Rara sedari tadi gelisah karna pesan pesan yang ia kirimkan kepada Alip tidak dijawabnya.
"Ih, Alip beneran ngambek sama Rara?," tanyanya kepada dirinya sendiri.
"Hiks hiks, Alip Rara minta maaf," matanya memanas hingga cairan bening lolos begitu saja dari matanya.
Alip meletakkan ponselnya diatas meja belajarnya, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci gigi dan kakinya karna beberapa menit ia menangis ia merasa kantuk.
Dret dret
Ponsel Rara terus saja berbunyi, namun karna ia sedang dikamar mandi ia tidak mendengar.
Dret
Ponsel itu kembali berbunyi dan pas sekali Rara sudah selesai dengan ritualnya.
"Alip," gumamnya berharap yang menelponnya itu adalah kekasihnya.
Namun dilayar ponsel Rara tertera nama Evan, "yah bukan," lesu Rara saat melihat ponselnya.
Jari kecilnya itu menekan tombol berwarna hijau, "halo," ucap Rara saat menjawab panggilan dari Evan.
"Halo Ra!?" jawab laki laki yang menelepon Rara.
"Kenapa Van?" tanya Rara.
Tidak ada jawaban dari Evan, membuat Rara mendecak kesal.
"Haloo."
"EVAN."
"Gak lucu, ih," kesal Rara karna tidak ada jawaban dari laki laki itu.
"Lagi dimana Ra?" akhirnya pria itu membuka mulutnya.
"Lagi dirumah, kenapa?" jawab Rara seadanya, Rara bingung karna tumben sekali Evan meneleponnya hanya menanyakan keberadaannya.
"Udah makan?" pertanyaan Evan membuat Rara semakin aneh.
"Iya, udah. Emang kenapa?" bingung Rara.
"Siap siap ya gue jemput!" pinta Evan membuat Rara semakin dilanda kebingungan.
"Emang mau kemana?" tanya Rara lagi.
"Gue kasih tau, tapi janji jangan nangis!" lontaran kalimat dari sebrang sama membuat Rara semakin bingung.
"Iya enggak lh, emang Rara cengeng apa!?" jawab Rara.
"Emm...." Evan menjeda ucapannya membuat Rara semakin kesal.
"Ih, Evan bikin Rara penasaran deh," omel Rara.
"Alip kecelakaan Ra," ucap Evan pelan namun masih bisa didengar oleh telinga Rara.
Bak disambar petir tubuh Rara kini menegang, matanya berair hingga cairan bening membasahi pipinya.
"Halo Ra, are you oke?" cemas Evan karna tidak ada jawaban dari Rara.
"Alip," lirih Rara dengan isakan tangis.
Evan yang mendengar isakan tangis Rara, kini bingung, "halo Ra," panggil Evan berulang kalinya.
"Sekarang Alip dimana, hiks," tanya Rara, "lu tengang, Alip udah ditangani," ucap Evan menenangkan Rara.
"Kasih tau Rara tempatnya, Rara mau kesana!" desak Rara dengan suara tangis yang masih terdengar.
"No, lo gak boleh kesini sendirian. Lu siap siap gue jemput," ucap Evan sebelum mematikan sambungannya.
🍞🍞
"Alip, bangun yuk," ucap Rara dadi tadi menggonyang goyangkan lengan Alip yang masih tertidur lemas.
"Ra, pulang dulu ya sayang, besok kan Rara harus sekolah," pinta bunda Alip lembut sambil mengelus rambut milik Rara.
"Gak mau," jawab Rara pelan.
"Ini udah malem sayang, besok kesini lagi ya," rayu wanita itu lembut.
Rara menganggukkan lemah, "kalo ada apa apa bilang ke Rara ya bunda!" ucap Rara yang dibalas anggukan kecil oleh Dewi.
"Yok bunda anter ke depan!"
Rara mengamati Alip yang masih menutup matanya, ia mengelus rambut Alip, "Rara pulang dulu ya Alip, besok Rara kesini Alip harus udah bangun ya!" ucapnya sebelum keluar dari ruangan Alip.
"Evan anterin Rara pulang ya," pinta ibunda Alip membuat Evan mengangguk sebagai jawabannya.
"Siap Tante," balas Evan.
"Bunda, Rara pamit pulang dulu ya," pamit Rara kepada wanita yang masih setia mengelus suraian rambut Rara.
"Iya sayang, Evan jangan ngebut ngebut ya," pinta Dewi.
"Kalo gitu kita pamit juga Tan," ucap teman temannya Alip yang dibalas anggukan oleh Dewi.
"Makasih udah nolongin Alip ya semua," ucap Dewi tulus.
"Udah kewajiban kita Tan," ucap Fadel.
🍞🍞
Pagi ini Rara pergi sekolah dengan dijemput oleh Evan, tadinya ia berkekeh untuk tidak berangkat ke sekolah ia ingin menemani Alip dirumah sakit.
"Ra makan dulu yuk," ucap Lita yang sedari tadi membujuk Rara untuk makan. Rara hanya bisa menggeleng lemah.
"Ntar lu sakit Rara, Alip kalo ngeliat lu kaya gini pasti sedih," bujuk Lita.
"Rara mau ketemu Alip, Lita," ucap Rara dengan pipi yang mulai dibasahi oleh cairan bening.
"Huh, sabar ya nanti pulang kita langsung kerumah sakit," jawab Lita yang tidak dijawab oleh Rara.
Setelah bel pulang sekolah, Rara dan Lita langsung kerumah sakit.
"Bunda," panggil Rara saat memasuki ruang tempat Alip dirawat.
"Eh sayang udah pulang sekolahnya," balas Dewi sambil menghapus air matanya yang tersisa.
"Assalamualaikum tante," salam Lita kepada wanita itu.
"Temennya Alip ya?" tanya Dewi ramah sambil menerima uluran tangan Lita.
"Iya Tan," jawab Lita menampakkan senyum manisnya.
"Lita, temenin bunda kekantin yuk," ajak Dewi, Lita yang mengerti langsung mengiyakan.
"Bunda titip Alip ya sayang, Rara mau nitip apa?" ucap lembut yang dibalas gelengan kecil oleh Rara.
Kini diruangan ini hanya ada Rara dan Alip dengan mata yang masih terpejam.
"Alip, bangun," ucap Rara menggonyang goyangkan lengan Alip.
"Alip beneran marah ya, karna kemaren Rara gak mau cium Alip?" tanya Rara yang tempo hari Alip bilang ia ngambek kepadanya.
Cup
Rara mengecup pipi kanan Alip, "Rara udah cium Alip, Alip jangan ngambek lagi, ayo bangun," usaha Rara sia sia karna Alip enggan untuk membuka matanya.
Beberapa menit Rara menemani Alip dengan suara isakan tangis sampai sampai ia tertidur.
"Rara," panggil Dewi membangunkan Rara dengan mengelus lembut rambut Rara.
Engh
Lenguhan Rara sembari membuka perlahan matanya.
"Makan dulu yuk," pinta Dewi lembut.
Mata Rara berbinar kala milihat roti yang dibawakan oleh Lita.
"This is just the beginning, stay tuned for more surprises." (Ini baru permulaan, tunggu kejutan selanjutnya). Ucap pria yang mengawasi ruangan Alip dengan memakai baju serba hitam.
🍞🍞
Hayo siapa hayo.
Call me Vava, oke pren😹
Sekian terima jaemin enciti 🙌

KAMU SEDANG MEMBACA
My boyfriend galak
Fiksi Remaja••• Maira Kanti Atmaja. Cewe polos plus bego yang tiada hari tanpa roti. "Alip itu nomor tiga, yang pertama itu bunda, yang kedua itu roti, nah yang ketiga itu baru Alip." Arkana Alip baskara. Cowo galak yang punya dendam kesumat dengan roti, yang b...