"Aku pamit pulang hari ini, aku senang bisa melihat wajahmu lagi. Jangan sungkan menghubungiku jika terjadi sesuatu. Goodbye Lucia, jaga dirimu."
Lucia memeluk ponselnya setelah membaca pesan dari Dario. Ia tidak tahu ingin membalas apa. Tapi yang jelas Lucia sangat bertrimakasih atas bantuannya membawa Metteo kerumah sakit malam itu.
"Aku pulang malam." Suara Matteo terdengar dingin.
Lucia tidak ingin menatap Matteo hari ini. Ia lelah, ia tidak akan lagi memaksakan takdir. Jika memang pada akhirnya mereka akan berpisah, Lucia pasrah. Lucia hanya berharap Matteo merawat anaknya dengan baik jika hak asuh ia ambil.
"Hmmm."
Matteo menaruh nampan sarapan wanita itu dengan perlahan. Semenjak kepulangan mereka dari hotel hari itu, Lucia berubah. Wanita itu seolah tidak peduli lagi dengan semuanya.
"Kamu seperti ini karena Dario?" Cibir Matteo seraya melipat kedua tangannya di atas dada. Tatapannya begitu sombong dan merendahkan Lucia.
"Bisakah kamu berhenti memyakitiku? Aku sudah setuju kita bercerai dan menyerahkan hak asuh. Apalagi yang kamu inginkan Matteo?"
"Jadi kamu tidak sabar menunggu uang dan hadiah special yang aku janjikan? Pantas saja kelakuanmu seperti jalang, karena ibumu juga seorang jalang."
Lucia bangkit dari ranjangnya lalu menampar wajah Matteo dengan sangat keras setelah perkataan itu.
"Jangan menghina orangtuaku. Meski aku tidak tahu siapa mereka, meski mereka membuangku, tapi kamu tidak punya hak merendahkannya."
"Tapi nyatanya kamu memang rendah. Aku yakin sifatmu itu buah dari orangtuamu!"
"Apa pernah sekali saja aku menggodamu? Meminta uangmu? Apa pernah kamu melihatku membuka kaki untuk pria lain? Kenapa aku terlihat begitu rendah dimatamu?" Lucia tersedu-sedu dan berlari menuju kamar mandi. Wanita itu mengunci dirinya dari dalam.
"Apa kamu pernah mendengar seorang jalang menyebut dirinya jalang? Jangan menggunakan tangisan itu untuk memanipulasiku!" Matteo menendang pintu kamar mandi yang Lucia gunakan untuk bersembunyi dengan sangat keras.
"Aku tidak akan peduli jalang! Memangnya jika kamu melayani Dario di belakangku, aku akan mengetahuinya?"
Lucia menangis semakin kencang setelah perkataan Matteo yang begitu kasar. Meski Lucia tak merespon, tapi tangisan itu cukup jelas menunjukkan bahwa ia sangat terluka.
Matteo menarik nafas panjang setelah ucapan kasarnya. Kini ia sadar bahwa ucapannya keterlaluan. Semenjak bertemu Dario emosinya meledak-ledak dan tak terkontrol.
Dalam diam Matteo mengambil kunci cadangan kamar mandinya untuk menyusul Lucia yang masih menangis kencang. Matteo khawatir terjadi sesuatu.
"Jangan katakan apapun lagi, aku lelah! Aku juga manusia!" Lucia menangis histeris begitu Matteo kembali dihadapannya. Ia menutup telinganya sendiri dengan mata terpejam.
"Berdiri dan kembali ke kamarmu." Ujar Matteo dingin.
Lucia masih duduk diam seraya menutup telinga. Ia juga tetap menangis dan tak bergeming meski Matteo sudah melayangkan tatapan tajam.
"Berdiri Lucia, makan sarapanmu dan istirahatlah."
"Pergilah Matteo, aku ingin sendiri. Aku akan mandi lalu beristirahat sesuai perintahmu." Jawab Lucia pada akhirnya. "Jangan berada dihadapanku! Aku ingin sendiri!"
"Jangan keras kepala."
Matteo menarik nafas panjang seraya mengangkat tubuh Lucia dengan perlahan. Ia mendudukkan wanita itu diatas ranjang, lalu menyuruhnya menghabiskan sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bucin Sexy Bastard
RomanceSelamat dari kecelakaan mobil, Matteo mengalami amnesia. Parahnya, pria yang anti berkomitmen serta tidak percaya akan cinta, tiba-tiba mendapati dirinya menikah dengan wanita cantik bernama Lucia, dan wanita itu hamil anaknya. What the hell? Bagi M...