DUA PULUH LIMA
Gelora sedang di kamarnya, membantu Ghaitsa yang sangat bersemangat mengemas beberapa baju untuk acara renang slash syuting iklan besok. Di samping Gelora, ada Caitlin dan Manda yang baru saja sampai dari Bandara. Kedua wanita itu tengah mengintrogasi Gelora. Karena nampaknya Gangga menceritakan semua yang terjadi malam itu di ruang kerja. Tentang pembicaraan dari hati ke hati yang malah mengganggu pikiran.
"Terus lo bilang apa?" tanya Manda antusias.
"Ya aku bilang aja, kalau aku nggak pandai ngasih kesempatan orang," jawab Gelora, tangannya melipat handuk kecil biru muda milik Ghaitsa.
"Aduh Geloraaaa..." Caitlin merasa gemas sendiri pada sahabatnya ini.
"Kenapa sih, Cait? Aku cuma merasa ini terlalu cepat aja. Maksudku, suamiku baru meninggal enam bulan yang lalu, masa aku udah buka hati buat orang lain aja?"
"Lalu kenapa? Itu permintaan suami lo juga kan?"
"Ada banyak hal yang harus aku pertimbangkan untuk memulai sebuah hubungan yang baru, Manda."
"Salah satunya?" tanya Caitlin, membantu Ghaitsa menuruni ranjang.
"Ghaitsa mainan sama Hana ya, Ma?" tanya Ghaitsa.
"Iya hati-hati ya, di depan ada Om Jeff sama--"
"Papa Gangga ada di depan kok," sela Ghaitsa, lalu berlari meninggalkan kamar.
"Papa Gangga? Kok gue mau ngakak tiap Ghaitsa nyebut Papa Gangga." Manda berkomentar.
"Gangga sih, mau aja dipanggil gitu sama Ghaitsa," gerutu Gelora.
"Ya namanya juga biar anak kecil yang dia sayang bahagia. Emangnya kamu," sinis Caitlin. "Jadi apa salah satu hal yang kamu pertimbangkan?"
Gelora menatap Caitlin tidak enak. Sungguh merasa segan. Dan Caitlin menyadari tatapan itu. "You know why, Cait," jawab Gelora.
"Astaga, Gelora!!" pekik Manda.
"Masalah itu?" tanya Caitlin. "Ra, denger. Aku pernah di posisi Ghaitsa saat kecil. Papa meninggal, dan Mama menikah lagi lalu dapet suami yang brengsek. But hey, nggak semua Papa tiri brengsek kayak Papa tiri sialan itu, Ra. Dan please, ini Gangga. Apa selama kamu kenal Gangga, kamu lihat ada sisi brengseknya dia?"
Gelora menggeleng lemah. "Cait, something that happened to people around you, could be happen to people around you, including you."
"Ya, memang. Tapi Ra, lo tau juga kalau Gangga nggak brengsek. I mean, dia ditinggalkan sama si kucing, sebelumnya calon Istrinya meninggal. Dia sayang banget sama Ghaitsa, Ra. Bahkan saat dirinya nggak suka sama anak kecil." Manda menepuk kening Gelora pelan. Sungguh tak bisa dipungkiri jika Manda kesal dengan Gelora karena pemikiran Gelora.
"Entahlah. Aku punya anak cewek Manda."
"Dan anak cewek kamu butuh sosok seorang Papa, Ra," imbuh Caitlin.
"Apa akan kelihatan nggak adil, kalau aku mau menjalani ini semua pelan-pelan? Aku dan Gangga masih belum yakin sama perasaan kami sendiri. Kami merasa terikat hanya karena Ghaitsa."
"Gangga pernah bilang, kalau dia serius mau berjuang demi lo. Dia nggak akan main-main, Ra. Dia bilang lagi, dia udah cukup lelah untuk hanya mencoba tanpa ada hasil yang serius. Please, Ra, kasihlah Gangga kesempatan untuk lebih mengenal lo."
Gelora diam. Sungguh enggan menjawab. Karena dia memang payah dalam hal memberi kesempatan. Kesempatan yang mungkin akan memberinya luka, atau malah kebahagiaan.
"Buat Ghaitsa," imbuh Caitlin.
"Tapi aku udah punya rencana, Cait, Man."
"Dan gue rasa, Gangga nggak akan keberatan sama rencana lo," sahut Manda.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance - Republish
RomantikRe-publish. Sudah tamat th 2019 Adult (19+) Tidak ada yang lebih berat dari kehilangan sosok yang paling kita sayangi, sosok tumpuan kita. Gelora Jingga Gestama, wanita berusia 25 tahun yang baru kehilangan belahan jiwanya--suami yang telah membersa...