkan pandangan matanya dari Matteo. Ujung matanya kembali basah karena air mata.

"Dasar pinguin bodoh! Manja! Kamu selalu membuatku emosi."

Lucia kesal sekali dengan Matteo. Tubuhnya terasa tak enak, dirinya mengidam pizza, dan ini pertamakalinya, namun Matteo tak peduli. Pria itu bahkan berkata kasar. Awas saja, Lucia akan membuatnya bertekuk lutut malam ini.

Apa dia pikir hamil itu mudah? Membuatnya jago, tapi saat dirinya mengandung pria itu malah amnesia dan melupakan tanggung jawabnya. Pria sialan!

"Aku hanya lapar dan ingin makan Pizza. Aku ngidam, ini keinginan bayiku." Ujarnya lemah, lalu bangkit dari kasur tersebut. Disaat Lucia ingin mencopot selang infusnya, Matteo buru-buru menahan.

My Bucin Sexy BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang