00

2.2K 151 27
                                    

🌼🐊🌼

Hai!!! Gimana kabarnya? Sehat kan! Harus dong. Selamat yahh akhirnya kamu nemuin seseorang yang bakal ngetreat kamu lebih dari yang aku kasih. Sedih banget nih aku hehe tapi harus kuat, demi kamu dan juga demi aku. Maaf udah ngasih luka yang mungkin gak akan sembuh dengan cepat atau bahkan gak akan bisa sembuh.

For all the things that we did, I'll never forget it

Terimakasih karena sudah menjadi bagian kenangan termanis dalam hidupku, memori bareng kamu bakalan tersimpan rapih didalam ruang yang gak akan pernah ada satu orangpun mengusiknya.

Bohong kalo aku udah bisa ikhlas atas semuanya, atas apa yang gak bisa aku raih sampai kapanpun yaitu bisa memilikimu seutuhnya. Tapi aku bahagia liat kamu bahagia, ya meski masih ada sedikit rasa tersayat di hatiku, tapi its ok don't worry about that aku kuat hehe.

Buat pasanganmu aku ucapkan selamat beribu-ribu selamat. Selamat karena kamu menjadi pemenangnya. Beruntung mendapatkan orang sebaik dia. Aku hanya meminta untuk jaga dia, jaga dengan sepenuh hati. Jangan sampe dia lecet sedikitpun jangan sampe ngelukain hatinya sedikitpun, udah cukup aku yang jadi sumber sakitnya.

Dan disinilah aku berdiri diantara kedua pengantin baru yang tengah berbahagia, ya aku sedang berfoto dengan sahabatku dan suaminya.

Yaa 1...2...3 senyumm

Suara fotografer terdengar lantang di tengah riuhnya para tamu undangan, lihatlah betapa bahagianya suasana disini, hingar bingar kebahagiaan terdengar dari kedua keluarga yang terus memberikan selamat kepada dua orang yang telah resmi menjadi sepasang pengantin ini. Setelah berfoto aku kembali melirik sahabatku yang tengah tersenyum manis menatapku, ok ayo harus kuat. Detik selanjutnya aku sudah berhambur kedalam pelukannya.

Masih sama ternyata, pelukannya masih sama masih hangat seperti 7 tahun kita bersama oh Tuhan aku gak bisa, aku gak kuat. Tak terasa air mataku mulai menetes membasahi pipiku ini, dan aku juga tau kalo diapun sama sepertiku ini terasa saat tubuhnya sedikit bergetar mungkin menahan tangisannya.

Pelukannya semakin erat, seperti mengisyaratkan bahwa pelukan ini adalah pelukan terakhir yang kita rasakan. Cukup lama kita terlarut dalam pelukan hingga akhirnya aku melepaskan pelukannya, namun sebelum melepaskan pelukan itu dengan cepat aku menyeka air mataku agar tak terlihat oleh orang lain.

Akupun tersenyum ikhlas melihatnya dan dengan pasti aku melangkah meninggalkan pelaminan ini, sesakit dan sesesak apapun yang ku rasa, aku harus menahannya sekuat tenaga karena tidak ingin mengacaukan hari bahagianya.

Di ujung terlihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik menatapku dengan senyum khasnya ya Tuhan aku sungguh merindukan senyuman itu, senyuman yang sudah lama tidak ku lihat. Ya setelah kejadian itu aku tak pernah lagi menginjakan kaki ke rumahnya. Rumah yang selalu menerimaku kapanpun aku datang.

Rumah keduaku untuk pulang.

Aku menyalaminya terlebih dahulu dan detik berikutnya wanita paruh baya yang sudah ku anggap seperti Mama ku sendiri ini memelukku dengan erat

"Maa" Lirihku dalam dekapannya. Ok aku gak bisa lagi menahan air mataku akhirnya aku menangis dalam pelukannya mengeluarkan semua sesak yang ada di hatiku sejak tadi, tidak bisa lagi aku tahan.

"Kemana aja, gak pernah kerumah"

Katanya sambil mengelus punggungku karena aku masih bergetar menangis dalam pelukannya, aku sudah tidak perduli dengan para tamu yang mungkin akan menatapku heran. Hingga akhirnya aku mulai sedikit tenang dan berusaha menghapus air mataku

"Maaf Ma, aku sibuk kerja dan dipindah tugas ke luar kota"

Jawabku masih dengan suara bergetar. Aku rindu sosok dalam pelukanku ini, sedikit rasa bersalah karena tidak pernah mengunjunginya untuk sekedar menanyakan kabarnya padahal dia adalah sosok yang sangat baik terhadapku selain ibu kandungku

Aku melepaskan pelukannya dan berusaha untuk tersenyum meski aku tau pasti masih terlihat sedikit kesedihan di mataku ini

"Maaf aku gak pernah berkunjung" Ucapku kembali

"Iya gapapa, nanti main kerumah yaa, Athala sekarang suka main, jarang ada dirumah"

Mama Tania terlihat sedih saat menceritakan anak lelakinya, Athala yang tak lain adalah adik dari sahabatku yang sedang duduk di kursi pelaminan itu, sudah jarang ada dirumah karena ini merupakan masa – masa remajanya yang pasti lebih seru untuk dihabiskan dengan teman-temannya.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum mendengarnya dan melirik pada Athala yang tengah berbicara dengan gadis yang ada disebelahnya, sesekali mereka tertawa entahlah apa yang di bicarakan oleh kedua anak remaja itu. Aku tersenyum melihat Athala yang sekarang tingginya sudah melampauiku bahkan lebih tinggi dari teman teman seusianya. Athala sudah masuk kela 2 SMA tahun ini sungguh tidak terasa waktu berlalu. Dulu tinggi dia hanya setinggi pinggangku saja, sekarang sudah berani membawa pacarnya saja.

Setelah sedikit berbincang aku pun berpamitan pergi dan menuruni pelaminan ini hingga akhirnya aku melihat beberapa orang yang tengah berkumpul sedang asik berbincang dan tertawa bahagia, dengan langkah pasti aku sedikit mempercepat langkahku agar cepat bergabung dengan mereka yang tak lain adalah sahabat-sahabatku sejak masa SMA hingga saat ini dan aku berharap sampai ajal memisahkan kita.

"Gree weyyyy sini"

Teriak Sisca salah satu sahabatku yang sangat menyukai olahraga itu. Aku menarik kedua sudut bibirku menampilkan senyuman kepada semua sahabatku yang tengah menatap kearahku karena suara panggilan dari Sisca membuat mereka menoleh kepadaku. Ingatanku kembali pada 14 tahun yang lalu saat pertama kali aku mengenal mereka, haha lucu sekali jika aku mengingatnya kembali, dimana saat itu aku bertemu mereka dan juga sahabat dekatku itu yang sedang duduk di kursi pelaminan.

Dimana pada saat itu.....





Mari kita lihat bagaimana perjuangan seseorang yang begitu menginginkan hati sahabatnya sendiri.

Mungkin ini juga bisa di sebut toxic relationship. Kalo bukan kamu ya gak bisa. Kamu adalah penyebab sekaligus obat.

See you......

🌼🐊🌼

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang