03. Mission

114 9 0
                                    

-Bara POV-

-1 April 2015-

Sudah 1 minggu, sejak kematian Leida dan Nathan yang berhasil menggemparkan satu sekolah. Namun, anehnya selama 1 minggu terakhir ini sudah tak pernah ada lagi kejadian aneh.

Biasanya, pasti ada 1 atau 2 siswa yang mati pada setiap hari nya. Aneh memang.

Atau hal ini terjadi karena aku sudah tak pernah memikirkan rencanaku lagi ya? Tapi, apa mungkin pembunuh itu bisa membaca pikiranku selama ini? Hebatnya dia.

Sebentar, jika pembunuh itu hanya membunuh orang-orang yang aku pikirkan. Apa maksudnya semua ini? Ada masalah apa dia denganku? Mengapa harus semua incaranku yang mati?.

Akan aku cari tahu siapa pembunuh itu. Sekarang aku akan membuat suatu rencana balas dendam pada orang-orang. Dan aku akan memikirkan siapa dan bagaimana orang itu akan mati.

Jika pembunuh itu bisa membaca pikiranku, itu berarti semua orang yang ada dipikiranku akan mati dengan mengenaskan bukan?.

Kini aku, berdiam diri dikelas. Bermaksud untuk menuliskannya pada buku tentang rencana ku. Dan menulis 5 Nama orang yang aku benci. Aku harap pembunuh ini akan terjebak dalam perangkapku.

Aku baru saja menuliskan 2 Nama, namun tiba-tiba ntah sejak kapan Ascella sudah ada dibelakangku. Mengamati aku yang sedang menulis.

Untungnya aku baru menuliskan nama saja, kalau aku sudah selesai menuliskan semuanya. Aku yang akan mati bukan mereka.

"Kok berhenti Bar?" Tanya-nya, dia mengerutkan dahi. Terlihat bingung.

"Gakpapa, lo ngapain kesini?"

"Tadi gue liat lo diem sendirian dikelas. Jadi gue masuk deh niatnya mau nemenin lo. Baik bangetkan gue?"

Aku terkekeh mendengar penjelasannya, tumben sekali dia peduli terhadap orang lain. "Tumben banget"

"Elah, gue baik salah. Gue jahat salah juga. Jadi gue harus gimana?" Tanya-nya sakarstik.

"Eh Bar, lo lagi nulis apaan sih? Kok ada nama Vega nya?" Sambungnya, sambil mengambil bangku untuk duduk disampingku.

"Daftar orang yang deket sama gue Cell" untungnya otak-ku sedang bekerja dengan cepat, jadi gampang buatku untuk berbohong pada Cella.

***

-Ascella POV-

Aku tertawa dalam hati, saat aku mendengar jawaban Bara. Dia pikir dia bisa membohongi-ku begitu saja? Oh, maafkanlah aku. Tapi tak semudah itu untuk membodohi seorang Ascella.

"Sejak kapan lo deket sama Vega, Bar?" Tanyaku polos, aku hanya ingin tau bagaimana cara dia membohongiku lagi.

"Dari minggu lalu kayaknya.."

"Oh gitu, tapi.. Kalo gak salah nih yaa, kemarin gue liat lo dibully sama Vega dkk" aku membuat wajahku, seperti seorang yang tengah berpikir.

SKAK!

Dia membelalakan matanya, dan aku bisa mendengar pikirannya sedang bekerja untuk menjawab ucapanku tadi. Ayolah, dia membohongi orang yang bisa membaca pikirannya. Bodoh sekali.

"Eh, gue salah ya Bar? Maaf deh, kan lo tau sendiri kalo gue kurang peduli sesama. Jadi suka gak tau keadaan" Ujarku, tertawa garing.

"Hari ini kayaknya lo terlalu banyak ngomong Cell. Ada apa?" Dia mengambil alih pembicaraan. Enggan membahas tentang kedekatan dia dengan Vega. Yang aku tahu pasti dia ingin menjebak pembunuh disekolah ini.

"Gakpapa, gak enak aja kalo keadaannya canggung" sepertinya itu alasan yang masuk akal. Padahal aku hanya ingin membuatnya tersudutkan.

Dia mengangguk, seolah mengerti dengan apa yang tadi aku ucapkan. Aku kira Bara, orang yang pintar namun aku salah. Dia jauh lebih bawah dari kalimat bodoh.

Dan kini, aku menyesal pernah menyukainya.

oOoOoOo

TBC

Pendek ya, part ini? Maafkan lagi gak ada imajinasi :3

Don't!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang