5. Siapa?

3.1K 275 9
                                    

"Ash, belikan lego nya pada kakak!"

"Ash, jangan dimasukan mulut!"

"Oh Ash! Bukan begitu cala pasangnya!"

Seruan dari bocah laki-laki berumur 3 tahun memenuhi seisi ruangan, ia terlihat geram dengan tingkah adik lelakinya yang baru berusia 2 tahun yang terus merecoki dirinya ketika sedang bermain lego.

"Stop it, Ash, jangan melusaknya!" Lagi-lagi dia berseru jengkel.

Kali ini suaranya membuat seorang gadis kecil yang sedang membaca buku mengernyit kesal. "Tidak bisakah kau tenang El? Suaramu mengganggu ku."

"Issa sebaiknya kau asuh adikmu, dia telus melecoki pelmainanku!" ujar El. Tangannya kini berusaha menjauhkan mainannya dari Ash.

"Pertama-tama paggil aku kakak, El! Kedua, kamu yang menginginkan adik laki-laki 'kan? So, selamat menikmati peranmu sebagai kakak." Issa menyeringai tanpa mengalihkan pandangan dari buku.

El berdecak kesal kemudian menatap Ash iba. "Ash yang malang, kasihan kamu tidak diakui olehnya."

"Siapa yang tak diakui El?" Seorang wanita cantik muncul, berjalan pelan sambil mengusap perut besarnya.

---

"Argh, what the heck, kenapa disini terasa sesak." Elissa menekan dadanya mencoba untuk meringankan rasa sakit yang tiba-tiba mendera.

Baru saja ketika dia selesai membersihkan tubuh untuk bersiap makan malam sekilas memori terlintas dipikirannya. Sudah pasti jika ini adalah ingatan milik Elissa 'asli' tetapi tidak kah ingatan itu terdapat kejanggalan?

Oma pernah bercerita jika Elissa sudah terpisah dari keluarganya sejak dia masih bayi 'kan? Lantas mengapa dalam ingatan itu ia seolah sedang bermain bersama kedua adiknya? Juga siapa wanita itu? Elissa tak dapat mengingat wajah wanita itu dengan jelas.

Suara ketukan pintu terdengar ketika Elissa sedang sibuk berpikir. Elissa bahkan lupa jika dirinya belum sempat berpakaian. Masih dengan memakai bathrobe nya Elissa membuka sedikit pintu kamar. Terdapat seorang pelayan di depan kamarnya.

"Maaf mengganggu nona, Tuan memanggil Nona Elissa untuk makan malam bersama."

"Oke, beri aku 10 menit untuk bersiap-siap, bi."

Dengan cepat Elissa memakai baju dan bersiap. Rasanya agak gugup karena beberapa saat lagi dia akan bertemu dengan saudara-saudaranya. Mari kesampingkan dulu kilasan memori janggal tadi, saat ini Elissa akan fokus menghadapi keluarganya ah ralat, keluarga Elissa asli. Elissa belum tau saja jika di ruang makan, keadaan tidak sedamai yang ia kira.

"Mengapa dia tidak ikut turun?" tanya Kendrich melihat pelayan yang tadi dia suruh untuk memanggil putri sulungnya hanya turun seorang diri.

"Nona berkata akan bersiap terlebih dahulu, Tuan." Selanjutnya Kendrich menyuruh pelayan itu pergi.

"Ekhem, maaf mas jika boleh tahu siapa yang tidak ikut turun?" Suara lemah lembut khas wanita dewasa terdengar penasaran.

"Ck, orang asing kok kepo amat sih!" Bukan Kendrich yang menjawab melainkan sosok gadis berwajah jutek dengan decakan sinisnya. Dia Aizeleen, sang antagonis bungsu Foerster.

"Zeleen! Bersikap sopanlah kepada yang lebih tua!" tegur seorang pemuda.

Pahatan wajahnya seolah Elissa versi lelaki, bak pinang dibelah dua fitur wajah mereka adalah yang paling mirip dengan Kendrich. Pemuda itu Elrick, menyandang status sebagai adik kembar Elissa.

"Terusss, terus aja bela mereka," gerutu Zeleen.

"D-daddy sebaiknya kita makan malam di rumah saja, deh. Kayaknya Zeleen gak suka Luna sama Mama disini," gugup seorang gadis mencoba membela ibunya. Walaupun bersuara pelan dan sedikit gemetar tetapi masih terdengar jelas oleh orang-orang di sana.

"Wah, hebat ya sekarang udah panggil Daddy aja, makin berasa anggota keluarga Foerster, dong." Perkataan sinis kembali terucap dari bibir Zeleen, ia sepertinya melewatkan beberapa hal mengenai hubungan Daddy dan calon anak pungutnya itu.

"Cukup Aizeleen! Wajar Luna memanggil saya begitu karena sebentar lagi dia juga akan menjadi anak saya, bagian dari Foerster," tegas Kendrich. "Juga saya tidak mau tahu kamu harus menghormati Ninda, mau bagaimanapun dia akan menjadi Nyonya Foerster sekaligus ibu sambung kamu."

"Nyonya 'eh?" Sebenarnya Elissa sudah turun sedari tadi, tapi agaknya dia ingin sedikit mendengar drama yang biasa ia baca di novel secara live. Kedepannya Lissa sadar ia juga akan berkecimpung didalamnya.

Kedua tangan Aizeleen mengepal di bawah meja. Dia muak melihat wajah-wajah munafik dua wanita didepannya. Sangat tak sudi jika Aizeleen harus menerima mereka apalagi tinggal satu atap dengan para jalang itu.

"Kalian sangat berisik. Sebenarnya siapa yang Daddy tunggu?"

Asher Foerster, pemuda yang sedari tadi menyaksikan drama keluarga didepannya angkat bicara. Jujur perutnya sudah merasa lapar, maka dari itu ia hanya menyimak tanpa ikut menyela para saudara dan Daddynya.

Mendengar langkah kaki mendekat, Kendrich tersenyum lembut menyambut kedatangan Lissa, otomatis membuat orang-orang disana mengikuti arah pandang Kendrich.

Pandangan Lissa dan Elrick bertemu, dapat Lissa lihat jika pemuda berstatus kembaran nya itu tertegun menatapnya, sulit untuk mengartikan tatapan Elrick seolah berbagai emosi tercampur disana. Sejenak kilasan memori kembali terlintas dalam benak Elissa.

"Issa sebaiknya kau asuh adikmu!"

"Issa lihat hasil gambal ku dengan Ash!"

"El menyayangi Issa!"

Issa.. Issa..

"... lebih tepatnya putri sulung sekaligus kakak kembar Elrick, Elissa Foerster."

Elissa fokus pada keadaan saat ini dimana Kendrich sepertinya sudah memperkenalkan dirinya, memilih kembali abai pada kilasan memori di kepalanya. Elissa pikir bukan saatnya untuk mencari tahu tetapi kini adalah waktu untuk berperang dengan dua hama di depannya terlebih dahulu.

Seulas senyum terbit di bibir nya. "Maaf menunggu lama, Dad."

"Tak apa, duduk lah agar kita bisa mulai makan." Kendrich mempersilahkan Elissa duduk. Tersisa dua kursi kosong disana, Elissa memilih duduk di kursi ujung dimana berhadapan langsung dengan Kendrick.

Lebih jelasnya, posisi duduk mereka saat ini dengan Kendrich dan Elissa duduk di masing-masing kursi ujung meja, para adik Elissa duduk berjejer di samping kanan dan Luna beserta ibunya duduk disamping kiri.

"Saya tahu ada banyak pertanyaan di otak kalian mengenai Lissa tetapi sebaiknya kita makan malam lebih dulu-"

"Tunggu, Daddy. Tidakkah Daddy juga harus menjelaskan siapa mereka? Setahuku aku hanya memiliki tiga orang adik disini." Elissa menyela ucapan Kendrich, mungkin terdengar kurang sopan tapi Elissa tak peduli. Lagi pula Elissa pikir dirinya tak harus sok cari muka di depan Kendrich.

"Lissa ... Bisakah kita membahas ini setelah makan malam? Daddy berjanji akan jelaskan semua." Kendrich terdengar sedikit memohon tapi tetap dengan intonasi tegasnya.

Kedua tatapan tajam mereka bertubrukan untuk beberapa saat. Disini Kendrich menyadari jika Elissa seolah copy-an dirinya tetapi dalam gender yang berbeda.

"Baik, penjelasan Daddy sangat ku nantikan."

Pada akhirnya malam itu mereka makan malam dengan suasana cukup canggung dengan Elissa sebagai pemegang atensi penuh orang-orang disana, termasuk seseorang dengan tatapan penuh arti.

"Malaikat atau iblis? Ah, atau hanya pengamat ... sepertiku, mungkin."








🌻🌻🌻🌻

Jangan gebukin saya karena baru up setelah sekian abad🙉🙉🙉

Oh My Little Antagonist Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang