4. Musuh Dalam Selimut

759 46 3
                                    

"Lagi ngapain, Mbak?" 

Aku berpaling. Sosok Ivy sudah menyembul dari balik pintu. Kebetulan pintu memang sedang dibuka.

Seperti biasa, gadis itu tampil seksi. Kali ini mengenakan baju tanpa lengan dengan bawahan rok mini. Sementara rambut panjangnya ia gulung ke atas. Seolah memamerkan lehernya yang cukup jenjang.

"Oh ini, Vy, lagi bujuk Nara berangkat ngaji." Aku menyahut pelan.

"Pokoknya aku mau Bunda nungguin aku ngaji!" tegas putri nomor duaku masih ngambek. Sementara Zaskia si sulung hanya diam mendengarkan.

"Ya, tapi kan bunda harus jagain Adek bayi Kesha, Nak," kilahku pelan. Badan ini bergerak untuk menimang Kesha dalam gendongan.

"Ya udah kalo begitu aku gak berangkat ngaji saja," ancam Nara menekuk mukanya.

"Gak boleh gitu dong, Sayang. Kan kemarin sudah bolos dua hari." Aku berusaha membujuk, "ada Kak Kia yang temani kamu juga."

"Iya, nanti Kakak pulangnya gak akan tinggalin kamu kok." Kia ikut membujuk.

"Maunya ditemani Bunda." Kini Nara mulai merengek. 

"Udah ... Mbak Gita temani Nara ngaji aja. Biar aku yang jaga Kesha." 

Aku melongo mendengar Ivy tiba-tiba menawarkan diri.

"Gak usah bengong begitu, Mbak. Aku serius kok," komen Ivy begitu melihat reaksi yang kutunjukkan. Gadis itu bahkan mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.

"Makasih, Vy. Tapi aku gak mau repotin kamu." Aku menolak lembut. Lalu kembali membujuk Nara.

"Santai aja kali, Mbak. Kebetulan aku lagi gak ada kerjaan," sahut Ivy tidak putus asa menawarkan diri. "Daripada Nara nangis tuh." 

Tangan gadis itu mulai menjawil-jawil pipi tembem Kesha. Semenjak acara syukuran mobil kemarin tiba-tiba dia menjadi hangat padaku. Jika dulu Ivy selalu cuek jika bertemu, sekarang tidak lagi. Dirinya akan menyapa dengan hangatnya di mana pun berpapasan.

Aku kembali menatap Nara. Anak itu manggut-manggut membenarkan omongan Ivy. Aku terdiam untuk berpikir sejenak.

Hari ini Kia dan Nara ada kenaikan level di TPA-nya. Zakia akan naik dari level iqro ke Al Quran. Sedangkan Nara dari iqro empat ke iqro lima. Alasan itulah yang membuatku akhirnya mengiyakan permintaan bocah bergamis merah muda itu.

"Ya udah bunda anter. Hapus dulu air matanya, ya," putusku seraya mengelap air mata yang membasahi pipi Nara.

"Yeayyy! Asyik!" Nara melonjak kegirangan.

"Tolong Kesha, Vy."

"Sini-sini!" 

Ivy langsung mengambil Kesha dari gendongan aku. Bayi tiga bulan itu sempat merengek tidak mau digendong cewek itu. Aku tidak tega melihatnya. 

Namun, Ivy terlihat berusaha menenangkan. Gadis itu mengangkat tinggi-tinggi tubuh Kesha. Alhasil bayi itu tertawa-tawa jadinya.

"Udah sana ganti baju aja, Mbak!" suruh Ivy sambil terus membuat Kesha tertawa.

"Ah iya."

Aku gegas ke kamar untuk berganti pakaian sesuai instruksi Ivy. Daster motif bunga-bunga ini aku ganti dengan gamis polos warna hijau. Aku yang suka tampil natural tidak repot-repot merias wajah. Usai menyambar tas selempang kecil, diri ini kembali menemui Ivy.

"Titip sebentar ya, Vy," pamitku seraya mengecup ubun-ubunnya Kesha, "di freezer ada susu kalo Kesha nangis. Terus kalo kamu mau ngemil tinggal ambil aja apa yang ada, ya," imbuhku berusaha membuat Ivy nyaman.

SUAMIKU TERPIKAT AYAM KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang