62. After Wedding.

1K 56 3
                                    

ENAM PULUH DUA

"Pulang?" tanya Gangga pada Gelora. Wanita itu duduk menghadap deretan bunga matahari di taman belakang rumah Manda. Dengan satu tangan merengkuh Ghaitsa yang sudah terlelap sepuluh menit yang lalu karena sejuk udara taman ini. Gelora mengangguk sekilas, tanpa menoleh pada Gangga di belakangnya.

Gangga, pria itu berdiri menjulang di belakang Gelora. Pria yang kini sudah melepas setelannya, menyisakan dirinya dengan kaos hitam itu berjalan mendekat pada Gelora, berlutut di depan Gelora, membuat Gelora mengernyit.

"Kok kamu udah ganti baju?" tanya Gelora. Acara resepsi memang sudah usai setengah jam yang lalu. Karena Ghaitsa rewel mengantuk, Gelora mengajak putri kecilnya ke taman belakang, bernyanyi bersama dengan Ghaitsa. Hingga semilir angin taman membawa Ghaitsa menuju alam bawah sadar.

"Gerah, Ra. Kamu bawa baju ganti, nggak?"

Gelora menggeleng. "Kalau baju ganti yang kamu maksud sejenis lingerie seksi yang tipis bang--"

"Astaghfirullah, Ra!" Gangga menepuk keningnya pelan. "Ra, ini masih jam 5 sore. Dan lihat itu? Senja aja masih di ujung sana, jangan bahas-bahas lingerie,Ra."

Gelora menyengir. "Aku cuma bawa blus sama celana."

"Kalau Ghaitsa?"

"Emangnya kenapa sih?"

"Aku mau ngajak kalian ke Jogja."

"Sore ini juga?"

"Yap. Nggak bisa nunggu satu minggu gitu, Ngga?"

Gangga menggeleng, masih berlutut di depan Gelora, kini tangan Gangga berada pada kedua lutut Gelora.

"Besok artikel di Majalah Hope akan terbit, Ra. Wartawan pasti akan nyerbu rumahku atau kantor Stalker. Jadi, pergi ke Jogja adalah hal terbaik untuk yaa... kita sebagai keluarga baru. Gimana?"

Gelora tersenyum, mengangguk. "Okay," katanya.

"Aku akan minta Cait buat ambil baju buat kamu ganti selama di Jogja." Gangga lantas beranjak dari berlututnya, menunduk, mencium kening Gelora singkat.

"Nggak dibeliin baju baru aja?" lirih Gelora.

"Kam..Kamu mau baju baru? Oke, nggak pa-pa kita ke bandara sekarang."

"Astaghfirullah, bercanda doang, Gangga."

"Ra, serius, kita udah nikah," ucap Gangga, menunjukkan cincin pada jari manisnya. "If you need anything, talk to me."

"Iya, Gangga. Berasa punya suami CEO yang duitnya kayak tisu deh."

"Aku bukan CEO, Ra. Tapi duitku beneran kayak tisu," ujar Gangga bangga.

*****

"Thanks, Bro," ucap Gangga pada sopir taksi online yang ia pesan beberapa menit lalu untuk menjemputnya di Bandara.

Gelora mengerjap beberapa kali. Menatap tak percaya pada megahnya hotel di mana taksi online itu berhenti. Gelora menoleh pada Gangga yang sudah siap turun dari mobil.

"Kita nginep di hotel, Ngga?" tanya Gelora.

"Iya, memangnya mau nginep di mana?" jawab Gangga, menggendong Ghaitsa yang terlelap. Dengan hati-hati, pria itu bergegas turun dari mobil.

Gelora menyusul Gangga setelah terbengong beberapa detik. Wanita itu meraih travel bag yang dikeluarkan oleh sopir taksi, yang hendak diraih Gangga. "Biar aku aja, Ngga," ucap Gelora.

"Nanti kamu capek, Ra."

"Kamu daritadi udah gendong Ghaitsa, udah aku aja yang bawa. Nggak berat kok." Gelora menenteng dua travel bag yang dikeluarkan oleh sopir.

One Last Chance - RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang