Gadis itu mendekat kearahku, lalu membisikan beberapa buah kata yang berhasil membuatku menyeringai.
'Pembunuh itu sudah diketahui polisi..'
"Kok bisa?"
Dia mengangkat kedua bahunya, bertanda dia tak tahu. Tapi masa bodohlah, dengan hal itu. Yang penting pembunuh itu sudah diketahui oleh kepolisian. Hal itu berarti..
Aku bisa melanjutkan aksi-ku.
***
-Anonymous-Semenjak pembunuh itu sudah tertangkap, pembunuhan disekolah ini malah semakin banyak bukannya berkurang.
Aku tak tahu siapa yang bodoh sebenarnya, tapi yasudahlah. Bukan urusanku untuk mengurusi siapa pembunuh itu.
***
-Bara POV-Aku menyusuri koridor rumah sakit mencari dimana tempat Ascella dirawat. Tadi dokter bilang Ascella sudah dipindahkan keruang rawat biasa.
Dia berhasil melewati masa-masa kritisnya.
Ketika mataku menemukan pintu yang terdapat tulisan 'Aries XI' aku melangkah mendekat lalu masuk kedalamnya.
Disana ada dua orang gadis. Yang tengah terbaring sudah jelas dia pasti Ascella, namun yang tengah terduduk memunggungi-ku, itu siapa?
Aku mendekati kedua gadis itu, dengan kedua alisku yang terangkat.
Gadis itu berbalik menghadap kearahku, mungkin dia mendengar suara ketukan sepatuku dilantai.
"Hai Revandi Akbara" aku mengangkat kepalaku untuk menatap kearah wajah gadis itu dengan wajahku yang tiba-tiba memucat. Dan 1 hal yang perlu kalian ketahui.
Aku dalam bahaya sekarang.
***
-Ascella POV-Ashilla menghilang dari tadi pagi, aku sudah mencarinya kemanapun namun tak menemukan dia bahkan kamar mandi pria pun sudah aku masuki namun tetap tak ketemu.
Kalian tak usah berfikir bahwa aku mesum atau apapun itu, aku masuk kedalam toilet pria hanya melihat kearah cerminnya lalu keluar. Lagipula tak ada yang bisa melihatku saat ini.
Aku melangkahkan kaki-ku kembali mencari Ashilla, namun langkahku terhenti ketika melihat Bara berjalan kearah ruanganku.
'Ashilla, lo dimana sih? Gue capek nyari lo woy!'
Tak ada jawaban, sudahlah. Lebih baik aku mengikuti Bara masuk kedalam ruanganku.
'Jangan masuk!' Aku menolehkan kepalaku, kearah kaca yang berada diujung koridor, ah.. Itu Ashilla.
"Kenapa?"
"Bara lagi dalam bahaya didalam sana, jadi lo jangan masuk.."
"Bahaya? Lo gila? Bara dalam bahaya tapi gue ga boleh masuk" aku mengeryitkan dahiku.
Ashilla bisa menjadi bodoh juga ternyata..
"Lo mau, kalo tubuh lo ga bisa sadar lagi. Atau lo ga bisa masuk kedalam tubuh lo lagi?" Ashilla, berpindah kekaca didepan ruang rawatku berada.
Aku menggeleng. "Emang apa hubungannya, sama gue mau masuk kedalam?"
"Tubuh lo gue kuasain ketika lo liat orang yang lo sayang dalam bahaya, bahkan tubuh lo celaka-pun ketika liat Bara mau mati ditangan Ferro.." Ucap Ashilla
'Dan hal itu ngebuat gue bisa menguasai tubuh lo kalau sekarang lo masuk, tubuh lo bakalan semakin lemah karena pemiliknya bakalan panik bahkan bisa aja lo tertekan. Jadi, sekarang lo diem disini aja oke?" Sambungnya, yang membuatku mau tak mau harus mengangguk mengiyakan.
"Kita harus apa sekarang?" Aku berjalan mendekat kearah kaca dimana Ashilla berada.
'Tunggu dia keluar.."
"Gue ga mau kalo Iqbaal kenapa-napa cuma karena gue.."
Ashilla menggeleng beberapa kali lalu tersenyum tipis "Dia bakal baik-baik aja.. Percaya sama gue..
"Ada siapa didalam?"
"Gadis itu.."
"Siapa?"
***
-Author POV-Matahari sudah menghilang dari langit, kini hanya bulan dan beberapa buah bintang yang terlihat diatas sana.
Jam menunjukkan pukul 10:00, sudah seharusnya orang-orang berada didalam rumahnya, bahkan beberapa orang sudah terlelap didalam kamar.
Lorong rumah sakit sudah terlihat gelap, hanya kamar pasien yang masih terang oleh cahaya lampu.
Seorang pria berperawakan tinggi, jaket hitam, dan sebuah masker sedang melangkah cepat menuju kearah ruang dimana Ascella dirawat.
Ashilla yang melihatnya, dengan cepat berpindah cermin menjadi kedalam kamar Ascella.
Gadis itu dalam bahaya, bahkan lebih parah dari Bara.
"Cel.. keluar dari tubuh lo sekarang. Gue mohon.." Ashilla, menatap tubuh Ascella yang masih terkulai lemas diranjang.
Sudah 4 hari namun, gadis itu masih belum sadarkan diri. Memang Ascella sudah berhasil masuk kedalam tubuhnya. Namun, dia belum bisa membuka kedua matanya.
"Ascella! Gue mohon, kita dalam bahaya sekarang.."
Ashilla berusaha untuk bisa menguasai tubuh Ascella, namun nihil. Tubuh itu tak akan bisa Ashilla kuasai, jika sang pemilik tak melihat apa yang sedang terjadi didepannya.
"Kalo lo ga mau keluar, gue mohon buka mata lo. Lo harus sadar Cella!"
Ashilla menggeram frustasi, mengapa gadis itu tak mau sadarkan diri hingga saat ini sih!?
Suara derit pintu yang terbuka membuat Ashilla membulatkan kedua matanya. Pria itu mendekat kearah tubuh Ascella.
Namun kini Ashilla maupun Ascella tak bisa berbuat apapun, mereka sedang lemah untuk saat ini.
"Izinin gue, buat nusuk lo pake suntikan beracun ini psikopat bodoh.."
Pria itu mengangkat tinggi-tinggi suntikan dalam genggamannya yang berhasil membuat Ashilla menjerit.
Walau Ashilla tau, suara jeritan yang dia buat tak akan bisa terdengar oleh siapapun kecuali Ascella.
Ya, hanya Ascella yang bisa mendengarnya.
Dan hanya satu hal yang dapat Ashilla lakukan, berharap agar Ascella dapat sadar dari tidur panjangnya.
oOoOoOo
.
BERSAMBUNG~
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't!!!
Mystery / ThrillerPembunuhan? Sudah biasa, jika hal itu terjadi didepan mataku sendiri. Bahkan jika aku yang melakukannya orang-orangpun tak akan ada yang mengetahui hal itu. Lagipula, untuk apa orang-orang itu memperdulikan pembunuhan disekitarnya? Yang mereka pedul...