6 Sesuatu Tersembunyi

3.7K 357 12
                                    

"Itu murni kesalahan teknis, tidak ada yang sengaja mencelakainya."

Matteo menutup panggilan anak buahnya, seraya menunggui Lucia yang sudah terpejam dengan piyama hangat. Wanita itu terserang demam karena peristiwa jatuhnya chandelier yang hampir mengenai dirinya beberapa jam lalu di pesta perusahaan Gerald.

Untuk Matteo, sangat mustahil acara pebisnis sukses yang disegani banyak orang ada kesalahan teknis seperti itu.

Terlebih sepertinya, ini bukan kali pertama terjadi. Melihat jahitan ditelapak tangan Lucia, Matteo yakin sebelumnya sudah pernah ada orang yang berniat mencelakainya.

Apa ini ulah Gerald? Atau ada orang lain yang benci dengan Lucia? Tapi siapa? Matteo harus segera mencari tahu segalanya. Dia juga harus segera mengingat. Karena mungkin saja ada ingatan penting yang ia lupakan.

Apa kecelakaan mobil yang ia alami sebenarnya juga bukan untuk mencelakainya? Melainkan Lucia?

Jika informannya saja tidak mampu menemukan fakta tentang kecelakaannya, juga siapa yang mencelakai Lucia, berarti ada orang besar dibalik ini semua.

Matteo meraih tangan Lucia lembut, dan kembali menatap luka jahitan itu. Ia memang seperti mengetahui kenapa luka itu ada, tapi Matteo sangat sulit untuk mengingatnya. Yang muncul di kepalanya hanya bayangan-bayangan hitam seseorang, hujan, dan darah.

"Kenapa aku sama sekali tidak dapat mengingat!" Lirihnya seraya mendekap kepalanya sendiri.

"Matteo... " Lucia menyentuh wajah suaminya. Meski ia sendiri sedang dalam keadaan lemah, Lucia tetap saja khawatir ketika melihat Matteo kesakitan.

"Jangan sentuh aku." Matteo menyingkirkan tangan Lucia dengan sedikit kasar.

"Minum obat kamu, kepalamu sakit lagi?" Lucia bertanya dengan perhatian. Ia mencoba untuk bangkit dari tidurnya.

"Aku tidak butuh perhatianmu!"

"Ssssttttt!!!" Lucia menarik Matteo untuk merebah bersamanya. Dirinya menyempil kedalam tubuh kekar itu, lalu memeluknya seerat mungkin.

"Biarkan aku memelukmu, malam ini saja. Aku benar-benar butuh sandaran." Lucia meneteskan airmatanya.

Matteo tidak tega ketika ia ingin berbuat kasar. Mungkin saja Lucia masih sangat shock karena insiden jatuhnya lampu besar yang hampir membuatnya terbunuh.

"Aku takut Matteo."

"Its okey, tidurlah. Semua sudah baik-baik saja."

"Apa kamu bercinta dengan Chiara malam ini? Saat di pesta?" Lucia bergumam dengan isakan kecil. "Aku tahu jawabannya iya. Apa dia wanita yang kamu inginkan? Cantik dan berpendidikan? Kaya dan sepadan denganmu?"

"Memangnya kenapa? Itulah faktanya. Dia jauh diatasmu." Ujar Matteo asal. Padahal Matteo tak yakin dengan ucapannya. Meski Lucia bodoh dan miskin, tapi jelas, harga dirinya lebih tinggi dari Chiara.

Buliran airmata Lucia menetes deras begitu perkataan itu muncul. Ia mengeratkan pelukannya kepada Matteo, lalu mendongak menatap wajah tampan itu.

"Terimakasih sudah jujur, meski ini sangat menyakititkan." Lucia mengecup bibir Matteo dengan lembut, memburu, panas, dan penuh tekanan. Ia tetap memagutnya meski Matteo tak memberi respon apapun. Setelahnya, Lucia kembali memeluk pria itu dan menutup matanya.

"Biarkan malam ini seperti ini."

Ketika merasakan Lucia kembali damai dan terlelap, Matteo membantu wanita itu menyeka airmatanya. Lagi-lagi, Lucia membuatnya merasa bersalah.

Katakanlah hubungan mereka awalnya hanya sebatas taruhan. Tapi jika Lucia sungguhan mencintainya, apa yang harus Matteo lakukan?

Karena seorang Matteo tidak akan mungkin menyeriusi pernikahan dan mencintainya. Hanya anak satu-satunya alasan ia mempertahankan Lucia.

My Bucin Sexy BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang