8. Ivy Diusir

492 16 2
                                    

Kutatap secarik kertas ini baik-baik. Bill ini tidak akan dibuang. Cukup disimpan siapa tahu nanti bisa dibutuhkan untuk barang bukti.

Barang bukti? Apakah aku mencurigai suami sendiri? Entahlah ... akhir-akhir ini sikap Mas Restu memang cukup aneh. Dan pagi ini salah satu kebohongannya mulai terbongkar.

Aku bilang salah satu karena yakin pasti ada kebusukan lain yang ia sembunyikan. Memang kita tidak boleh berprasangka buruk. Selain berpotensi menumpuk dosa juga akan menggangu kesehatan. Namun, waspada juga penting.

Usai memencet tombol wash kutinggalkan mesin tersebut. Sekarang saatnya membuat makan siang untuk keluarga. Beginilah sudah hampir pukul sepuluh siang seperti ini badanku belum tersentuh air untuk mandi. Itu pun pekerjaan rumah masih menggunung.

"Bun, ayah sudah pulang?"

Aku yang tengah mengaduk masakan di wajan menoleh. Zaskia pulang bersama Nara.

"Kalian jalan pagi-pagi kok lama sekali?" Aku justru menegur keduanya.

"Tadi asyik main di taman sama teman-teman," sahut Zaskia sambil mengipas-ngipas rambutnya yang sedikit terlihat lembap oleh keringat.

"Ayah mana?" Si kecil Nara memeluk perutku.

Aku mengecilkan nyala kompor. Lalu jongkok untuk mensejajarkan tinggi dengan Nara.

"Ayah pergi kerja, Nak--"

"Yahhh ... ini kan hari Minggu!" Zaskia langsung memprotes, "Ayah juga udah janji ngajak kita jalan-jalan." Mulutnya mengerucut.

"Gini-gini!" Saat aku melambai, Zaskia mendekat. "Kalian berdua sebaiknya mandi dulu, habis itu sarapan. Nanti baru telpon Ayah buat nagih jalan-jalan ke mal, okey?" tawarku lembut.

"Iya deh." Zaskia manggut pelan, "yuk, Dek, kita mandi!" ajaknya pada sang adik.

Aku tersenyum tipis melihat keduanya. Aktivitas masak kuteruskan lagi. Hari ini menu makanan yang aku buat adalah sayur asem, ikan bakar bawal, dan juga cumi goreng. Menu makanan favoritnya Mas Restu.

"Bunda, ayo telpon Ayah!" pinta Zaskia saat aku tengah menyusun menu makanan di meja.

Dia sudah cantik dan wangi bersama Nara. Baju yang mereka kenakan pun sama. Sengaja aku sering membelikan keduanya baju yang kembar. Karena kalau tidak maka akan terjadi keributan.

Apalagi jarak keduanya yang hanya selisih dua tahun. Rebutan dan berantem sudah menjadi makanan sehari-hari. Solusinya harus membelikan barang atau pakaian yang sama. Jadilah banyak yang menyangka jika Zaskia dan Nara anak kembar. Karena wajah mereka menang mirip satu sama lain.

"Cepet telpon Ayah, Bunda," rengek Nara tidak sabar.

"Ya udah tolong ambil hape Bunda di kamar!" suruhku sambil mengelap keringat di dahi. Sudah hampir waktu dhuhur dan aku belum mandi juga.

Lima menit kemudian, Zaskia mendekat. Gadis kecil itu mengangsurkan benda pipih tujuh inchi itu padaku. Kuusap layar untuk mencari nama Mas Restu. Begitu dapat, nomor tersebut aku pencet.

"Nah ... ngomong sendiri sama Ayah." Kuberikan kembali gadget berwarna putih itu ke Zaskia.

"Assalamualaikum, Ayah," sapa Zaskia begitu tersambung.

Aku sendiri memilih beranjak ke kamar. Aku mau menengok si Kesha. Sudah lebih dari dua jam aku tinggal dia untuk beres-beres rumah. Seperti dugaanku ternyata dia sudah bangun.

Beruntung hari ini Kesha tidak rewel. Dia asyik memandangi aneka mainam yang tergantung di atas boksnya. Sebetulnya aku sudah sangat ingin memberikan ASI untuk Kesha. Namun, badan kotor dan gerah ini memaksaku untuk gegas membersihkan badan. Mumpung Kesha lagi anteng.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUAMIKU TERPIKAT AYAM KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang