Mata gadis itu terbuka, nafasnya terdengar terengah-engah. Kemudian ia mengambil posisi duduk menyandar di headboard kasur. Gadis itu Elissa. Berusaha mengatur nafas untuk menetralkan debaran jantung yang masih berdetak tak normal.
Elissa meraba nakas, biasanya ia meletakkan segelas air serta poci kecil di sana. Keanehan mulai Elissa rasakan. Lengan kiri yang ia gunakan terasa berdenyut. Juga mengapa di nakas tidak ada bahkan segelas air pun? Hanya ada lampu tidur dan sebuah figura kecil di sana.
"Astaga, kenapa gue diinfus?" Ternyata sebuah infusan tersemat di lengan kiri Elissa. Baru Elissa sadari kamar megah bergaya victorian ini bukan kamar yang biasa ia tempati. Elissa melihat sekelilingnya, berusaha mengenali dimana ia berada. Astaga, bahkan ranjang milik Elissa tak seluas ini!
Elissa berusaha tenang. Berpikir positif jika orang tuanya memperluas dan mengganti dekorasi kamar. Tapi Orang tuanya selalu sibuk di luar kota. Kapan mereka punya waktu mendekor kamar Elissa?
Pikiran negative mulai bermunculan. Apa ia diculik? Tapi mengapa penculik tidak menyekap malah menginfus dirinya? Juga kamar ini terlalu indah untuk dijadikan tempat penculikan.
Kamar teman? Elissa hanya memiliki satu teman,sahabat sekaligus sepupu. Dan bukan ini kamarnya.
Panik melanda Elissa. Matanya berotasi menatap sekeliling sedangkan pikirannya melanglang buana ketika mengingat alasan dia terbangun tadi. Elissa masih mengingat dengan jelas mimpi itu. Tidak mungkin. Tebakannya tak mungkin benar. Tapi serangkaian kejadian ini membuat dia tak bisa berpikir banyak.
Elissa meraih figura kecil yang ia lihat di atas nakas tadi. Ia terkesiap refleks menjatuhkan figura kecil itu. Bersamaan dengan jatuhnya figura, pintu kamar terbuka, seorang pelayan tampak terkejut ketika melihat Elissa.
"Nona muda! Anda akhirnya bangun. Saya akan memberi tahu nyonya dan tuan besar dulu." Pelayan setengah baya itu berlari tergesa. Elissa tak tahu dan tak mau tahu dia kemana. Pikiran Elissa berpusat pada foto dibalik figura.
Dalam foto itu terlihat seorang gadis cantik. Ah ralat, sangat cantik sedang berpose sambil tersenyum manis. Elissa tahu gadis ini. Dia adalah gadis dalam mimpi Elissa. Sepertinya kamar ini adalah milik gadis cantik itu. Tapi mengapa dia ada disini?
"Carl my darling, kamu sudah sadar dear? Gimana? Mana yang sakit dear?" Seorang wanita paruh baya menyerobot masuk dan memeluknya tiba-tiba.
"Sweety Carl? I miss you so bad. Kenapa tidurnya lama banget,hm?" Kini seorang pria paruh baya mengelus lembut kepalanya.
Sedangkan Elissa, gadis itu masih belum konek. Siapa saja tolong katakan pada Elissa jika dia saat ini masih bermimpi!
Elissa bingung harus bereaksi bagaimana. Apa ini memang nyata? Perkataan gadis dalam mimpi terngiang-ngiang dalam telinganya. Elissa mendorong wanita paruh baya itu hingga ia terlepas. Kepalanya berdenyut, terasa sangat sakit.
Ia meremas rambut berusaha mengurangi rasa sakit itu. Teriakan pasangan paruh baya tertelan oleh kalimat-kalimat gadis dalam mimpi. Terdengar semakin keras dan jelas membuat kepala Elissa semakin sakit.
"Engga. Gak mungkin. Aku mau pulang. Mama papa, Lissa mau pulang ... " Kemudian gadis itu tumbang. Kembali tak sadarkan diri.
***
Elissa menghelas nafas. Ia masih tak percaya mengalami semua ini. Setelah bangun dari pingsan ia berusaha menenangkan hati dan pikiran. Analisa Alissa tak pernah salah. Otak jeniusnya menemukan satu kesimpulan walau tak logis.Elissa saat ini bertransmigrasi. Dia masuk ke dalam novel yang sebelumnya ia baca. Sebuah novel romantis remaja dengan alur klise namun berhasil menguras emosi Elissa. Marah,kesal dan simpati adalah emosi dominan Elissa ketika membaca novel itu.
Novel itu adalah novel pertama yang Elissa hujat tokoh protagonisnya. Sedangkan rasa simpati muncul untuk tokoh antagonis. Seperti akhir umum dari novel, sang antagonis berakhir tragis ditangan protagonis. Tetapi, entah mengapa Elissa masih merasa janggal dengan alur hidup si tokoh antagonis.
Kemunculan tiba-tiba tokoh baru di akhir cerita menambah ketidakpuasan Elissa. Tokoh itu adalah kakak dari sang antagonis. Muncul ketika akhir tragis sudah menimpa sang antagonis. Dalam novel dijabarkan jika dia menyayangi sang antagonis dan menyesal datang terlambat hingga tidak bisa mencegah akhir tragis kematian adiknya.
Elissa sangat kesal kepada kakak dari antagonis. Rasanya tak ada gunanya datang disaat si antagonis sudah meninggal.
Dan kini, Elissa malah berada di tubuh ini. Tubuh sang kakak antagonis. Tokoh dengan nama hampir sama dengan dirinya yaitu Elissa Carla Foerster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Little Antagonist Sister!
FantasySebuah mimpi membawa Elissa Sea Moore masuk ke dalam lubang hitam. Menyeretnya dalam sebuah alur kehidupan fiksi yang sebelumnya dia baca. Menempati tubuh seorang gadis figuran yang merupakan kakak sulung dari sang antagonis. Lalu, bagaimana selanju...