Hampir selama perjalanan, Joe dan Ryan saling diam. Kejadian bertemu Ben dan Jasmine adalah sesuatu yang mengusik pikiran mereka. Bagi Joe, bagaimana pun Ben saat ini, ia belum bisa melupakannya. Ben adalah kekasih sekaligus cinta pertama, maka tidak semudah itu berpindah hati pada orang baru. Sementara, Ryan hanya berpikir untuk tidak ikut campur. Ia tidak ingin dikenal orang banyak apalagi seseorang yang mungkin akan membencinya. Satu orang yang membencinya saja sudah merepotkan.
"Sekarang kita akan ke mana?" tanya Joe membuat Ryan menoleh ke samping.
Gadis yang sedang mengemudi itu tak mengalihkan pandangan dari jalanan. Ryan tahu betul kalau-kalau pikirannya masih tertinggal.
"Aku mengikutimu," jawab Ryan singkat.
Joe mengangguk-angguk. Sementara, Ryan memerhatikan jalanan yang ramai. Bus kota masih memenuhi kawasan, begitu pula taksi dan kendaraan pribadi. Manhattan memang tidak pernah sepi, sekali pun di malam hari.
"Sebelum aku mengantarmu. Aku ingin menemui kakakku, apa tidak masalah?" tanya Joe seraya menoleh ke arah Ryan sekilas.
"Oh ya, tidak masalah." Ryan melirik ke arah Joe dengan canggung.
Lagu All I Want milik Olivia Rodrigo melantun dari musik playlist Joe. Sementara itu, Ryan masih fokus pada jalanan yang padat meskipun tidak begitu macet. Biasanya ia di dalam kamar atau halaman belakang. Namun, setelah sekian lama bersembunyi akhirnya ia dapat merasakan sesuatu yang asing baginya. Seperti anak kucing yang selalu dalam pelukan induknya, kini harus keluar ke dunia luas untuk beradaptasi dan hidup sendiri.
"Kita sampai," ujar Joe seraya menyadarkan Ryan dari lamunannya. Hingga, ia pun melepaskan sabuk pengamannya.
Langit sore mulai memayungi kota. Banyak orang-orang pulang dari kerja kantorannya atau ada yang baru memulai pekerjaannya. Joe melangkah lebih dulu di sebuah bar estetik bernama Hawaii Paradise. Diam-diam Ryan menertawakan nama unik itu.
"Hai, Joanne!" panggil seorang pria di kerumunan, beberapa orang pun menoleh ke arah Joe seolah tontonan yang perlu diperhatikan.
Salah satu dari kerumunan itu merangkul bahu Joe. Joe menatapnya tajam dengan begitu kesal. Namun, pria itu tetap bertindak seenaknya dan terus menggoda Joe. Hingga, Ryan berusaha memberanikan diri dan mengangkat tangannya untuk membantu. Namun, terlambat.
"Aaa!" teriak pria itu merintih kesakitan.
Joe berhasil memelintir pergelangan tangannya dengan cekatan. Bahkan, ia tidak melepaskannya setelah pria itu kesakitan.
"Suasana hatiku sedang buruk. Jangan mencari masalah atau aku akan membunuhmu!" tegas Joe ketus.
Ryan menahan langkahnya sejenak. Ia merasa dirinya bahkan tidak dapat membantu apa pun. Selain itu, entah bagaimana Joe benar-benar seperti seseorang yang tidak ia kenal. Tidak ada Joe yang manis dan ceria seperti setiap hari saat menggodanya. Kini, Joe tampak dingin dan ketus. Seolah ada topeng lain yang sedang ia lepaskan.
"Ya, maafkan aku!" ujar pria itu setengah memohon.
Akhirnya Joe melepaskannya. Ryan masih berada di belakang Joe tanpa melakukan apa pun, hingga semua orang memperhatikannya dari belakang seolah bertanya-tanya tentang hubungan kedua orang itu. Atau Ryan hanya sekadar sosok yang kebetulan lewat saja?
"Di mana Jacob?" tanya Joe kemudian.
Pria itu langsung menunjuk ke satu arah. Ia menunjuk pada pintu di lantai dua. Kemudian, Joe kembali melangkah. Namun, sesuatu kembali menahannya. Tepat ketika langkah Ryan dihalangi, ia pun menoleh.
"Siapa ini sejak tadi mengikutimu?" tanya beberapa pria lainnya mengurung Ryan dalam lingkaran.
Joe mengeraskan rahang. Tatapannya begitu buas dan mengancam, seolah-olah ia akan memangsa semua orang yang ada di sana. Hingga, semua orang merenggangkan kurungan pada Ryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Complex (ONGOING)
Romance🇺🇸 🇺🇸 Ryan, pria paling pendiam dan tidak punya teman itu mau tidak mau setuju menjadi kekasih pura-pura Joe dengan sedikit ancaman. Joe yang sakit hati hanya ingin membalas dendam pada mantan kekasihnya, Ben, melalui Ryan. Namun, ia tidak tahu...