DELAPAN
Gelora terkekeh mendengar cerita Gangga tentang Ghaitsa tadi siang di Mall. Terlebih melihat raut kagum dari Gangga saat menceritakan betapa putrinya hafal nama bumbu dapur. Juga nama-nama sayuran.
"Jadi tadi gue sama Jeff ngekor dia, masa? Dia udah melompat sana ambil merica bubuk. Terus milih-milih sayur. Gue sampai mikir, ini yang orang gede gue apa dia?"
"Memang gitu. Pas masih di Bali, Ghaitsa ini selalu ikut mertuaku belanja. Jadi dia hafal banget nama bumbu-bumbu. Apalagi saat Papanya masak, Ghaitsa mesti diajak."
"Sorry to say nih, kok dari cerita lo tadi, lo kok kayak Istri yang nggak pernah ngerjain kerjaan rumah sih? Eh jangan tersinggung, ya?"
Bukannya tersinggung, Gelora malah terkekeh. "Emang. Aku berasa jadi Istri yang useless ya? Aku ngelanjutin kuliah setelah tiga bulan Ghaitsa lahir. Lagian memang dari awal, Arga yang minta biar dirinya aja yang masak. Palingan aku bersihin rumah, nyuci. Udah. Ghaitsa juga kayaknya nggak begitu tertarik sama aku sejak aku tinggal kuliah," papar Gelora.
Gangga manggut-manggut. Meski kurang paham apa maksud Gelora. "Emang dulu lo nikah umur berapa sih? Sampai putus kuliah?"
"Umur sembilan belas. Sempat cuti karena hamil. Oh ya, aku boleh tanya sesuatu?"
"Tanya aja."
"Gini, sebelum aku memutuskan untuk pindah ke Jakarta, adik aku sempat bahas sesuatu. Dan itu kok mirip kamu setelah aku pikir-pikir," kata Gelora takut-takut. Sedang Gangga di depannya mengerutkan kening.
"Emm.. tentang artis muda yang baru putus sama kekasihnya. Namanya Gangga, kata adikku. I..itu...itu Gangga kamu?"
Hening untuk lima detik. Lalu pada detik ke enam Gangga terkekeh. "Gimana kata adik lo?" Suara Gangga terdengar menantang. Sehingga Gelora mau tidak mau bercerita tentang opini sang adik, Gempita beberapa hari yang lalu. Semuanya tanpa ada yang Gelora lewatkan. Termasuk bagian Gempita merasa sangat iba pada Gangga. Juga segala cacian Gempita untuk mantan kekasih Gangga.
Gangga hanya diam. Terlampau fokus menatap mimik Gelora saat bercerita. Sungguh terlihat familiar baginya. Raut serius saat bercerita, juga kalimat tanpa jeda saat Gelora bercerita. Mirip bunda, batin Gangga. Kemudian senyum tipis itu terbit.
"Oke berhenti," potong Gangga. Membuat Gelora reflek menutup mulutnya dengan kedua tangan. Gangga kian melebarkan senyum tipisnya. "Lo minum dulu gih!"
Gelora mengangguk. Masih membekap mulutnya sendiri, Gelora meraih gelas air di depannya. Meneguknya hingga separuh setelah memindahkan kedua tangannya pada gelas. Lalu kembali menatap Gangga.
"Eh, sorry, itu kata adikku, Ngga. Eh apa aku panggil pak Gangga aja ya? Kan kamu atasan aku," kata Gelora.
"Apaan panggil pak? Gue belum punya anak. Panggil Gangga aja. Santai kalau sama gue." Gangga bersuara. "Adik lo umur berapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance - Republish
RomanceRe-publish. Sudah tamat th 2019 Adult (19+) Tidak ada yang lebih berat dari kehilangan sosok yang paling kita sayangi, sosok tumpuan kita. Gelora Jingga Gestama, wanita berusia 25 tahun yang baru kehilangan belahan jiwanya--suami yang telah membersa...