"Gak masuk akal kalo ini faktor ketidak sengajaan," ujar Evan yang sedang berkumpul dimarkas untuk membahas tentang kejadian yang menimpa ketuanya itu.
"Iya, kemaren gue servis bareng sama si bos," sahut salah satu anggota Durex.
"Bener, semuanya ini sabotase," kata Hengki yang sedang menyelidiki kasus ini.
"Maksudnya?" tanya Abi yang sedari tadi hanya menyimak.
"Gini bang, setelah gue cek lagi, kabel rem bang Alip sengaja dipotong," jelas Hengki membuat Abi mengepalkan tangannya, "sialan," umpatnya pelan.
"Tapi siapa?" tanya Fadel yang juga sudah naik pitam.
"Udah jelas lah, pasti si Alex," sahut Evan yakin.
"Udah lah, tunggu apa lagi kita samperin aja markas Xinder," ucap Yahya yang terkenal dengan jiwa play boy nya.
"Iya, gue setuju," ucap Evan menyetujui.
"Gak usah gegabah," Abi yang irit bicara itupun akhirnya angkat bicara.
Evan menatap tajam kearah Abi, "gimana sih Bi, masa kita diem aja," ujar Evan.
"Kita belum punya bukti kalo semua ini ulah Xinder," jawab Abi santai.
"Ck, perlu bukti apa lagi sih, musuh si bos kan cuma Alex," Evan masih kekeh dengan pendiriannya.
"Childish, punya otak digunain, atas dasar apa Alex ngelakuin hal kek gitu," pernyataan nyelekit membuat semuanya terdiam.
"Oke, kalo lo gak mau ikut biar gue aja yang samperin," putus Evan meninggalkan markas sendirian.
Abi berdecak kesal, "ck, ikutin Evan," mau tidak mau Abi harus mengikuti Evan untuk kemarkas Xinder musuhnya.
🍞🍞🍞
Kini anggota Durex berada tepat didepan markas Xinder. Disana sudah terjejer banyak motor motor yang terparkir dengan sempurna.
"Gak usah gegabah!" Abi memperingatkan anggotanya.
"Masuk!" pinta Evan yang diikuti anggota Durex lainnya.
Evan dengan langkah panjangnya berjalan kearah pintu masuk markas musuhnya itu diikuti teman temannya.
Brak
Dengan tidak bersahabat Evan langsung menendang pintu menggunakan kakinya hingga mengeluarkan bunyi yang keras.
"Woy mana si Alex," teriakan Evan menggema diseluruh markas Xinder.
Anggota Xinder yang ada disana langsung menoleh kesumber suara.
"Apa apaan sih lo!" marah anggota Xinder bernama Rangga.
Evan seakan menulikan pendengarannya, "mana bos lo?" tanya Evan sekali lagi.
"Kalem, lu pada kemarkas kita mau apa, ngajak perang?" ucap santai laki laki berambut pirang anggota Xinder lainnya.
"Banyak bacot lo," ucap Fadel geram.
"Sekali lagi gue tanya. Mana Alex bos lo yang pengecut itu?" marah Evan menekankan pada kata pengecut.
"Maksut lo apa?" ucap Rangga tak terima.
"Ck, bos lo itu pengecut," kekeh Evan dengan nada mengejek.
Sementara Evan yang sedang naik pitam, Abi hanya memerhatikan dengan tangan yang disilangkan didepan dada.
Brak
Pukulan mendarat tepat dipipi kanan Evan.
"Anjing," Evan membalas pukulan dari Rangga.
Karna ulah Evan dan Rangga, anggota lainnya juga saling memukul. Anggota Durex kalah jumlah karna anggota Xinder berjumlah lebih banyak.
"Bangsat."
"Rasakan dendangan maut gue," kata Fadel lalu menendang masa depan anggota Xinder yang menjadi lawannya.
"Anjing, masa depan gue," umpat pria yang tadi ditendang oleh Fadel.
"Stop!" teriakan laki laki yang baru saja memasuki area markas Xinder.
Mendengar suara lantang dari seorang pria, kini semuanya menghentikan aksinya.
"Cari gue?" tanya pria itu dengan datar.
"Anjing," umpat Evan saat melihat Alex datang mendekat, "maksut lu apa nyabotase motor Alip!" tanya Evan dengan tidak bersahabat.
"Maksudnya?" tanya Alex seolah-olah dia tidak tau apa-apa.
"Gak usah kek orang bego deh. Lo kan yang sengajan nyelakain Alip!" tuduh Fadel yang berada disamping Evan.
"Gue gak tau lo ngomong apa," kata Alex polos.
"Tolol," umpatan kecil yang keluar dari mulut Abi.
"Gue gak ngerti, nyabotase apa? nyalakain apa?" ucap Alex bingung.
"Halah," bantah Evan tak percaya.
"Cabut," Abi mengintruksikan anggota Durex untuk meninggalkan markas Xinder.
🍞🍞🍞Euhh
Lenguhan Alip yang tergeletak lemas diatas ranjang rumah sakit.
Alip perlahan membuka matanya sempurna walaupun rasa pusing masih terasa.
Alip melihat Rara yang sedang tertidur pulas menggunakan tangannya untuk bantalan disamping ranjang Alip.
Laki laki itu mengelus suraian rambut milik Rara.
"Alip," panggil Rara terkejut dicampur senang melihat kekasihnya itu sudah sadar.
Rara memeluk Alip dengan erat hingga Alip susah untuk bernafas. "Lepasin Ra, sesek napas gue!" Alip memukul pelan punggung Rara memintanya untuk melepaskan pelukannya.
"Hehe, maap. Abisnya Rara seneng banget Alip udah sadar," ungkap Rara membuat Alip tersenyum tipis.
"Ambillin gue minum!" pinta Alip.
Alip meminum air yang ada di brangka samping ranjangnya dengan bantuan Rara.
"Gue bisa sendiri," tolak Alip saat Rara yang ikut memegangi gelas berisi air.
"Gak papa," ucap Rara tulus dan Alip harus mengalah.
Rara mengabarkan semuanya bahwa Alip sudah sadar kini semuanya sedang on the way datang kerumah sakit.
Brak
🍞🍞🍞
Makin ubstrak banget ini cerita😭😭
Gak papa lah lanjutin aja😬😁
Sekian terima jaemin enciti 🙌

KAMU SEDANG MEMBACA
My boyfriend galak
Teen Fiction••• Maira Kanti Atmaja. Cewe polos plus bego yang tiada hari tanpa roti. "Alip itu nomor tiga, yang pertama itu bunda, yang kedua itu roti, nah yang ketiga itu baru Alip." Arkana Alip baskara. Cowo galak yang punya dendam kesumat dengan roti, yang b...