[ FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA ]
Ini kisah dua insan yang di pertemukan oleh sebuah takdir. Takdir lah yang membuat mereka bertemu dan akhirnya bersama. Saling melengkapi kekurangan masing-masing. Banyak perbedaan di antara mereka berdua. Salah satu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pertunjukan masih terus berlanjut, Sarah tidak bisa berbuat apa apa lagi. Ingin kabur juga sudah tidak bisa karena tidak ada jalan lagi untuk keluar, salah satu cara adalah melawan Vanya, ia harus bisa mengambil kepercayaan Samuel.
"Kau tidak ada bukti Vanya" ucap bu Sarah.
Vanya terkekeh.
"Bukti apa lagi yang Anda inginkan? Bukti jika anda membunuh anak dari darah daging anda sendiri? " tanya Vanya.
Sarah diam tidak tahu harus menjawab apa, otak nya blank, tidak bisa berpikir apa-apa.
"Ben! Berikan dia buktinya! " titah Vanya.
Ben maju mendekati Vanya, memberikan sebuah map hitam yang berisi bukti kepada bu Sarah.
Lagi dan lagi bu Sarah di buat terkejut. Saat ia membuka map hitam tersebut, di dalam map tersebut memang benar adanya bukti bahwa ia melakukan aborsi, bahkan nama dokter yang membantu nya pun ada.
"Anda butuh bukti lagi? " tanya Vanya.
Bu Sarah langsung menatap Vanya.
"Aku membunuh anak itu karena Samuel! " bentak bu Sarah.
Vanya tertawa, sangat mudah membuat bu Sarah mengakui kejahatan nya.
"Wah.. Wah.. Anda mengakui jika anda memang benar pembunuh" ucap Vanya senang .
Bu Sarah terdiam, ia merutuki mulut nya.
"Daddy saya tidak ada sangkut pautnya. Awalnya anda ingin menjebak daddy saya, anda ingin hamil anak dari daddy saya namun ternyata rencana anda gagal, ternyata anda hamil dari pria lain dan bukan dari daddy saya" jelas Vanya.
Lagi lagi Vanya berhasil membungkam bu Sarah. Vanya terus menyerang nya sampai ia berada di titik terendah.
"Saya tahu bu, jika anda melakukan banyak kejahatan" ucap Vanya.
"Kecelakaan orang tua saya juga di sebabkan oleh anda dan kakak anda. Namun sayang nya kakak anda sudah mati"
Samuel terkejut, apa benar yang di ucapkan Vanya. Jadi selama ini yang membunuh adik nya adalah wanita yang dulu pernah ia cinta.
"Sarah benar itu? " tanya Samuel.
Diam, tidak ada jawaban.
"JAWAB!!! " bentak Samuel.
Bu Sarah terkejut ketika Samuel membentak dirinya. Vincent, ia berusaha menenangkan Samuel, berusaha agar Samuel tidak mengamuk.
"Baiklah semua kejahatan anda sudah terungkap. Dimulai dari kasus penculikan, pembunuhan berencana, dan juga menjebak seseorang yang merugikan. Kira kira hukuman apa yang cocok untuk anda?? " ucap Vanya dengan bertanya-tanya.
Beberapa polisi datang, berjalan dengan tegap, menghampiri bu Sarah dan Vanya. Vanya tersenyum melihat wajah bu Sarah yang pucat.
"Atas nama Sarah Dellina, anda kami tangkap karena anda telah melakukan beberapa kejahatan"