LIMA PULUH DUA
"Ada yang mau lo tanyain ke gue, Ra?" tanya Manda seusai melakukan pemotretan untuk sebuah majalah lokal. Dengan Gelora yang menemaninya bersama Ghaitsa.
"Nggak ada, kenapa?"
"Dua hari ini, lo kayak mau nanya sesuatu gitu sama gue. Udah tanya aja."
Memang benar, ada yang ingin Gelora tanyakan pada Manda. Gelora menghela napas, menatap Ghaitsa yang sedang bermain make up dengan Kimmi. Gelora lantas menarik kursinya lebih dekat dengan Manda.
"Man, Sabtu depan Gangga ngajak aku makan malam di rumahnya. Dia mau ngenalin aku sama orang tuanya. Aku harus gimana?" tanya Gelora setengah berbisik, takut kalau ada yang mendengar.
Manda sebisa mungkin menahan senyumnya agar tetap sembunyi. "Gimana apanya? Ya udah datang aja, Ra. Ya ampun pakai segala nanya gimana. Itu tandanya sepupu ganteng gue memang serius sama lo."
"Tapi apa ini nggak kecepetan, Man?"
"Ra, kalian udah resmi 'jadian'. Kalian juga udah kenal cukup lama. Nggak usah takut, Om sama Tante baik kok. Percaya deh," kata Manda menenangkan sahabatnya.
"Tapi gimana kalau mereka nggak nerima aku. Please Manda, aku janda punya anak satu." Gelora berujar khawatir. Kembali menoleh pada Ghaitsa yang kini malah mulai merias Kimmi.
"Kalau mereka nggak nerima lo karena kamu janda. Well, itu artinya mereka nggak ngehargain gue karena gue juga janda. Oh ayolah, Ra. Bukan lo satu-satunya janda punya anak satu di muka bumi ini. Jangan merasa minder. Gangga selalu tau apa yang harus dia lakuin kok." Manda mengulas senyum menenangkan. Sungguh menenangkan karena saat ini bahkan Gelora menghela napas lega.
"Emm.. sebelumnya.. mantan pacar Gangga pernah nggak diajak Gangga ketemu sama orang tuanya?"
Manda terlihat mengingat. "Kalau Elora mungkin pernah. Dia kan deket banget sama Bunda Gangga. Kalau kucing Mami gue sih kayaknya belum. Nggak tau juga sih. Kan gue sama Cait udah pernah bilang, kami nggak deket sama Bella. Dia terlalu muda dan masih labil buat masuk dalam inner circle kami, Ra."
Gelora menggigit bibir bawahnya. Meski tadi sempat merasa lega, kini ia kembali merasa tidak nyaman. Semakin tidak nyaman saat pria yang Sabtu depan mengajaknya makan malam tiba-tiba saja sudah berada satu ruangan dengannya. Gelora bahkan reflek berdiri dan melompat di belakang Manda saking kagetnya.
"Papa Gangga!!!!" pekik Ghaitsa, melompat dari kursi rias untuk menghampiri Gangga.
Sedangkan pria dengan pakaian casual itu lantas berlutut, merentangkan tangan dan disambut oleh rengkuhan tangan kecil Ghaitsa. Semuanya, kru majalah, kameramen, pokok semuanya, menoleh ke arah interaksi bocah perempuan empat tahun dengan pria dewasa berusia 28 tahun itu. Pada Gangga dan Ghaitsa. Dengan tatapan yang sama. Dengan tanda tanya besar yang sama.
"Mati lampu aja dong sekarang," gumam Gelora, menutupi wajahnya dengan satu tangan.
Terlebih saat salah satu kameramen majalah yang lumayan punya nama ini mendekat ke arah Gangga, mengambil gambar sekilas lalu bertanya, "Anak lo, Ngga?" tanya pria muda yang tadi memotret Manda.
"Yoi," jawab Gangga, berangsur berdiri sembari membawa Ghaitsa dalam gendongannya.
"Wadeh, big news nih, Bos." Pria kameramen yang kata Manda barusan bernama Hari, melirik pada salah satu penulis artikel di majalah.
"Emang! Ketinggalan bajaj, lo. Kan Gangga memang ke sini buat klarifikasi ke publik kalau doi udah punya calon istri." Wanita berkacamata tebal yang tadi duduk di pojokan, lantas beranjak mendekat pada Gangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance - Republish
RomansaRe-publish. Sudah tamat th 2019 Adult (19+) Tidak ada yang lebih berat dari kehilangan sosok yang paling kita sayangi, sosok tumpuan kita. Gelora Jingga Gestama, wanita berusia 25 tahun yang baru kehilangan belahan jiwanya--suami yang telah membersa...