Sebuah misteri

3K 369 15
                                    

"Aku tidak percaya ada orang amnesia hidup didunia ini." Xavier menepuk pundak sahabatnya dengan penuh ejekan. Begitupun dengan Mike yang juga memberikan tatapan tak percaya.

"Apa yang terjadi sebelum aku kecelakaan?" Berbeda dengan kedua sahabatnya, Matteo memasang wajah serius. Ia tidak mau berbasa-basi. Karena tujuannnya bertemu dengan temannya adalah untuk menanyakan hal-hal yang terjadi sebelum dirinya kecelakaan, bukan untuk bersendagurau atau menjawab pertanyaan bodoh.

"Menikah, bukan?"

"Aku benar-benar menikahinya? Mana mungkin? Itu mustahil!"

Mike dan Xavier saling berpandangan sebentar lalu merangkul sahabatnya. "Sebenarnya, ini yang mau kita bahas."

"Apa?"

"Apa kamu lupa dengan taruhan kita?" Xavier bertanya lagi. "Waktu di Sevilla?"

"Aku tidak ingat apapun!"

"Kita melakukan taruhan di Sevilla. Jika kamu berani menikahi pelayan yang sangat manis di cafe yang kita datangi saat itu, membuatnya hamil, lalu menceraikannya dan mengambil hak asuh anaknya saat lahir, kamu akan mendapat 30% saham perusahaan kami. Kamu menyanggupinya."

Matteo mendekap kepalanya seraya meminum sebotol alkohol. "Serius? Aku menyanggupi taruhan gila itu?"

"Kita memiliki berkasnya."

Mike membuka laci dari meja kerjanya, lalu mengambil sebuah berkas taruhan yang mereka buat beberapa bulan lalu.

"Kamu setuju karena menurutmu, kamu memang memerlukan anak tanpa perlu susah-susah harus menikah dengah serius dan mencintai satu wanita." Mike menjelaskan.

"Tapi malam setelah kalian menikah, kecelakaan terjadi. Rem mobilmu blong." Xavier menggaruk dagunya. "Ada yang sengaja ingin membunuhmu. Kira-kira siapa?"

"Entahlah, ini membuatku pusing!"

"Lalu apa taruhan ini akan kita lanjutkan? Kita sudah sejauh ini." Xavier mengangkat berkas-berkas yang ada ditangannya.

"Tentu saja bodoh! Aku sampai kecelakaan dan amnesia. Aku menikah dan terjebak dengan perempuan bodoh rendahan itu. Taruhan ini harus kita lanjutkan."

"Deal! Dan ingat Matteo, di berkas itu juga tertera bahwa kita boleh memakaikannya kapanpun."

"Memakainya?"

"Lucia, apa kamu lupa? Taruhan ini untuk bersenang-senang!"

Matteo mengeraskan rahang dalam diam. Meski miskin dan menyebalkan, mana tega ia memberikan wanita itu kepada dua temannya? Matteo masih memiliki nurani.

"Lupakan saja taruhan ini." Matteo merobek berkasnya.

"Jadi kamu berubah pikiran?"

"Aku akan menceraikannya dan mengambil hak asuh anak itu. Tapi bukan karena taruhan. Aku masih punya hati."

"Buat apa kamu peduli dengan wanita yang tidak kamu cinta? Bukankah kamu bilang cinta itu pembodohan? Wanita hanya penghangat ranjang?"

"Iya, tapi apakah tidak keterlaluan menjadikannya penghangat ranjang kalian juga?"

"Kau yang setuju saat itu!"

"Mungkin saat itu aku sedang tidak waras." Matteo tetap bersikukuh menjaga Lucia.

"Padahal aku penasaran rasanya saat kamu bilang dia masih perawan. Ini Spanyol, dia wanita langka yang bisa menjaga itu. Apa tidak sebaiknya kamu menikahinya dengan benar?" Mike mengusap pundak Matteo.

"Dia wanita baik, kami pernah mengobrol saat pernikahanmu." Lanjut Mike seraya menyesap alkohol ditangannya.

"Entahlah Mike, jangan bahas ini. Kepalaku pusing, aku ingin pulang."

My Bucin Sexy BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang