11. Lo Apain Temen Gue, Ngga ?!

1.9K 216 11
                                    

SEBELAS

Kedua mata Gangga menyorot pada Ghaitsa. Yang menatap Gangga dengan binar kagum. Sungguh seperti seorang anak kecil yang akhirnya mendapatkan permen setelah dilarang makan permen. Binar kagum yang natural dan menggemaskan. Jika saja gadis kecil itu tak berada di pangkuan sang Mama, Gangga yakin, dia akan segera memeluk Ghaitsa. Menciumi pipi merona Ghaitsa.

Ah ya. Gangga sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Ghaitsa, ingat?

Sementara Gangga menatap Ghaitsa. Jeff, Manda, Caitlin, dan Gelora hanya saling menatap. Dan semakin membuat durasi keheningan bertambah. Hingga Ghaitsa kembali berceletuk, "Om Gangga ketawa lagi dong!"

"Isa, makannya udah?" Gelora mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Udah, Ma." Ghaitsa menjawab seraya menganggukkan kepala. Lalu perlahan turun dari pangkuan Mamanya. Gelora mengira, Ghaitsa akan meraih ranselnya dan menarik Gelora untuk mengantar sekolah. Tapi tidak. Ghaitsa menuju Gangga.

"Om, ketawa lagi, Om. Ghaitsa kangen Papa. Kangen ketawa Papa. Mama udah nggak bagi lihat Papa di laptop," rengek Ghaitsa. Menarik lengan Gangga.

Membuat keheningan kembali tercipta. Juga rasa egois yang menguasai Gelora kini mengejek Gelora. Mencibir betapa jahatnya dia sebagai seorang ibu. Dia ingin menjadi kuat. Tapi dia malah membuat sang gadis kecil terluka. Dan tinggal menunggu waktu, Gelora yakin, Ghaitsa akan menjadi lemah dan terhempas.

--olc--

Gelora meraup wajahnya. Menyeka air mata yang sedari tadi berdesakan ingin lari dari tempatnya. Lalu tangan Gelora melambai pada Ghaitsa di dalam kelas. Gadis kecil itu terlihat begitu bersemangat di sekolah barunya. Terbukti dengan Ghaitsa yang sama sekali tak takut pada teman baru mau pun pada sang guru yang wajahnya seperti presenter gosip setajam silet.

Gelora menghela udara. Menahan isakannya agar tidak keluar. Kemudian ia memeluk dirinya. Dengan sebuah suara pria di sampingnya membuat Gelora harus menyeka air mata. Gangga.

"Jadi kenapa sebenarnya, Ra?" tanya Gangga. Pria itu ternyata masih di sekolah. Masih berdiri di samping Gelora.

"Kamu nggak pulang, Ngga?" tanya Gelora. Menoleh pada Gangga yang melipat kedua tangan di dada. Pandangan Gangga lurus pada Ghaitsa di dalam kelas.

"Lo nggak inget, kalau Ghaitsa minta gue nunggu dia sampe pulang sekolah?" Gangga masih bergeming. Masih menatap gadis kecil Gelora yang sedang menari di dalam kelas.

"Kamu nggak harus nuruti apa maunya Ghaitsa, Ngga."

"Maunya gue juga gitu. Tapi lo lihat tadi gimana di--"

"Ghaitsa pasti akan ngerti kok. Kamu kan banyak kerjaan. Aku nggak mau kalau kamu kena marah sama Caitlin dan Jeff."

Baru kini Gangga menoleh pada Gelora. "Gue bisa berdiri di samping lo saat ini, atas ijin mereka berdua, Ra. Kalau lo lupa."

Bagaimana bisa Gelora lupa. Tadi setelah merengek agar Gangga tertawa lagi, Ghaitsa juga merengek agar sekolah diantar Gangga. Dengan raut sedih seperti ingin menangis, Ghaitsa mengatakan, "Isa sedih kalau sekolah sama Mama aja. Nanti Isa masuk kelas, terus Mama nggak ada temennya."

Alasan yang seketika membuat Gangga kembali terpingkal. Lalu dengan semangat Caitlin memberi ijin Gangga untuk mengantar Ghaitsa. Ini hari pertama Ghaitsa sekolah di sekolah baru, kata Caitlin, agar Ghaitsa merasa tidak sendiri. Agar Ghaitsa merasa, bukan hanya ada dirinya dan sang Mama saja sekarang.

"Papa Ghaitsa ninggalin kami beberapa video untuk kami, Ngga. Dua hari ini aku nggak kasih lihat video itu ke Ghaitsa."

"Kenapa?"

One Last Chance - RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang