6. Berubah Hedon

889 41 3
                                    

"Mas."

"Hmmm." Mas Restu hanya menggumam tanpa menoleh. Tangannya mengambil cangkir kopi, lalu menyeruputnya pelan. Matanya tetap fokus ke layar.

Kuhampiri Mas Restu yang tengah berkutat di depan layar laptop. Pria itu memang kerap membawa pekerjaan ke rumah. Ada sebuah kamar kosong di lantai atas.

Ruangan tersebut ia gunakan sebagai ruang kerjanya jika sedang berada di rumah. Sengaja dia memilih kamar tersebut agar bisa tenang dari ributnya suara anak-anak.

"Kemarin Ivy main ke rumah." Aku melapor usai duduk di sampingnya. Anak-anak sudah tidur dari setengah jam yang lalu.

"Terus?" sahut Mas Restu tanpa menunjukkan ketertarikan. Maniknya tetap fokus pada layar. Sementara tangannya juga sibuk menari di atas keyboard.

"Dia curhat tentang keluarganya."

"Oh ya?"

"Panjang banget kemarin. Intinya sih Ivy cerita tentang keadaan ekonomi keluarganya yang lagi sulit. Makanya dia milih numpang hidup di rumah Ibu Umi daripada ngekos sendiri."

"Terus?"

"Dia ngelamar pekerjaan ke aku."

Kali ini Mas Restu menatapku. "Melamar?"

Aku mengangguk. "Dia tahu kita ada usaha, makanya hubungi aku."

Mas Restu masih bergeming.

"Kasihlah Ivy pekerjaan. Dia kan sering bantuin aku jaga anak-anak juga," saranku tulis.

Mas Restu tampak berpikir. Lima detik berikutnya dia mengangguk. "Baiklah ... aku juga lagi butuh tenaga admin di gerai laundry kita yang baru. Suruh dia segera siapkan CV!"

Aku tersenyum mendengarnya. Waktu itu tidak pernah menyangka jika itu merupakan kebodohanku untuk kesekian kalinya.

**

Waktu bergulir seperti biasa. Tidak terasa sudah mau satu purnama Ivy bekerja sebagai tenaga admin di usaha laundry-nya Mas Restu. Menurutku semua tampak baik-baik saja.

Hanya saja sekarang Ivy mulai jarang main ke rumah. Menurutku, tentu saja alasannya karena sibuk. Selain menuntut ilmu, gadis itu juga menghabiskan waktunya untuk bekerja.

Aku sendiri tidak peduli. Karena toh sebelum kedatangannya ke kompleks sini, aku sudah terbiasa hidup sibuk. Beruntung ada tetangga sebaik Ibu Umi.

Namun, ada gelagat tidak biasa yang aku rasakan dari perilaku Mas Restu. Mendadak penampilannya berubah. Jika dulu Mas Restu lebih suka tampil sederhana asal rapi. Kini pria itu lebih sedikit modis.

Setiap berangkat wangi parfumnya bisa tercium hingga lima meter. Sekarang hobi mengenakan denim. Lagaknya seperti anak muda yang sedang jatuh cinta.

"Mau ke mana, Mas?" tegurku saat mendapati pria itu tengah memakai Jersey.

"Mau latihan futsal."

"Futsal?" Mataku memincing heran.

"Ada janji main dengan teman-teman," sahut Mas Restu sambil bangkit.

"Tapi, Mas--"

"Aku jalan dulu, ya," potong Mas Restu sembari menepuk pundakku.

Kuikuti langkahnya. Pria itu mengeluarkan BMW-nya. Dia sama sekali melupakan janjinya untuk menemaniku berbelanja bulanan.

Ketika mobil Mas Restu sudah keluar halaman, dari sebelah rumah aku lihat Ivy juga berangkat pergi. Entah ke mana aku tidak tahu. Hanya saja gadis itu berpakaian sporty.

"Mau ke mana, Vy?" tanyaku basa-basi saat melihat gadis itu seolah tengah menunggu seseorang.

"Mau lihat pertandingan futsal, Mbak," sahut Ivy sedikit menyengir.

SUAMIKU TERPIKAT AYAM KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang