7. Selalu Perhitungan

252 17 0
                                    

Malam itu pikiranku menjadi tidak tenang. Hati ini kian gelisah karena sejak tadi Kesha mulai rewel. Bayi itu tidak sedang sakit. Tapi sebentar-sebentar menangis.

Kesha akan diam jika digendong dan diayun. Benar-benar tidak mau ditidurkan di boks bayi. Dan ini tentu membuat tubuhku merasa cukup lelah.

"Bunda, Nara ngantuk." Bocah berpiyama karakter Little Pony itu mendekat.

Aku menengok jam besar di pojok ruangan. Hampir mendekati pukul setengah sebelas malam. Pantas jika Nara merasakan kantuk.

"Ya udah Nara tidur aja sana sama Kakak Kia," suruhku sembari menggerakkan badan untuk mengayun Kesha dalam buaian.

"Mau dikelonin Bunda," rengek Nara sambil menarik ujung dasterku.

"Ya tunggu dulu!"

"Ngantuk, Bundaaa!"

Nara terus menggeret ujung bajuku hingga memasuki kamarnya. Ada dua ranjang di kamar ini. Milik Zaskia dan juga Kinara. Saat ini mereka masih tidur satu kamar. Karena Nara belum berani menempati kamarnya sendiri. Terpaksa ranjang anak yang dipindahkan ke kamarnya Zaskia ini.

Di ranjang tampak Zaskia tengah terlelap. Kasihan. Bocah itu pasti kelelahan. Selain sibuk sekolah dan mengaji, Kia juga sering kuminta bantuan untuk menjaga Kesha.

"Cepat, Bundaaa!" teriak Nara yang sudah terlebih dulu melempar tubuhnya pada kasur.

Kantuk yang teramat membuat Nara menjadi uring-uringan. Dan anak itu tidak bisa tidur jika belum dikeloni oleh aku.

"Tunggu sebentar, Bunda boboin Adek Kesha dulu," balasku sedikit berbisik.

Perlahan-lahan kuturunkan Kesha dari gendongan. Hati-hati tubuh bayi itu aku rebahkan di sampingnya Kia. Namun, baru juga menempel kasur, anak itu sudah merengek lagi.

"Bundaaa, cepetan!" Kini Nara yang berteriak.

"Ya sabar dong, Sayang," suruhku sambil menimang Kesha kembali.

"Nara ngantuk." Akhirnya bocah empat tahun itu pun menangis. Tidak tega juga melihatnya.

"Kia ... Kia ... bangun, Nak!" Aku menepuk pipi bocah yang tengah terlelap pulas itu. "Kiaaa."

"Hemmm." Zaskia hanya merubah posisi. Dari terlentang menjadi miring ke samping.

"Bangun dulu, Nak. Bantuin Bunda dulu," pintaku lembut di telinganya.

Zaskia terlentang kembali. Perlahan bocah berambut panjang itu membuka mata. Dia mengerjap beberapa kali.

"Ada apa, Bun?" tanya Zaskia lemah. Raut kantuk tergambar jelas di parasnya.

"Tolong gendong Adek Kesha sebentar, ya," pintaku lagi.

"Aku ngantuk." Zaskia merengut. Tapi tidak lama bocah itu bangkit duduk. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Tolong sebentar, ya." Aku serahkan Kesha pada kakaknya.

Zaskia menerima adiknya. Dengan terkantuk-kantuk dia memangku Kesha. Beruntung Zaskia tipe anak yang cerdas. Dia menimang-nimang sang adik tanpa perlu berdiri.

Aku sendiri langsung beranjak ke ranjangnya Nara. Aku merebahkan diri sambil memeluk bocah itu. Nara langsung menjadikan tanganku sebagai bantalan. Perlahan aku mulai mengusap-usap rambutnya. Syukurnya hanya dalam hitungan beberapa menit Nara langsung terlelap.

Hati-hati aku menarik tangan agar tidak mengusik ketenangan tidurnya Nara. Setelah memastikan bocah itu benar-benar pulas, aku turun dari ranjang. Zaskia pun aku datangi.

"Udah kamu tidur lagi," suruhku pada Zaskia saat mengambil Kesha dari pangkuannya.

Zaskia hanya mengangguk. Dia merebahkan tubuh lagi. Kutinggalkan kamar anak-anak.

SUAMIKU TERPIKAT AYAM KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang