Violet muncul di depan kelas Joe. Ia bersandar di pintu masuk sambil menoleh ke kanan dan kiri memastikan keadaan sekitar. Berbeda dengan kelasnya yang sudah bubar lebih cepat, kelas Joe dan kedua teman lainnya belum juga selesai.
Ia iseng mengetik pesan di obrolan grup. Diam-diam senyum merekah di bibirnya ketika terdengar suara nada dering dari dalam kelas. Ia berjinjit sedikit memastikan ulahnya sendiri.
"Joe!" teriaknya membuat seluruh siswa di kelas menoleh. Begitu pula Joe yang menanggapinya dengan tawa.
Ketika sang guru yang mengajar keluar kelas, Violet buru-buru kabur agar tidak tertangkap basah. Ia berlari di koridor kosong dan membuat keributan. Satu-satunya jalan keluar adalah menuruni anak tangga dan tepat saat itu, ia menabrak seseorang hingga terjatuh di tengah-tengah.
"Aduh!" rintih keduanya bersamaan.
Violet memegangi lututnya yang sakit. Namun, ia agak beruntung karena posisi jatuhnya tidak cukup buruk. Hanya saja, kini ia sedang menindih seseorang. Ia mengangkat kepala dan menemukan seseorang yang ia kenal di sana, Ryan.
"Ryan...," ujar Violet terbata dan tetap di posisinya terpaku pada pria di hadapannya.
Rok pendek Violet agak tersibak karena ia menduduki paha Ryan. Namun, bukan itu masalahnya. Ia cukup lama bertahan di sana, seolah bias Ryan benar-benar kuat, menahannya agak lama dan tidak ingin beranjak sedikit pun. Hal ini membuatnya mengingat sesuatu.
"Kau bisa berdiri?" tanya Ryan pada akhirnya. Violet pun sadar dari pikiran kotornya.
Ia akhirnya bangkit dengan lutut yang sakit. Sementara, Ryan menahan seluruh tubuhnya yang mungkin memiliki memar sekarang, termasuk punggung dan kepala yang menabrak punggung tanpa aba-aba. Sebenarnya itu bukan hal besar untuknya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Ryan seraya mengambil tasnya yang jatuh ke lantai. Ia sedikit menunduk dan memegangi pinggang dengan hati-hati.
"Sedikit. Tapi, bukan itu yang penting. Sepertinya keadaanmu lebih parah dariku," jawab Violet sedikit khawatir. Ia memperhatikan seluruh gerak-gerik Ryan yang agak memprihatinkan.
Violet melangkah mendekati Ryan dan meraih tangannya yang tanpa disadari sudah lecet di bagian telapak tangan. Ryan terkejut dan membelalakkan mata sesaat. Hingga, tanpa sadar ia sudah cukup nyaman dan memperhatikan Violet yang tengah membersihkan kotoran di tangan Ryan dengan hati-hati dan sesekali meniupnya.
"Aku sungguh minta maaf. Aku tidak tahu akan begini," ujar Violet masih sibuk dengan tangan Ryan.
Entah bagaimana, Ryan merasa tidak bisa menolaknya. Apalagi, jika melihat semua pendekatan dan kriteria, Violet paling mendekati gadis impiannya.
"Apa perlu kita ke Rumah Sakit?" tanya Violet yang akhirnya mengangkat kepalanya menatap Ryan. Buru-buru Ryan mengalihkan pandangannya sembarangan karena gugup. Ia merasa seperti ada yang tidak beres dengan otaknya.
Baru saja hendak menjawab, seseorang mendekat dengan suara riuh yang berarti kelas-kelas dibubarkan. Namun, nyatanya Ryan tidak ingin melepaskan kesempatannya begitu saja. Ia menggenggam balik tangan Violet hingga membuat Violet terkejut. Entah apa yang sudah ia lakukan, namun Ryan benar-benar tidak ingin melepaskan Violet begitu saja.
"Apa yang kalian lakukan?!" tanya seseorang dengan sedikit berteriak. Baik Violet atau pun Ryan, keduanya menoleh.
Joe. Joe di sana bersama Alyssa dan George. Semua mata tertegun menatap mereka berdua hingga buru-buru Violet melepaskan genggamannya membuat Ryan sedikit kecewa. Meskipun, ia tahu memang seharusnya begitu.
"Kita hanya kebetulan bertemu, jangan salah paham!" tegas Violet langsung menaiki tangga menghampiri Joe. Ia terdengar gugup dan bingung.
Ryan hanya diam dan menghela napas menatap keempat orang dari sudut yang tepat di atas sana. Sebenarnya, ia hanya memandang satu orang. Namun, sepertinya ia harus pergi sekarang juga setelah menyebabkan kesalahpahaman yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Complex (ONGOING)
Romansa🇺🇸 🇺🇸 Ryan, pria paling pendiam dan tidak punya teman itu mau tidak mau setuju menjadi kekasih pura-pura Joe dengan sedikit ancaman. Joe yang sakit hati hanya ingin membalas dendam pada mantan kekasihnya, Ben, melalui Ryan. Namun, ia tidak tahu...